Liputan6.com, Yogyakarta - Hari kelahiran atau Maulid Nabi Muhammad SAW diperingati setiap 12 Rabiul Awal. Untuk menyambut perayaan tersebut, setiap daerah di Indonesia memiliki tradisi uniknya tersendiri.
Masyarakat Indonesia memang dikenal sangat menjaga tradisi dan budayanya, termasuk terkait menyambut perayaan Maulid Nabi. Mengutip dari berbagai sumber, berikut tujuh tradisi Maulid Nabi di Indonesia:
Advertisement
1. Baayun Maulid
Advertisement
Masyarakat Banjar, Kalimantan Selatan, mempunyai tradisi unik dalam menyambut Maulid Nabi Muhammad SAW. Adalah baayun maulid, sebuah tradisi berupa aktivitas mengayun atau membuai bayi.
Baca Juga
Dalam pelaksanaannya, masyarakat menyiapkan ayunan dari tiga lapis kain dan dihiasi janur. Orangtua yang bayinya akan mengikuti tradisi ini harus menyiapkan piduduk berupa wadah berisi beras, gula habang, nyiur, hintalu hayam, benang, jarum, uyah, dan binggul atau uang receh.
Prosesinya adalah dengan meletaklan bayi di ayunan. Nantinya, orangtua bayi akan mengayunkan ayunan dengan diiringi pembacaan syair, ceramah, dan doa.
2. Endog-endogan
Masyarakat Banyuwangi memiliki tradisi unik bernama endog-endogan untuk menyambut Maulid Nabi Muhammad SAW. Endog dalam bahasa Jawa berarti telur.
Sesuai namanya, tradisi ini digelar dengan menggunakan telur sebagai properti. Telur direbus dan diletakkan pada tusukan bambu kecil yang dihias dengan kembang kertas yang disebut dengan kembang endog.
Kembang endog ini ditancapkan pada jodang atau pohon pisang yang dihias dengan kertas warna-warni. Dalam satu jodang biasanya berisi 30, 35, bahkan 100 kembang endog.
Jodang-jodang tersebut diarak keliling kampung dengan menggunakan mobil bak terbuka atau becak. Tentu saja, tradisi semakin meriah dengan iringan kesenian kuntulan asli Banyuwangi untuk mengiringi arak-arakan.
3. Grebeg Maulud
Setiap tahunnya, Keraton Yogyakarta dan Surakarta menggelar grebeg maulud untuk memperingati Maulud Nabi Muhammad SAW. Tradisi grebeg sebenarnya juga dilakukan di acara-acara besar keagamaan, termasuk rebeg syawal, grebeg besar, dan grebeg maulud atau grebeg sekaten.
Grebeg merupakan prosesi adat sebagai simbol sedekah dari pihak Keraton Yogyakarta kepada masyarakat. Sedekah tersebut berupa gunungan yang nantinya akan diperebutkan oleh masyarakat sekitar.
Â
Jambar Uang
4. Jambar Uang
Jambar uang merupakan tradisi menyambut Maulid Nabi Muhammad SAW yang dilakukan masyarakat Bengkulu. Tradisi ini merupakan salah satu kearifan lokal yang masih dilestarikan hingga sekarang.
Jambar uang menggunakan uang yang didekorasi dengan menggantungkannya di tanaman atau tangkai yang sudah dihias. Tanaman tersebut ditempatkan pada vas atau pot bunga.
Jambar uang kemudian diarak dari masing-masing rumah warga menuju masjid. Adapun uang dalam jambar uang nantinya diinfakkan ke masjid.
5. Kirab Ampyang
Masih tentang arak-arakan, perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW di Kudus dilakukan dengan menggelar kirab ampyang. Tradisi ini digelar dengan menyajikan makanan yang dihiasi dengan ampyang atau nasi dan kerupuk. Makanan itu diarak mengelilingi desa sebelum menuju ke Masjid Wali At Taqwa di desa setempat.
6. Nyiram Gong
Keraton Kanoman di Kota Cirebon menyambut Maulid Nabi Muhammad SAW dengan tradisi nyiram gong. Tradisi ini merupakan sebuah ritual pembersihan gamelan sekaten yang berlangsung di kompleks Keraton Kanoman.
Bagi warga Cirebon, tradisi ini sekaligus menjadi kesempatan untuk melihat secara langsung gong pusaka yang hanya muncul setahun sekali. Pencucian gong pusaka yang diawali dengan pembacaan doa dan shalawat itu dilakukan dengan menggunakan air kembang di sumur Langgar Alit, air kelapa hijau yang sudah difermentasi, dan batu bata merah yang telah dihaluskan dengan cara mengusapkan tepes (kulit kelapa kering) ke gamelan sekaten.
7. Walima
Masyarakat Gorontalo menyambut Maulid Nabi Muhammad SAW dengan menggelar tradisi walima. Dalam perayaannya, setiap rumah tangga akan mempersiapkan berbagai jenis kue dan makanan lain dalam jumlah banyak ke sebuah wadah.
Makanan yang juga sudah dihias tersebut kemudian dibawa ke masjid. Setiap walima atau tolangga diarak oleh 2-4 orang menuju masjid.Â
Â
Penulis: Resla
Advertisement