Harga Saham BREN Melambung, Analis Ingatkan Investor Jangan FOMO

Harga saham PT Barito Renewable Energy Tbk (BREN) terus menguat pada sesi perdagangan Jumat, 13 Oktober 2023, saham BREN naik 24,87 persen ke posisi Rp 2.360.

oleh Elga Nurmutia diperbarui 13 Okt 2023, 11:26 WIB
Diterbitkan 13 Okt 2023, 11:24 WIB
Pembukaan Awal Tahun 2022 IHSG Menguat
PT Barito Renewables Energy Tbk telah resmi debut di pasar modal melalui skema penawaran umum perdana saham (initial public offering/IPO). (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - PT Barito Renewables Energy Tbk telah resmi debut di pasar modal melalui skema penawaran umum perdana saham (initial public offering/IPO). Lantas, bagaimana prospek saham BREN ke depannya?

Analis RHB Sekuritas Michael Wilson Setjoadi menilai saham BREN memiliki prospek positif ke depannya. Bahkan, saat ini harga sahamnya pun sudah dua kali dari harga IPO. 

"Prospek BREN cukup besar dari potensi penjualan karbon kredit. Harga sahamnya pun sudah hampir double dari harga IPO, dan memang alokasi sewaktu IPO cukup minim, sehingga demand di secondary market sangat besar," ujar dia kepada Liputan6.com, Jumat (13/10/2023). 

Menurut ia, Paris Agreement yang berdampak mempercepat adaptasi renewable energy menjadi pengganti pembangkit listrik batu bara dan kebijakan smelter metal mining untuk mulai menggunakan renewable energy ini yang meningkatkan permintaan untuk listrik yang dihasilkan dari BREN. 

Sementara itu, ia menjelaskan, pada saat ini sudah telat untuk masuk ke saham BREN. Sebab, kenaikan saham BREN sangat signifikan, valuasi sudah tidak murah atau menarik lagi.

"Menurut saya agak telat untuk dikejar saat ini. Jangan FOMO menurut saya,  valuasi sudah tidak murah atau menarik lagi dan banyak overhang dari regulasi karbon yang memang struktur nya sudah mulai terbentuk, tetapi banyak sekali yang belum concrete," kata dia. 

Investment Analyst Infovesta Kapital Advisori, Fajar Dwi Alfian mencermati prospek saham BREN cukup positif, dikarenakan sentimen mengenai energi baru dan terbarukan (EBT) yang akan digencarkan oleh Pemerintah dalam jangka pendek ke depan. Apalagi kini sudah ada bursa karbon yang akan mempercepat proses transisi energi bersih tersebut.

Di sisi lain, faktor yang akan mendukung kinerja keuangan dan sahamnya adalah permintaan produk dari emiten yang berasal dari kebutuhan energi baru terbarukan. 

"Investor perlu mencermati fundamental emiten dan valuasi saham-nya. Strateginya investasi secara berkala sembari mencermati fundamental emiten terkait," kata Fajar.

 

 

Valuasi Saham Mahal

Sejalan dengan itu, Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas, Nafan Aji Gusta menilai secara jangka panjang saham BREN memiliki prospek yang cerah. Ini mengingat, Perseroan bergerak di bidang energi baru terbarukan. 

"BREN juga berkomitmen menerapkan EBT. Pengembangan bisnis EBT yang sifatnya jangka panjang," kata Nafan. 

Ia melihat kinerja saham BREN akan semakin progresif. Hal itu tercermin dari kenaikan harga saham secara signifikan membuat P/E-nya premium. 

Sementara itu, Pengamat Pasar Modal Desmond Wira menuturkan, secara valuasi saham BREN sudah terlalu mahal. Pada harga Rp 1.890 PER 156 kali, PBV 76 kali, sehingga kemungkinan upside sudah terbatas.

Menurut ia, bisa mempertimbangkan untuk profit taking bagi investor yang sudah membeli saham BREN sejak IPO.

"Untuk saat ini faktor sentimen yang dominan cuma spekulasi dari pelaku pasar untuk mendapatkan profit jangka pendek. Kinerja keuangan walau masih positif, kemungkinan akan terbebani oleh beban utang yang cukup besar," imbuhnya. 

 

Sentimen Positif

FOTO: PPKM Diperpanjang, IHSG Melemah Pada Sesi Pertama
Karyawan melihat layar Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Jumat (22/1/2021). Sebanyak 111 saham menguat, 372 tertekan, dan 124 lainnya flat. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Sedangkan, Tim Riset InvestasiKu menjelaskan terdapat sejumlah sentimen positif yang akan membayangi prospek kinerja BREN ke depan. Pertama, pertumbuhan ekonomi yang mendorong permintaan listrik.Kedua, kapasitas PLTP Indonesia diproyeksikan tumbuh pesat. 

Ketiga, dukungan Pemerintah untuk energi terbarukan. Perseroan memperoleh manfaat yang signifikan dari tujuan kebijakan Pemerintah Indonesia dalam mendukung pengembangan sektor tenaga panas bumi. Keempat, target EBT pada  2025 minimum 23 persen.

Kelima, insentif fiskal. Manfaat fiskal mencakup tunjangan pajak untuk investasi dalam bidang atau wilayah kerja tertentu, dan pemberian skema insentif untuk eksplorasi tenaga panas bumi, termasuk kredit pajak investasi sebesar 30 persen, tunjangan percepatan depresiasi dan amortisasi, dan kompensasi kerugian yang terjadi selama jangka waktu lima tahun. 

"Selain itu, operasi pembangkitan listrik tenaga panas bumi dikecualikan dari berbagai bea impor, termasuk bea impor terkait mesin, barang, dan material penting yang akan digunakan selama proses pengembangan," tulis Tim Riset InvestasiKu.

 

Risiko Bisnis

Pergerakan IHSG Turun Tajam
Pengunjung melintas di papan elektronik yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Jakarta, Rabu (15/4/2020). Pergerakan IHSG berakhir turun tajam 1,71% atau 80,59 poin ke level 4.625,9 pada perdagangan hari ini. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Keenam, bursa karbon, Perseroan dapat mendapat keuntungan atas penerapan bursa karbon karena kredit karbon yang dimiliki perseroan kemudian dapat diperdagangkan kepada berbagai pihak yang melewati batas emisi karbon yang diberikan. Perseroan pun sudah mencatatkan pendapatan dari kredit karbon sejak 2020.

Di sisi lain, tetap saja ada risiko bisnis yang dihadapi oleh BREN, seperti risiko ketidakpastian geologis yang dapat mempengaruhi produksi sumber energi panas bumi, risiko ketergantungan pada kemampuan PLN dan PGE atas kewajiban pembayarannya dan risiko ketergantungan pada dua jenis perjanjian utama untuk PLTP Wayang windu, Darajat dan Salak.

Selain itu, risiko penurunan kinerja keuangan yang disebabkan penurunan kualitas dan kuantitas sumberdaya panas bumi, risiko memburuknya hubungan antara perseroan dan masyarakat sekitar PLTP serta risiko perubahan hukum dan peraturan pemerintah dan undang undang.

Kemudian, ada juga risiko ketidakpastian penafsiran hukum pajak Indonesia, risiko kegagalan ekspansi, dan risiko volatilitas nilai tukar.

Infografis Bank Dunia Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Terjun Bebas. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis Bank Dunia Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Terjun Bebas. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya