SEMA Siap Garap Peluang Pasar EBT Dalam Negeri yang Meningkat

PT Semacom Integrated Tbk (SEMA) mendorong peningkatan fasilitas produksi untuk suplai komponen inverter dan baterai dalam pengembangan proyek PLTS.

oleh Pipit Ika Ramadhani diperbarui 20 Mei 2022, 13:41 WIB
Diterbitkan 20 Mei 2022, 13:41 WIB
PT Semacom Integrated Tbk (SEMA)
Pertumbuhan kebutuhan tenaga listrik industri Indonesia diprediksi tumbuh 3,6 kali lipat pada 2036 dibanding 2020

Liputan6.com, Jakarta - PT Semacom Integrated Tbk (SEMA) siap penuhi kebutuhan energi terbarukan di dalam negeri. Perseroan menangkap peluang salah satunya dari target pemerintah untuk mencapai proporsi energi baru terbarukan 23 persen dari total sumber energi pada 2025.

Direktur Utama PT Semacom Integrated Tbk, Rudi Intan mengatakan, hal itu merupakan ceruk yang tengah dibidik perseroan, yang memiliki prospek pasar yang semakin menjanjikan.

Pengembangan bisnis perseroan pada produk panel surya yang telah teruji sejak 2021 dengan inisiasi beberapa proyek PLTS, menjadi kekuatan yang semakin memperkuat perseroan dalam menghadapi persaingan dengan kompetitornya.

Seiring dengan bertambahnya permintaan di dalam negeri, perseroan dapat memenuhi kebutuhan tersebut, di antaranya untuk suplai komponen inverter dan baterai.

Selama ini, sumber bahan baku yang digunakan perseroan berasal dari dalam negeri dan khusus untuk komponen lithium berasal dari luar negeri dan cukup tersedia di pasar.

"Untuk mendorong prospek bisnis ke depan, perseroan terus mendorong peningkatan fasilitas produksi pabrik Perseroan yang dilengkapi dengan fasilitas produksi, CNC line, fasilitas uji coba (Dielectric Test & Secondary Injection), fasilitas R&D, serta gudang material dan barang hasil produksi," kata Rudi, Jumat (20/5/2022).

Berdasarkan data Kementerian ESDM, energi terbarukan surya menjadi urutan pertama dalam pemenuhan energi dengan potensi sebesar 207,8 Gigawatt (GW).

Potensi tersebut menjadi bagian dalam Rencana Induk Pembangunan Industri Nasional 2015-2035, dimana kebutuhan energi listrik untuk industri pada tahun 2035 diproyeksikan akan mencapai 446.993 GWh.

Sebagai salah satu pionir dari manufaktur panel listrik berlisensi, Semacom Integratedjuga terus mempertahankan sertifikasi dan partner teknologi dari sejumlah brand internasional, seperti Siemens Technology Partner sejak 2009, the Hyundai Electric Business Partner sejak 2018 dan FiberHome Authorized FitOn Series Assembler sejak 2020.

“Tingkat harga dan volatilitas harga dari bahan baku perseroan cukup terjaga dengan baik mengingat banyaknya alternatif sumber bahan baku Perseroan, selain itu pemesanan ke supplier dilakukan setelah mendapat konfirmasi order pelanggan," imbuh Rudi.

 

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.


Kinerja 2021

Ilustrasi Laporan Keuangan
Ilustrasi Laporan Keuangan.Unsplash/Isaac Smith

Sepanjang tahun lalu, perseroan mencatatkan perolehan laba komprehensif periode tahun buku 2021 sebesar Rp 19,75 miliar.

Realisasi ini tumbuh 547 persen dibandingkan 2020 yang hanya mencatat pembukaan laba komprehensif sebesar Rp 3,05 miliar. Penjualan pada 2021 tumbuh signifikan dari sebelumnya Rp 82,89 miliar pada 2020 menjadi Rp 198,21 miliar.

Kemudian untuk aset perusahaan juga tumbuh 35 persen year on year (yoy) menjadi Rp 190,07 miliar dari sebelumnya Rp 141,03 miliar. Berbagai catatan keuntungan tersebut berpotensi semakin meningkat, mengingat pemerintah tengah serius dalam mendorong kesiapan Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU) di Indonesia yang kini tengah dikembangkan Perseroan.

Dengan mengestimasikan biaya investasi pembangunan SPKLU level 2 sebesar USD 4,300 dan target kebutuhan SPKLU yang telah diproyeksikan oleh PLN pada 2021-2025, maka terdapat potensi proyek minimum sebesar USD 203 juta untuk perusahaan, di luar potensi dari pihak swasta. 


Semacom Integrated Bidik Pendapatan Rp 20 Miliar dari Solar Panel

Ilustrasi Laporan Keuangan. Unsplash/Austin Distel
Ilustrasi Laporan Keuangan. Unsplash/Austin Distel

Sebelumnya, PT Semacom Integrated Tbk (SEMA) berencana diversifikasi usaha dengan membuka pasar baru sebagai pendukung industri energi terbarukan.

Direktur Utama PT Semacom Integrated Tbk, Rudi Hartono Intan mengatakan, perseroan saat ini berupaya mengembangkan produk dengan pembangunan solar panel.

Dalam pengembangan solar panel ini, SEMA akan berpartner dengan perusahaan asal China, Golden Concord Holdings Limited (GCL-Poly). Untuk proyek solar panel yang akan mulai dibangun tahun ini diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap pendapatan perusahaan hingga Rp 20 miliar.

"Kita baru mau kerja sama menjadi distributor salah satu merk dulu, dan sekalian rencana mau assembling lokal. Nanti kita akan bikin merk sendiri," ujar dia dalam keterangan tertulis yang diterima Liputan6.com, Rabu (9/3/2022).

Selain panel solar, perseroan juga membidik pasar penyedia energi melalui produksi baterai untuk keperluan data center perusahaan telekomunikasi dan SPKLU (Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum).

 

 


Bidik Kontrak dari PLN

Ilustrasi laporan keuangan.
Ilustrasi laporan keuangan. (Photo by Serpstat from Pexels)

"Dengan mengestimasikan biaya investasi pembangunan SPKLU level 2 sebesar USD 4.300 dan target kebutuhan SPKLU yang telah diproyeksikan oleh PLN pada 2021- 2025, maka terdapat potensi proyek minimum sebesar USD 203 juta untuk perusahaan swasta," kata dia.

Rudi berharap, ke depan, SEMA dapat memperoleh kontrak kerja sama dengan PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) atau PLN. Rudi mengatakan pihaknya siap membangun SPKLU ini di beberapa tempat strategis. Pembangunan SPKLU rencananya akan dimulai awal tahun depan.

"Untuk mempertahankan pangsa pasar dalam industri panel listrik, baterai dan energi terbarukan, kami akan selalu melakukan usaha-usaha dalam memperbaiki dan meningkatkan kompetensi dan kualitas produk dengan melakukan inovasi produk, meningkatkan efisiensi proses produksi, serta melakukan survey pasar,” ia menambahkan.

Semacom Integrated terlebih dahulu akan mencari product engineering dan kemudian diuji sampel untuk mendapatkan sertifikasi sebelum membangun lebih banyak. Untuk sementara ini nilai capital expenditure (capex) atau belanja modal SPKLU masih dalam tahap pendalaman. Perseroan masih fokus mengembangkan panel surya pada 2022.

"Tahun ini kita masih mengandalkan panel dan baterai, untuk panel box kita produksi sendiri," pungkas dia.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya