Garuda Indonesia Sampaikan Skema Proposal Restrukturisasi kepada Lessor hingga Kreditur

Penyampaian skema proporsal restrukturisasi menjadi langkah awal dari keseluruhan proses restrukturisasi Garuda Indonesia (GIAA).

oleh Pipit Ika Ramadhani diperbarui 16 Nov 2021, 20:43 WIB
Diterbitkan 16 Nov 2021, 20:43 WIB
Pesawat Airbus A330 Garuda Indonesia
Pesawat Airbus A330 Garuda Indonesia mendarat di Bandara Internasional Sultan Iskandar Muda di Blang Bintang, Provinsi Aceh pada 13 Juli 2021. (CHAIDEER MAHYUDDIN / AFP)

Liputan6.com, Jakarta - PT Garuda Indonesia (GIAA) telah menyampaikan skema proposal restrukturisasi kepada lessor dan kreditur. Direktur Utama Garuda Indonesia, Irfan Setiaputra menyampaikan, langkah ini menandai percepatan proses restrukturisasi dan pemulihan Garuda Indonesia.

“Proposal ini menguraikan rencana jangka panjang bisnis Garuda serta sejumlah penawaran dalam pengelolaan kewajiban bisnis kami dengan para lessor, kreditur, dan para pemasok utama,” ujarnya dalam keterangan yang diterima Liputan6.com, Selasa (16/11/2021).

Irfan menuturkan, penyampaian skema proposal restrukturisasi ini menjadi langkah awal dari keseluruhan proses restrukturisasi. Sekaligus menjadi momentum penting dalam upaya Perseroan bertransformasi menjadi entitas bisnis yang lebih adaptif, efisien, dan profitable.

Adapun skema proposal restrukturisasi ini telah disampaikan melalui kanal data digital yang dapat diakses secara real time oleh seluruh lessor, kreditur, maupun pihak terkait lainnya mengacu pada ketentuan non-disclosure agreement yang telah disepakati seluruh pihak.

“Kanal ini akan mempermudah para pihak untuk meninjau dokumen serta memberi tanggapan balik. Karena ini merupakan bagian dari komitmen Garuda Indonesia yang menegakkan prinsip-prinsip transparansi dan fairness atau kejujuran serta menciptakan komunikasi konstruktif dengan semua kreditur,” kata Irfan.

 

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Koordinasi

Pesawat Airbus A330 Garuda Indonesia
Pesawat Airbus A330 Garuda Indonesia mendarat di Bandara Internasional Sultan Iskandar Muda di Blang Bintang, Provinsi Aceh pada 13 Juli 2021. (CHAIDEER MAHYUDDIN / AFP)

Proposal tersebut, lanjut Irfan, turut diselaraskan dengan momentum pengajuan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU) di Pengadilan Niaga Jakarta oleh salah satu mitra bisnis Garuda Indonesia.

Garuda Indonesia juga telah berkoordinasi dengan tim restrukturisasi serta para advisors untuk terus melakukan koordinasi intensif bersama pihak lessor dan kreditur untuk menjawab dan mempelajari setiap feedback yang disampaikan kepada Perusahaan. Sehingga Perseroan dapat segera melakukan tindak lanjut negosiasi dan memperoleh kesepakatan terbaik.  

"Dukungan lessor dan kreditur tentunya memiliki makna penting bagi kami dalam mendukung upaya transformasi mindset bisnis yang lebih adaptif dan resilient dalam menjawab tantangan industri di masa depan", ungkap Irfan.  

Di tengah restrukturisasi yang tengah berjalan, Garuda Indonesia terus menyempurnakan atas layanan penerbangannya melalui tinjauan atas aspek cost leadership dan efisiensi dengan tetap mengedepankan aspek keamanan dan kenyamanan penerbangan kepada seluruh pengguna jasa.

"Komitmen kami tersebut juga didukung dengan penerapan asas Good Corporate Governance pada seluruh aspek bisnis, termasuk memaksimalkan lini pendapatan dari bisnis kargo sebagai salah satu penopang utama pendapatan usaha Garuda,” ujar Irfan.

Strategi

Garuda Indonesia Buka Rute Chengdu-Bali Januari 2017
Garuda Indonesia bakal membuka rute baru Denpasar-Bali ke Chengdu Tiongkok dengan frekuensi empat kali seminggu dengan pesawat Airbus.

Selain itu, perseroan memiliki sejumlah strategi untuk mendukung kegiatan operasional perseroan. Strategi itu antara lain:

1.Mengoptimalkan route network perseroan dengan mengoperasikan rute-rute yang mengkontribusikan keuntungan dengan fokus awal adalah rute-rute domestik dan rute-rute penerbangan internasional tertentu dengan tujuan pengangkutan kargo.

2.Menyesuaikan jumlah pesawat perseroan sesuai kondisi pasar serta menyesuaikan jenis dan tipe pesawat untuk mensimplifikasi operasional serta mendorong efisiensi biaya.

3.Melakukan negosiasi ulang kontrak sewa pesawat.

4. Meningkatkan kontribusi pendapatan kargo melalui optimalisasi belly capacity dan digitalisasi operasional.

5. Meningkatkan kontribusi pendapatan ancillary melalui product unbundling dan ekspansi produk yang ditawarkan.

 

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya