Bos Bukalapak Ingin Usaha Kecil hingga Startup Didekatkan dengan Akses Pendanaan

PT Bukalapak.com turut mendorong agar startup lainnya juga melirik Bursa Efek Indonesia (BEI) untuk mendapatkan akses pembiayaan

oleh Pipit Ika Ramadhani diperbarui 27 Sep 2021, 14:12 WIB
Diterbitkan 27 Sep 2021, 14:12 WIB
Ilustrasi Bukalapak (Dok: Bukalapak)
Ilustrasi Bukalapak (Dok: Bukalapak)

Liputan6.com, Jakarta - Pembiayaan acap menjadi kendala untuk usaha skala kecil hingga perusahaan rintisan (startup). Untuk itu, berbagai pihak mendorong agar akses pembiayaan untuk perusahaan kecil menengah dapat terfasilitasi.

Berhasil melakukan penggalangan dana hingga hampir Rp 22 triliun di pasar modal, startup berstatus unicorn, PT Bukalapak.com turut mendorong agar startup lainnya juga melirik Bursa Efek Indonesia (BEI) untuk mendapatkan akses pembiayaan.

Lantaran, Bursa Efek Indonesia (BEI) saat ini juga tengah mengupayakan aturan yang lebih ramah untuk akomodasi kebutuhan pendanaan startup di pasar modal.

“Dengan IPO Bukalapak, kami berharap bisa memberi semangat bahwa dimungkinkan untuk mendapat pendanaan dengan skala yang besar lewat pasar modal,” kata CEO Bukalapak, Rachmat Kaimuddin dalam Webinar Wake Up Call: Building Neo Economy Society, Senin (27/9/2021).

Rachmat mengatakan, selama ini perusahaan rintisan unicorn bisa saja mendapatkan pendanaan di atas USD 1 miliar, tetapi melalui private market.

Dengan upaya BEI untuk mengakomodasi pendanaan bagi perusahaan rintisan, startup bisa mencari pendanaan di pasar modal tanah air, dan tidak perlu repot-repot mencari pendanaan di tempat lain.

“Jadi selama ini untuk memperoleh USD 1 billion sudah ada di tempat lain, tapi lewat private market. Dari sisi industri, modal itu penting dan enggak harus ke New York, tapi bisa kita lakukan di Indonesia,” kata dia.

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Kiat Bos Bukalapak untuk Startup yang Mau IPO

Ilustrasi Bukalapak (Dok: Bukalapak)
Ilustrasi Bukalapak (Dok: Bukalapak)

Sebelumnya, PT Bukalapak.com atau Bukalapak (BUKA) menjadi perusahaan teknologi pertama yang melakukan penawaran umum perdana (initial public offering/IPO) di Indonesia. Sekaligus menjadi IPO terbesar sepanjang sejarah Bursa Efek Indonesia (BEI).

Hadirnya Bukalapak dinilai memberikan karpet merah bagi perusahaan rintisan (startup) lain untuk turut mencatatkan saham perdana di Bursa. Untuk mengakomodasi hal itu, BEI bersama OJK juga tengah mematangkan regulasi yang sesuai dengan karakteristik startup unicorn dan decacorn untuk dapat melantai di Bursa.

Salah satunya yakni menyiapkan regulasi yang sesuai dengan penyusunan pengaturan dual class share dengan multiple voting shares (MVS) yang memungkinkan para pendiri unicorn atau decacorn menjaga pengendaliannya. Sehingga dapat membangun dan mengembangkan bisnisnya sesuai dengan visi misi yang sudah direncanakan.

"Intinya Bursa Indonesia kita itu telah memberikan jalan kepada semua jenis perusahaan untuk bisa IPO," ujar CEO Bukalapak, Rachmat Kaimuddin dalam Webinar AMVESINDO “Perjalanan Startup Menuju IPO”, Kamis (16/9/2021).

Pernyataan tersebut sekaligus menjawab pertanyaan bagaimana Bukalapak bisa IPO, sementara masih mencatatkan rugi. Untuk diketahui, Bursa memiliki Papan Pengembangan dan Papan Akselerasi, memungkinkan perusahaan yang masih merugi untuk mencatatkan sahamnya di Bursa.

"Ada papan pengembangan, ini masih memperbolehkan kita untuk yang laporan keuangannya merah itu untuk listed,” kata Rachmat.

Punya Rencana Jangka Panjang

Ilustrasi Bukalapak (Dok: Bukalapak)
Ilustrasi Bukalapak (Dok: Bukalapak)

Namun, lanjut Rachmat, Perusahaan harus memiliki rencana jangka panjang untuk meyakinkan regulator perusahaan akan bisa untung pada kemudian hari.

Ia mengatakan, Bukalapak hari ini memang masuk dalam  papan pengembangan.Namun, Perseroan berharap dan mengupayakan bisa naik kelas dan masuk ke papan utama suatu saat nanti.

"Intinya belum profitable. Tapi selama bisa menunjukkan prospek ke depan, dimungkinkan untuk go public di Bursa Efek Indonesia,” ujar dia.

Selanjutnya, Rachmat mengatakan perlu perencanaan yang matang sebelum IPO. Mulai dari infrastruktur hingga urusan legalitas. Sehingga diperlukan konsultan hukum untuk memastikan kesehatan perusahaan. Selain itu, yang tak kalah penting dan menjadi kunci utama untuk melantai di Bursa adalah visi misi yang diusung perusahaan. Tentu dibarengi dengan daya tarik lain seperti menjadi berbeda.

"Harus bisa distinguish. Membedakan diri dengan yang lain. Pembeda itulah yang menjadi kunci sukses kami untuk berhasil melakukan IPO,” ungkapnya.

Bukalapak bukan hanya platform yang menyediakan online marketplace. Namun, Bukalapak telah merambah ke all commerce, yaitu perusahaan memiliki toko offline hingga digitalisasi warung.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya