Liputan6.com, New York - Bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street melemah pada perdagangan Selasa, 14 Desember 2021. Hal ini seiring saham teknologi kapitalisasi besar tertekan dan data inflasi baru menunjukkan kenaikan tajam harga.
Pada penutupan perdagangan wall street, indeks Nasdaq memimpin penurunan di antara indeks acuan. Indeks Nasdaq melemah 1,14 persen menjadi 15.237,64. Indeks S&P 500 tergelincir 0,75 persen menjadi 4.634,09. Indeks Dow Jones merosot 0,30 persen atau 106,77 poin menjadi 35.544,18.
Baca Juga
Saham teknologi menjadi sumber utama tekanan terhadap wall street. Saham Microsoft melemah 3,2 persen dan saham Adobe tergelincir 6,6 persen. Di sisi lain, saham Ford melemah hampir 1,9 persen seiring Toyota akan investasi USD 35 miliar untuk kendaraan listrik pada 2030. Ford berusaha untuk memantapkan perusahaan sebagai pemimpin.
Advertisement
Sementara itu, saham Tesla turun 0,8 persen setelah pengahuan dengan Securities and Exchange Commission mengungkapkan CEO Tesla Elon Musk menjual saham senilai USD 906,5 juta atau sekitar Rp 12,99 triliun (asumsi kurs Rp 14.330 per dolar AS).
Saham Netflix, Apple dan Amazon juga berada di wilayah negatif. "Nama-nama saham kapitalisasi besar sekarang mulai turun persis seperti yang terjadi pada 2018,” ujar Chief Investment Officer Morgan Stanley Mike Wilson dilansir dari CNBC, Rabu (15/12/2021).
Koreksi yang terjadi di wall street juga didorong indeks harga produsen pada November menunjukkan kenaikan 9,6 persen year over year.
Indeks tersebut mencatatkan rekor tercepat, dan di atas prediksi ekonom 9,2 persen, berdasarkan Dow Jones. Indeks harga produsen naik 0,8 persen month over month, angka ini di atas dari yang diharapkan 0,5 persen.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Investor Bakal Cermati Komentar the Fed
Inflasi yang dicatat lebih tinggi dari yang diharapkan di tengah sentimen bank sentral Amerika Serikat atau the Federal Reserve juga mulai pertemuan dua hari pada perdagangan Selasa pekan ini. Bank sentral AS akan rilis pernyataan pada Rabu waktu setempat dengan proyeksi triwulanan ekonomi, inflasi dan suku bunga.
Investor akan mencermati komentar the Fed jika berencana untuk mempercepat akhir program pembelian obligasi. Saat ini, program pembelian aset bank sentral akan berakhir pada Juni 2022, tetapi sejumlah pejabat telah berbicara untuk mengakhiri pembelian obligasi lebih cepat.
Survei the Fed CNBC terbaru menunjukkan profesional investasi dan ekonom memperkirakan the Fed akan kurangi pembelian asetnya apda Maret, dan mulai kenaikan suku bunga pada Juni 2021.
Wolfe Research Strategist Chris Senyek menuturkan, the Fed perlu berjalan di arah yang baik untuk menghindari ketakutan pasar.
“Ketua The Fed Powell memiliki pekerjaan komunikasi yang sangat sulit di depannya. Kami sejalan dengan konsensus dan mengharapkan The Fed untuk akhiri program tapering pada Maret/April dan mulai mendaki pada Mei,” kata dia.
Ia menambahkan, jika ketua The Fed Powell menekankan FOMC tetap fleksibel, Fed put harus tetap di tempatnya. Namun, jika nada terlalu hawkish, itu dapat berubah menjadi bencana seperti Desember 2018.
Advertisement
Saham Bank Naik
Di sisi positif untuk pasar, saham bank-bank besar naik seiring dengan suku bunga. Saham Goldman Sachs dan Bank of America masing-masing bertambah lebih dari 1 persen.
Di sisi lain, Pfizer mengumumkan obat yang ditujukan untuk mengobati pasien COVID-19 terbukti efektif dalam analisis akhir, termasuk terhadap varian omicron baru. Namun, Organisasi Kesehatan Dunia memperingatkan varian baru tampaknya menyebar lebih cepat dari versi sebelumnya.