Terungkap, Alasan Unicorn Enggan Catatkan Saham di Indonesia

BEI berupaya untuk mengakomodasi keperluan startup baik unicorn maupun decacorn untuk mencatatkan saham di Bursa.

oleh Pipit Ika Ramadhani diperbarui 18 Sep 2021, 20:51 WIB
Diterbitkan 18 Sep 2021, 14:41 WIB
FOTO: PPKM Diperpanjang, IHSG Melemah Pada Sesi Pertama
Karyawan mengambil gambar layar Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Jumat (22/1/2021). Sebanyak 111 saham menguat, 372 tertekan, dan 124 lainnya flat. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Liputan6.com, Jakarta - Saat ini, kendati Indonesia memiliki banyak perusahaan rintisan (startup) baru ada satu perusahaan yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI). Yakni PT Bukalapak.com (BUKA). Melantainya BUKA di pasar modal tanah air diharapkan dapat memicu startup lainnya untuk mencatatkan saham perusahaan di BEI.

Kepala Unit Pengembangan Startup dan SME BEI, Aditya Nugraha menuturkan, Bursa berupaya untuk mengakomodasi keperluan startup baik unicorn maupun decacorn untuk mencatatkan saham di pasar modal Indonesia

Anug, begitu panggilan akrabnya, menilai IPO merupakan langkah yang strategis, sehingga tiap-tiap perusahaan rintisan ini perlu persiapan yang berbeda.

"Keputusan untuk IPO adalah keputusan strategis sehingga masing-masing unicorn atau decacorn perlu internal preparation yang masing-masing beda,” kata dia dalam Webinar AMVESINDO, dikutip Sabtu (18/9/2021).

Selain itu, sedikitnya startup yang IPO di Indonesia lantaran memiliki induk atau holding di luar negeri. Sehingga, kata Anug, ini menjadi pertimbangan perusahaan dari sisi ekonomi.

"Perbedaan lokasi badan hukum ini menjadi salah satu pertimbangan perusahaan, khususnya dari segi ekonomi," kata dia.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.


Masalah Valuasi

FOTO: Jelang Tutup, Nilai Perdagangan Saham Lebih dari Rp 7,7 Triliun
Pialang memantau jalannya perdagangan saham di galeri Profindo Sekuritas, Jakarta, Rabu (8/7/2020). Sembilan sektor tercatat berkinerja baik dipimpin sektor finance yang melonjak 3,76 persen. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Kepala Divisi Investment Banking Capital Market 2 Mandiri Sekuritas, Primonanto Budi Atmojo mengatakan, sebab lainnya yakni terkait valuasi. Sebelum mengeksekusi IPO Bukalapak, Primonanto mengaku sempat berbicara dengan sejumlah unicorn dan mendapati unicorn-unicorn tersebut fokus pada valuasi.

“Jadi mereka masih memiliki pandangan bahwa investor di Indonesia, Southeast Asia, belum begitu mengerti industri ini. Sehingga valuasi yang kemungkinan didapat oleh mereka tidak optimal. Makanya mereka banyak lari akhirnya menggunakan SPAC di US,” kata dia.

Salah satu unicorn tanah air, Traveloka, juga sempat berencana untuk melakukan IPO di Bursa AS melalui merger dengan Bridgetown Holdings Ltd., sebuah perusahaan cek kosong disebut juga perusahaan akuisisi bertujuan khusus atau SPAC yang didukung oleh miliarder Richard Li dan Peter Thiel. Namun, baru-baru ini Traveloka membatalkan rencana tersebut, menurut sumber yang enggan disebutkan namanya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya