BCA Gelar RUPSLB 23 September 2021 untuk Minta Restu Stock Split

PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) menggelar stock split untuk meningkatkan likuiditas saham perseroan.

oleh Agustina Melani diperbarui 08 Sep 2021, 17:12 WIB
Diterbitkan 02 Sep 2021, 15:16 WIB
Kantor PT Bank Central Asia Tbk (BCA). saat ini transpormasi digital BCA melalui internet dan mobile banking, dan berbagai aplikasi, fitur, alat pembayaran nontunai.
Kantor PT Bank Central Asia Tbk (BCA). saat ini transpormasi digital BCA melalui internet dan mobile banking, dan berbagai aplikasi, fitur, alat pembayaran nontunai.

Liputan6.com, Jakarta - PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) akan menggelar Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) untuk meminta persetujuan atas pemecahan nilai nominal saham atau stock split.

Mengutip keterbukaan informasi ke Bursa Efek Indonesia (BEI), ditulis Kamis (2/9/2021), perseroan akan gelar RUPSLB pada Kamis, 23 September 2021. Perseroan meminta persetujuan pemegang saham atas rencana stock split.

Dalam rapat ini perseroan mengusulkan pemecahan nilai nominal saham perseroan atau stock split dengan rasio 1:5. Dengan demikian, nilai nominal saham perseroan yang semula Rp 62,5 per saham akan menjadi Rp 12,5 per saham.

“Pemecahan nilai nominal saham ini bertujuan untuk meningkatkan likuiditas perdagangan saham perseroan di BEI,” tulis perseroan.

Selain itu, harga saham perseroan menjadi lebih terjangkau bagi para investor ritel termasuk demografi investor muda sehingga diharapkan akan meningkatkan jumlah pemegang saham perseroan.

 

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

BCA Kantongi Laba Bersih Rp 14,5 Triliun

Selain pembukaan RDN secara online, BCA juga menyediakan fasilitas monitoring portofolio dana bagi investor melalui fitur info RDN pada BCA Mobile dan Klik BCA secara online.
Selain pembukaan RDN secara online, BCA juga menyediakan fasilitas monitoring portofolio dana bagi investor melalui fitur info RDN pada BCA Mobile dan Klik BCA secara online.

Sebelumnya, PT Bank Central Asia Tbk (BCA) dan entitas anak usaha mencatat laba bersih naik18,1 persen YoY menjadi Rp 14,5 triliun.

Capaian laba tersebut disebabkan basis perbandingan laba bersih yang lebih rendah pada kuartal II 2020, yang dipengaruhi oleh tingginya tingkat biaya kredit (Cost of Credit) saat awal pandemi Covid-19 pada kuartal II tahun lalu. Sebagai catatan, biaya cadangan di kuartal II 2020 tercatat 32,4 persen lebih besar dibandingkan dengan kuartal II 2021.

Secara total, pendapatan operasional tercatat sebesar Rp 38,5 triliun pada semester I 2021 atau naik 2,4 persen dari tahun lalu. Presiden Direktur PT Bank Central Asia Tbk, Jahja Setiaatmadja menuturkan, hingga Juni 2021, pihaknya melihat beberapa sektor ekonomi mulai bertumbuh.

“Dalam beberapa waktu ke depan, kami akan mencermati dinamika situasi, khususnya selama periode Kebijakan PPKM Darurat yang ditetapkan pemerintah sebagai respon pengendalian lonjakan kasus Covid-19 yang terjadi belakangan ini," ujar dia, Kamis, 22 Juli 2021.

Nilai bisnis dan frekuensi transaksi nasabah BCA menunjukkan pemulihan pada enam bulan pertama tahun ini, sejalan dengan membaiknya aktivitas perekonomian. Transaksi belanja nasabah juga mengalami tren peningkatan di periode yang sama.

Pada Juni 2021, kredit tumbuh 0,8 persen di sepanjang tahun berjalan (YTD), ditopang oleh segmen korporasi dan KPR yang naik masing-masing 2,1 persen dan 3,8 persen YTD.

Sementara itu, kredit komersial dan UKM mulai membaik pada kuartal II 2021 secara kuartalan (QoQ), dibandingkan kuartal I 2021.

Dari sisi pendanaan, current account and savings account (CASA) tumbuh 8,3 persen YTD, sejalan dengan peningkatan nilai transaksi, basis nasabah yang semakin besar, serta penguatan dan perluasan ekosistem pelayanan bersama para mitra bisnis bank.

BCA membukukan pertumbuhan positif pada pendapatan bunga bersih sebesar 3,8 persen YoY menjadi Rp 28,3 triliun pada semester I 2021.

Di sisi lain, pendapatan non-bunga menurun tipis 1,2 persen YoY menjadi Rp 10,2 triliun. Penurunan ini sebagai dampak dari one-off gain dari penjualan portofolio reksa dana yang dibukukan tahun lalu, tetapi sebagian besar dapat diimbangi oleh kenaikan pendapatan fee dan komisi.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya