Liputan6.com, Jakarta - Indeks saham teknologi (IDXTechno) secara teknikal dinilai bakal mengalami kebangkitan. Lantaran, kenaikan suku bunga sudah melandai.
"Bank sentral sudah mulai kurang agresif dalam menaikkan mengurangi agresivitas kebijakan less agresive dari bank sentral terkait suku bunga. Tentunya appetitenya mulai meningkat. Di AS sendiri saham-saham teknologi termasuk blue chip sehingga efek dominonya terasa sampai ke Indonesia," kata Senior Investment Information Mirae Asset, Nafan Aji Gusta kepada awak media, Kamis (9/2/2023).
Baca Juga
Ia melihat kondisi ancaman stagflasi untuk saat ini mereda. Dengan demikian wajar saja minat investasi di aset berisiko (risk apetite) meningkat. Selain itu, sentimen badai teknologi juga mereda setelah akhir tahun lalu ancaman resesi meningkat.
Advertisement
"Sejauh ini terlihat kemungkinan resesi mulai mereda. Di Eropa probabilitas resesi turun menjadi sekitar 67,5 persen dari 80 persen," kata dia.
Nafan menuturkan, dari sisi domestik, IDXTechno pastinya akan memanfaatkan momentum pemulihan ekonomi yang didorong sektor konsumer. Selama sektor konsumsi meningkat, bisa dimanfaatkan IDXTechno untuk meningkatkan transaksi digital.
"Kalau consumer pulih otomatis demand meningkat. Ini juga tercermin kinerja indeks, supaya itu terjadi indeks mengalami penurunan tren. Ini kelihatannya suatu katalis positif bisa lahir," ujar dia.
Sektor Saham Teknologi Lesu, Kapan Waktu Mulai Masuk?
Sebelumnya, sektor saham teknologi tertekan jelang akhir tahun. Pada perdagangan Selasa, 20 Desember 2022, IDX Sector Technology terkoreksi 68,07 poin atau 1,33 persen ke posisi 5.048. Sejak awal tahun atau secara year to date (ytd), IDX Sector Technology terkoreksi 43,88 persen.
Namun, pada perdagangan Rabu, 21 Desember 2022, sektor saham teknologi naik 0,37 persen. Head of Research NH Korindo Sekuritas Liza C. Suryanata menilai, saham sektor teknologi masih akan mengalami tekanan, utamanya selama suku bunga bank sentral masih dalam tren naik.
Hal itu menyebabkan biaya keuangan perusahaan membengkak, mengingat emiten teknologi kebanyakan masih mencatatkan rugi. Akibatnya, perusahaan terpaksa melakukan efisiensi, salah satunya dengan pengurangan tenaga kerja.
"Apakah efisiensi ini akan ada efeknya, perlu kita lihat satu kuartal kemudian. Kita prefer untuk menunda investasi di saham teknologi at least sampai paruh kedua 2023,” kata Liza dikutip Kamis (22/12/2022).
Ia prediksi, resesi umum berlangsung selama 18 bulan. Jika pada tahun ini terhitung 12 bulan, sisanya diperkirakan berlangsung hingga enam bulan ke depan atau sampai semester I 2023. Saat itu, pasar juga perlu mencermati kebijakan kenaikan suku bunga bank sentral AS, The Fed.
"Jika masih ada kenaikan suku bunga The Fed, yang dikhawatirkan BI mau enggak mau harus mengikuti suku bunga AS untuk menjaga nilai tukar rupiah. Jadi saran saya untuk sektor teknologi kit tunggu dulu setidaknya sampai paruh kedua 2022,” imbuh Liza.
Advertisement
Sektor Saham Teknologi Loyo, Investor Harus Bagaimana?
Sebelumnya, sektor saham teknologi terpantau loyo pada 2022. Hal itu juga bebani laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).
Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), hingga perdagangan Selasa, 6 Desember 2022, sektor saham teknologi susut 39,75 persen ke posisi 5.418.
Salah satu yang menjadi pemicu IHSG terkoreksi yakni amblasnya saham PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO). Berdasarkan data RTI, kapitalisasi pasar GOTO tercatat sebesar Rp 136,20 triliun, dan menjadi salah satu yang terbesar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Sehingga pergerakan harga GOTO dapat mempengaruhi laju IHSG.
Dibayangi Suku Bunga
Head of Research Mirae Sekuritas Indonesia Hariyanto Wijaya menuturkan, tren penurunan pada saham sektor teknologi masih akan berlanjut, sejalan dengan tren kenaikan suku bunga. Hariyanto menyarankan agar investor wait and see terlebih dahulu.
"Yang kita suka sebenarnya, ya sudah biarkan saja dulu. Investor nggak usah chasing dulu karena menurut kita bearish di saham teknologi ini selama interest rate naik akan berlanjutm” kata Hariyanto dalam konferensi pers Sage Talk & Market Outlook di Jakarta, ditulis Rabu (7/12/2022).
Menurut dia, gerak saham sektor teknologi akan mulai stabil bersamaan dengan tren kenaikan suku bunga bank yang landai atau bahkan berhenti menaikkan suku bunga. Sementara pada 2023, baik Bank Sentral AS (The Fed) diperkirakan masih melanjutkan untuk menaikan suku bunga tetapi tak seagresif pada 2022.
“Kita melihat tahun depan selama tren suku bunga masih naik itu membuat saham-saham teknologi kurang diminati. Jadi kapan mulai akumulasi, menurut saya setelah nanti tren kenaikan suku bunga bank sentral sudah stabil, sudh anggak naik lagi,” pungkas Hariyanto.
Advertisement