Dinsos Jabar Kirim Bantuan Sembako dan Pakaian ke Korban Banjir Bandang Cimahi

Sebanyak 28 rumah terendam dan tiga di antaranya rusak berat akibat bencana alam banjir yang menerjang Kelurahan Cipageran dan Kelurahan Citeruep, Kecamatan Cimahi Utara, Kota Cimahi pada 6 Januari 2024.

oleh Arie Nugraha diperbarui 08 Jan 2024, 20:23 WIB
Diterbitkan 08 Jan 2024, 20:16 WIB
banjir cimahi
Banjir Bandang menerjang kawasan Cimahi Utara, Kota Cimahi pada 6 Januari 2024. (sumber foto: Biro Adpim Jabar)

Liputan6.com, Bandung - Dinas Sosial Jawa Barat (Dinsos Jabar) mengaku telah mengirimkan bantuan logistik bencana alam berupa sembilan bahan pokok (sembako) dan pakaian bagi korban bencana banjir bandang yang menerjang kawasan Cimahi Utara, Kota Cimahi pada 6 Januari 2024 lalu.

Menurut Pelaksana Harian Asisten Pemerintahan dan Kesejahteraan Rakyat Sekretariat Daerah (Setda) Provinsi Jabar, Dodo Suhendar, ada 166 warga Kelurahan Cipageran, Kecamatan Cimahi Utara, terdampak bencana tersebut.

"Dinsos Jabar mengirimkan bantuan logistik permakanan seperti mie instan, sarden, kornet, minyak goreng, biskuit, kecap, saos, dan gula, serta logistik sandang seperti selimut, kaos, daster, dan alat mandi," ujar Dodo dialam siaran medianya, Bandung, Senin, 8 Januari 2024.

Akibat bencana alam tersebut sebanyak 51 rumah mengalami kerusakan, delapan di antaranya rusak berat.

Dodo menuturkan Kementerian Sosial (Kemensos) melalui Sentra Abiyoso juga turut menyalurkan bantuan kepada masyarakat yang terdampak banjir bandang di Kota Cimahi.

"Sementara Sentra Abiyoso menyalurkan logistik sandang seperti sandang dewasa, selimut, kasur, dan family kit, logistik kelompok rentan seperti kidsware, sandang bayi, makanan anak, serta logistik pengungsian berupa tenda gulung," ucapnya.

Dodo juga menuturkan, penanganan bencana banjir bandang di Kota Cimahi masih berlangsung. Terlebih, curah hujan di Kota Cimahi dan sekitarnya masih terpantau tinggi.

"Sejauh ini, kegiatan penanganan bencana masih berlangsung. Curah hujan masih terpantau tinggi. Tim Dinsos Jabar tetap siaga memantau perkembangan terbaru," tutur Dodo.

 

Data BPBD Jabar Banjir Terjang Cimahi Utara

Sebelumnya dilaporkan sebanyak 28 rumah terendam dan tiga diantaranya rusak berat akibat bencana alam banjir yang menerjang Kelurahan Cipageran dan Kelurahan Citeruep, Kecamatan Cimahi Utara, Kota Cimahi pada 6 Januari 2024.

Menurut juru bicara Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jawa Barat, Andrie Setiawan, jumlah masyarakat yang terdampak secara keseluruhan dari dua kelurahan tersebut mencapai 126 orang dari 36 kepala keluarga.

"BPBD sudah mendistribusikan bantuan logistik dan air sudah surut pukul 22.17 WIB," ujar Andrie kepada Liputan6.com, Bandung, Minggu, 7 Januari 2024.

Banjir yang menimpa daerah tersebut akibat curah hujan tinggi sejak tengah hari di Kelurahan Cipageran menyebabkan adanya air berketinggian 120 Centimeter.

Andrie menyebutkan di Kelurahan Cipageran sebanyak 25 rumah terendam dan tiga diantaranya rusak berat.

"Jumlah masyarakat yang terdampak sebanyak 112 orang dari 33 kepala keluarga," terang Andrie.

Sedangkan di Kelururahan Citereup 14 orang dari tiga kepala keluarga terdampak bencana hidrometerologi akibat tiga rumah terendam air berketinggian antara 20-50 sentimeter.

Upaya yang telah dilaksanakan hingga saat ini jelas Andrie, BPBD Provinsi Jawa Barat terus berkoordinasi dengan BPBD Kota Cimahi.

"Kebutuhan mendesak untuk masyarakat antara lain tujuh paket sandang dan kebersihan, 10 lembar selimut dan peralatan mandi, 10 lembar handuk, 10 dus mie, air mineral, perlengkapan anak, dan sarung," jelas Andrie.

Kebutuhan lain masyarakat yang terdampak banjir ini yakni sarden kemasan, kornet, ember, gayung, minyak goreng, selaber lantai serta tikar.

Andri menegaskan BPBD Kota Cimahi telah melakukan pendataan kaji cepat ke lokasi kejadian dengan berkoordinasi dengan masing-masing Ketua Rukun Warga (RW) setempat.

"BPBD Kota Cimahi menghimbau kepada masyarakat agar waspada dan berhati-hati apabila terjadi hujan dengan intensitas tinggi disertai angin kencang," ungkap Andrie.

 

Laporan Kaji Cepat BPBD Cimahi

Berdasarakan hasil pantauan kaji cepat Tim Unit Reaksi Cepat (URC) BPBD Kota Cimahi, bencana banjir di Kelurahan Cipageran dan Citeuruep terjadi akibat debit air melebihi daya tampung drainase dipicu hujan dengan intensitas tinggi.

Mengutip surat keterangan resmi Kepala Seksi Kedaruratan dan Logistik BPBD Kota Cimahi, Rohmat, selain bencana banjir juga terjadi tanah longsor pada Sabtu, 06 Januari 2024 pukul 17.30 WIB.

"Lokasi di Gang Bapak Madi RT 04 RW 19 Kelurahan Cibabat Kecamatan, Cimahi Utara. Penyebab kejadian kontur tanah yang labil dipicu oleh hujan dengan intensitas tinggi," tulis Rohmat.

Akibat tanah longsor ini dua rumah mengalami kerusakan kategori sedang dengan jumlah masyarakat terdampak enam orang.

BPBD Kota Cimahi menghimbau kepada masyarakat agar waspada dan berhati-hati apabila terjadi hujan dengan intensitas tinggi disertai angin kencang.

"Saat ini kondisinya sudah aman tertangani. Bencana susulan berpotensi terjadi," jelas Rohmat.

Kebutuhan dasar yang mendesak dibutuhkan untuk korban tanah longsor ini berupa 50 lembar karung kapasitas 50 kg, air mineral, dan mie instan.

 

Prakiraan Cuaca 6-7 Januari 2024

Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Geofisika Bandung, menerbitkan imbauan kepada masyarakat soal peluang terjadinya cuaca ekstrem pada 6-7 Januari 2024.

Menurut Kepala BMKG Stasiun Geofisika Bandung, Teguh Rahayu, potensi cuaca ekstrem tersebut berupa puting beliung, hujan lebat disertai kilat dan petir, hujan es, dan sejenisnya.

"Biasanya terjadi pada musim hujan dan dampak yang dapat ditimbulkannya seperti banjir, tanah longsor, banjir bandang, genangan, angin kencang, pohon tumbang, dan jalan licin serta dampak kerusakan lainnya," ujar Rahayu dalam keterangan tertulisnya kepada Liputan6.com, Bandung, 5 Januari 2024.

Rahayu menerangkan sebanyak 12 daerah di Jawa Barat harus mewaspadai dampak banjir atau banjir bandang, berlaku tanggal 6 Januari 2024 berdasarkan prakiraan cuaca berbasis dampak (IBF).

Diantaranya adalah Bogor, Cianjur, Sukabumi, Kabupaten Bandung, Garut, Subang, Kabupaten Bandung Barat, Purwakarta, Majalengka, Sumedang, Tasikmalaya, dan Pangandaran.

"Data ini berlaku tanggal 6 Januari 2024 pukul 07.00 WIB sampai dengan 7 Januari 2024 pukul 07.00 WIB," kata Rahayu.

Rahayu menambahkan prakiraan cuaca pada 7 Januari 2024 masih terdapat 12 daerah yang harus meningkatkan kewaspadaannya terkait potensi terjadinya banjir dan banjir bandang.

Daerah itu meliputi Sukabumi, Kota Sukabumi, Cianjur, Kabupaten Bandung, Garut, Sumedang, Kota Bandung, Kabupaten Bandung Barat, Subang, Majalengka, Kuningan dan Pangandaran.

"Dampak yang berpeluang terjadi pada 6-7 Januari 2024 adalah jembatan yang rendah tidak dapat dilintasi, terjadi longsor berupa guguran bebatuan atau erosi tanah dalam skala menengah, volume aliran sungai meningkat dan aliran banjir berbahaya mengganggu aktivitas masyarakat dalam skala menengah," jelas Rahayu.

Selain itu, ancaman terhadap kesehatan manusia juga meningkat, seperti batuk dan pilek. Bagi yang sedang beraktifitas di luar ruangan, apabila terjadi cuaca ekstrim seperti hujan lebat dan atau angin kencang disertai kilat atau petir, untuk segera menepi dan berlindung, menjauhi tebing jika berada di wilayah yang berbukit.

Hal yang perlu diwaspadai oleh masyarakat saat ini ungkap Rahayu, adalah tetap tenang dan waspada, berhati-hati setika beraktifitas di luar rumah dan mengurangi kegiatan di luar apabila tidak penting.

"Mencari informasi resmi kebencanaan dari pihak yang berhubungan langsung seperti BNPB, BMKG, Tagana, TNI atau Polri dan aparat pemerintahan setempat," tutur Rahayu.

Berkaitan dengan Peringatan Dini tinggi gelombang, bagi masyarakat yang berkepentingan ke wilayah pesisir atau Perairan Selatan Jawa Barat, agar selalu berhati-hati dan memperhatikan rambu-rambu keselamatan yang ada.

 

Prakiraan Cuaca Secara Umum

Prakiraan cuaca pada 6-7 Januari 2024 secara umum untuk skala global, nilai SOI, IOD, dan Nino tidak menunjukkan pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan curah hujan di wilayah Indonesia.

Saat ini MJO aktif pada kuadran 2 (Indian Ocean), menunjukkan kondisi yang tidak signifikan terhadap peningkatan curah hujan di wilayah Indonesia.

"Aktivitas gelombang atmosfer Rossby Ekuatorial diprakirakan aktif di wilayah Sumatera bagian selatan, Jawa, Bali, Kalbar bagian selatan, Maluku bag timur, dan Papua dalam sepekan ke depan," kata Rahayu.

Sementara itu gelombang atmosfer Kelvin juga aktif di sebagian Jawa, Kalimantan, Sulawesi bagian Utara dan Tengah, dan Papua hingga sepekan ke depan.

Sehingga sebut Rahayu, faktor-faktor tersebut mendukung potensi pertumbuhan awan hujan di wilayah tersebut.

"Sirkulasi Siklonik terpantau di Perairan barat Kalimantan Barat dan Papua yang membentuk daerah perlambatan kecepatan angin (konvergensi) memanjang dari Laut China Selatan, Papua bagian utara dan tengah," ucap Rahayu.

Daerah konvergensi lainnya terpantau memanjang dari perairan selatan Kepulauan Bangka Belitung, Laut Filipina, Samudera Hindia barat daya Sumatera dan Jawa Timur hingga Jawa Tengah. Sedangkan daerah pertemuan angin (konfluensi) terpantau berada di Laut Cina Selatan barat Kalimantan Barat, dari laut bana hingga NTT, Pulau Jawa dan Perairan barat Bengkulu.

Kondisi tersebut mampu meningkatkan potensi pertumbuhan awan hujan di sekitar sirkulasi siklonik, dan di sepanjang daerah konvergensi atau konfluensi tersebut.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya