Liputan6.com, Jakarta - Gerak Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diprediksi bergerak positif pada perdagangan saham Selasa (19/3/2019).
Analis PT Artha Sekuritas Indonesia, Dennies Christoper Jordan menyebutkan, penguatan IHSG didorong oleh optimisme investor yang merespons positif perkembangan dari sentimen global di mana damai dagang antara China dan Amerika Serikat (AS) semakin mendekati kesepakatan.
"Dari dalam negeri Investor masih akan mengantisipasi rilis laporan kinerja emiten untuk tahun 2018. IHSG akan menghijau di level 6.487-6.519," ujarnya di Jakarta, Selasa pekan ini.
Advertisement
Baca Juga
Sementara itu, dari sisi teknikal IHSG dinilai masih akan tetap menguat, bergerak dari level support dan resistance di 6.466-6.530.
"Di tengah volatilitas global yang masih tinggi, IHSG diperkirakan berpeluang untuk melanjutkan penguatan meskipun cenderung sideways. Sentimen lain yang diperkirakan memberikan dukungan bagi indeks pekan ini antisipasi pemodal atas musim laporan laba," ujar Fund Manager PT Valbury Capital Management Suryo Narpati.
Adapun saham yang dapat dicermati menurut Suryo antara lain saham PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM), PT Jasa Marga Tbk (JSMR), PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI).
Kemudian anjuran Dennies adalah saham PT Adaro Energy Tbk (ADRO), PT Medco Energi International Tbk (MEDC), serta PT Indah Kiat Pulp and Paper Tbk (INKP).
Â
IHSG Menghijau pada Perdagangan Kemarin
Sebelumnya, laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) akhirnya bertahan di zona hijau meski sempat melemah.
Pada penutupan perdagangan saham, Senin 18 Maret 2019, IHSG naik 48,26 poin atau 0,75 persen ke posisi 6.509,44. Indeks saham LQ45 naik 1 persen ke posisi 1.024,97. Seluruh indeks saham acuan kompak menguat.
Sebanyak 225 saham menguat sehingga mengangkat IHSG. 195 saham melemah dan 124 saham diam di tempat. Pada awal pekan ini, IHSG sempat berada di level tertinggi 6.509,44 dan terendah 6.477,28.
Total frekuensi perdagangan saham 408.901 kali dengan volume perdagangan 16,1 miliar saham. Nilai transaksi harian saham Rp 8,1 triliun. Investor asing beli saham Rp 671,72 miliar di pasar regular. Posisi dolar Amerika Serikat (AS) menguat ke posisi Rp 14.238.
Sebagian besar sektor saham menghijau kecuali sektor saham pertanian melemah 0,26 persen dan sektor tambang susut 0,55 persen. Sektor saham infrastruktur naik 1,9 persen, dan bukukan penguatan terbesar.
Disusul sektor saham aneka industri menanjak 1,86 persen dan sektor saham konstruksi menguat 0,98 persen.
Saham-saham yang menguat di awal pekan antara lain saham ISAT naik 9,93 persen ke posisi 2.990 per saham, saham PEHA menanjak 9,21 persen ke posisi 2.610 per saham, dan saham MPPA naik 8,63 persen ke posisi 302 per saham.
Sedangkan saham-saham yang tertekan antara lain saham TOBA susut 6,71 persen ke posisi 1.600 per saham, saham IBFN merosot 5,97 persen ke posisi 252 per saham, dan saham GAMA tergelincir 9,09 persen ke posisi 50 per saham.
Bursa saham Asia sebagian besar menguat kecuali indeks saham Thailand turun 0,41 persen. Indeks saham Hong Kong Hang Seng naik 1,37 persen, indeks saham Korea Selatan Kospi menanjak 0,16 persen.
Selain itu, indeks saham Jepang Nikkei naik 0,62 persen, indeks saham Shanghai menguat 2,47 persen, dan bukukan penguatan terbesar.
Disusul indeks saham Singapura naik 0,40 persen dan indeks saham Taiwan mendaki 0,70 persen.
Analis PT Binaartha Sekuritas, Nafan Aji menuturkan, stabilitas fundamental makroekonomi domestik yang inklusif dan berkesinambungan memberikan katalis positif bagi stabilitas pergerakan IHSG dan rupiah.
Apalagi lembaga pemeringkat Fitch Rating juga mempertahankan rating BBB untuk Indonesia dengan prospek stabil.
Dengan demikian, stabilitas fundamental makro ekonomi domestik begitu penting dalam rangka menjaga stabilitas pertumbuhan ekonomi nasional. Begitu pun dengan surplusnya neraca perdagangan per Februari sebesar USD 330 juta dan juga mendukung euforia pasar.
Ia menambahkan, dari eksternal, selain dari meredanya sentimen perang dagang antara AS dan China, adapun optimisme para pelaku pasar terkait dengan the Federal Reserve atau bank sentral AS yang diperkirakan masih dovish memberikan katalis positif bagi penguatan indeks di regional. "Hal itu juga mempengaruhi penguatan IHSG," ujar dia saat dihubungi Liputan6.com.
Â
 Saksikan video pilihan di bawah ini:
Â
Advertisement