Liputan6.com, Jakarta - Investor yang juga dikenal sebagai Warren Buffett Indonesia Lo Kheng Hong masuk 20 daftar pemegang saham PT Bank Danamon Indonesia Tbk (BDMN).
Mengutip laman Bank Danamon, ditulis Minggu (29/12/2024), Lo Kheng Hong genggam 15.491.200 saham BDMN atau setara 0,16 persen per 30 November 2024. Ia masuk daftar 20 pemegang saham BDMN. Adapun pemegang saham terbesar Bank Danamon yakni MUFG Bank Ltd sebesar 91,47 persen.
Advertisement
Baca Juga
Lo Kheng Hong membeli saham Bank Danamon dengan mempertimbangkan kinerja keuangan hingga kuartal III 2024. “Saya membeli saham Bank Danamon karena adalah Bank yg kinerjanya bagus, sampai September 2024 labanya Rp 2,33 Triliun dan valuasinya juga murah,” tutur Lo Kheng Hong saat dihubungi Liputan6.com.
Advertisement
Mengutip Antara, Bank Danamon mencapai laba operasional sebelum pencadangan sebesar 5 persen year on year (YoY) menjadi Rp 6,3 triliun hingga September 2024. Dengan dmeikian, laba bersih setelah pajak senilai Rp 2,33 triliun.
Perseroan mencatat kinerja penyaluran kredit termasuk trade finance naik 12 persen yoy menjadi Rp 186,5 triliun.
Dana Pihak Ketiga (DPK) Bank Danamon juga naik 14 persen yoy menjadi Rp148,9 triliun, sementara pendanaan granular naik sebesar 11 persen yoy. Selain itu, pendapatan operasional hingga 30 September 2024 meningkat 7 persen yoy menjadi Rp14,2 triliun.
Pertumbuhan tersebut ditopang oleh kualitas aset yang sehat, tercermin dari rasio risiko atas kredit (loan at risk/LAR), termasuk restrukturisasi COVID-19 yang masih direlaksasi, yang membaik 80 basis poin (bps) menjadi 11,5 persen.
Di sisi lain, rasio kredit macet bruto (non-performing loan/NPL gross) membaik sebesar 30 bps menjadi 2 persen yang diikuti juga dengan membaik-nya rasio cakupan pinjaman bermasalah (NPL coverage ratio) menjadi 272,3 persen, naik dari 252,7 persen pada tahun sebelumnya.
Lo Kheng Hong Enggan Jajal Saham Ini, Kenapa?
Sebelumnya, Investor Senior Lo Kheng Hong terus terang jika dirinya tak begitu menyukai bank digital. Meski, saham perbankan secara umum menjadi favoritnya. Menurut Lo, bank digital memiliki aset yang relatif kecil, yaitu sekitar Rp 20 triliun dengan keterbatasan ruang tumbuh.
Lantaran, industri perbankan sudah dikuasai oleh bank-bank besar. "Bank kecil, digital sangat sulit untuk menjadi besar. Lihat saja sudah 2-3 tahun, aset tetap tak bertumbuh. Segitu-gitu saja sekitar Rp 20 triliun. Tetapi, bank besar sangat mudah untuk menjadi bank digital," ungkap dia.
Lo sendiri mengaku tertarik dengan sektor perbankan dengan aset sekitar Rp 200-350 triliun dengan Price to Book Value atau PBV yang masih kecil. Diketahui, Lo memiliki saham perbankan seperti PT Bank CIMB Niaga Tbk (BNGA) dan PT Bank OCBC NISP Tbk (NISP).
"Saya ambil bank-bank yang asetnya Rp 200-350 triliun. PBV masih di bawah 1x. Jadi kalau lihat bank yang aset Rp 200-350 triliun, sekarang (di portofolio) ada 2 emiten bank, menyusul 1 lagi (jadi 3), nama saya muncul sebagai 10 besar pemegang saham di sana," kata Lo.
Advertisement
Pertimbangkan Bidang Usaha
Secara umum, Lo menilai perusahaan menarik dicermati ketika dikelola oleh manajemen yang bertanggung jawab. Lo menegaskan, dirinya tidak tertarik dengan perusahaan dengan manajemen yang tidak baik.
Selain itu, Lo mempertimbangkan dari sisi bidang usaha. Alih-alih membaca prospek pada masa mendatang, Lo lebih memilih emiten atau perusahaan yang sudah jelas laba besar. Selanjutnya, Lo mencermati dari sisi valuasi. Asal tahu saja, Lo memiliki rumus bahwa price earning ratio (PER) maksimal 9x dan price to book ratio (PBV) maksimal 1x. Terakhir, adalah dividen.
"Dapat dividen besar enak, seperti mendapatkan uang tunggu. Tahun lalu dapat dividen dari emiten-emiten yang saya miliki Rp 100 miliar. Lumayan (besar), enak. Itung-itung saya dapat uang tunggu," kata Lo.
Jurus Serok Cuan di Pasar Modal Ala Lo Kheng Hong
Sebelumnya, investor kawakan, Lo Kheng Hong berbagi jurus jitu serok cuan lewat investasi di pasar modal. Pertama, Lo mengatakan yang paling diperhatikan adalah pengendali perusahaan.
Menurut Lo, perusahaan menarik dicermati ketika dikelola oleh manajemen yang bertanggung jawab. Lo menegaskan, dirinya tidak tertarik dengan perusahaan dengan manajemen yang tidak baik.
"Lihat siapa pengendali perusahaan. Siapa direksi dan komisaris. Apakah orang baik dan orang jujur. Kalau bukan orang baik dan jujur, orang yang suka ambil uang perusahaan untuk perkaya diri, saya tidak mau beli," kata Lo dalam Seminar Capital Market Summit & Expo (CMSE) 2024, Kamis (7/11/2024).
Selain itu, Lo mempertimbangkan dari sisi bidang usaha. Alih-alih membaca prospek di masa mendatang, Lo lebih memilih emiten atau perusahaan yang sudah jelas laba besar. Menurut Lo, dalam investasi itu penting untuk memastikan tidak membeli kucing dalam karung.
"Saya beli perusahaan yang cuannya besar. Perusahaan rugi dan cuan kecil saya tidak mau beli. Saya hanya beli perusahaan yang cuannya besar. Perusahaan bukan hanya untung besar, tapi juga tumbuh. Nikmat sekali kalau punya perusahaan untung besar dan tiap tahun tambah besar untungnya. Seperti memiliki mesin pencetak uang," imbuh Lo.
Selanjutnya, Lo mencermati dari sisi valuasi. Asal tahu saja, Lo memiliki rumus bahwa price earning ratio (PER) maksimal 9x dan price to book ratio (PBV) maksimal 1x. Terakhir, adalah dividen. Pada tahun lalu, Lo mengantongi dividen Rp 1 miliar.
"Dapat dividen besar enak, seperti mendapatkan uang tunggu. Tahun lalu dapat dividen dari emiten-emiten yang saya miliki Rp 100 miliar. Lumayan (besar), enak. Itung-itung saya dapat uang tunggu," kata Lo.
Advertisement