Usai Menguat, Laju IHSG Diprediksi Terbatas

IHSG naik cukup tinggi kemarin. IHSG ditutup pada level 5.707,86 atau naik 0,43 persen.

oleh Achmad Dwi Afriyadi diperbarui 09 Mei 2017, 06:30 WIB
Diterbitkan 09 Mei 2017, 06:30 WIB
IHSG
Pekerja beraktivitas di BEI, Jakarta, Selasa (4/4). Sebelumnya, Indeks harga saham gabungan (IHSG) menembus level 5.600 pada penutupan perdagangan pertama bulan ini, Senin (3/4/2017). (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) cenderung terbatas pada Selasa pekan ini. Analis PT Reliance Securities Lanjar Nafi memperkirakan IHSG  bergerak pada support 5.682 dan resistance 5.740.

IHSG naik cukup tinggi kemarin. IHSG ditutup pada level 5.707,86 atau naik 0,43 persen.

"Sektor industri dasar memimpin kenaikan dengan menguat 2,21 persen sedangkan sektor konsumer menjadi penekan dengan terkoreksi 0,97 persen," kata dia di Jakarta, Selasa (9/5/2017).

Penguatan IHSG ditopang aksi beli investor asing. Tercatat, beli bersih asing mencapai Rp 1,64 triliun.

Dia mengatakan, data cadangan devisa Indonesia yang positif direspon positif pula oleh pelaku pasar.

Laju IHSG sejalan dengan Bursa Asia yang positif. Bursa Jepang dan Hong Kong memimpin penguatan. "Bursa Asia mengawali pekan dengan penguatan yang dipimpin oleh indeks saham Jepang dan Hangseng," tutur dia.

Saham rekomendasi Lanjar antara lain, PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI), PT Aneka Tambang Tbk (ANTM), PT Astra International Tbk (ASII), PT United Tractors Tbk (UNTR), PT Adaro Energy Tbk (ADRO), PT Elnusa Tbk (ELSA), PT Pan Brothers Tbk (PBRX).

"Data cadangan devisa naik di atas ekspektasi US$ 123,3 miliar dari US$ 121,8 miliar di periode sebelumnya menjadi faktor utama pendorong penguatan di awal pekan," ujar dia.

Bank Indonesia (BI) melaporkan posisi cadangan devisa Indonesia akhir April 2017 tercatat sebesar US$ 123,2 miliar, lebih tinggi dibandingkan dengan posisi akhir Maret 2017 yang sebesar US$ 121,8 miliar.

Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi Bank Indonesia Tirta Segara menyatakan peningkatan tersebut terutama dipengaruhi oleh penerimaan devisa, antara lain berasal dari penerimaan pajak dan devisa ekspor migas bagian pemerintah serta hasil lelang Surat Berharga Bank Indonesia (SBBI) valas.

"Penerimaan devisa tersebut melampaui kebutuhan devisa untuk pembayaran utang luar negeri pemerintah dan SBBI valas jatuh tempo," kata Tirta, Senin kemarin.

 

Tag Terkait

Live Streaming

Powered by

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya