Kisah Bahagia Lima Bersaudara Asal Tuban Berangkat Haji Bersama, Didaftarkan Orangtua Sejak 2011

Kelima bersaudara ini merupakan anak-anak dari pasangan Hanafi dan Asyrifah. Ayah mereka merupakan pensiunan pegawai KUA, sedangkan ibunda merupakan penjual daging sapi.

oleh Yusron Fahmi diperbarui 01 Jul 2024, 18:03 WIB
Diterbitkan 01 Jul 2024, 18:03 WIB
Lima bersaudara asal Tuban berangkat haji bersama. (Foto: Kemenag Jatim)
Lima bersaudara asal Tuban berangkat haji bersama. (Foto: Kemenag Jatim)

Liputan6.com, Surabaya - Raut wajah bahagia terpancar dari lima bersaudara asal Kelurahan Sidomulyo Tuban, usai pulang dari Tanah Suci melaksanakan ibadah haji yang tergabung dalam kelompok terbang (kloter) 12 dari Kabupaten Tuban. 

Kelima bersaudara itu adalah Muhammad As'ad (35), Ahmad Al Amin (32), Ahmad Asy'ari (30), Ahmad Syahrul 'Alim (28) dan Kholifatur Rosyidah (23).

Saudara tertua mereka, Muhammad As’ad berangkat bersama istri tercinta, Khusniatur Rosyidah (33).

“Alhamdulillah kami merasa sangat senang dan bersyukur tahun ini dapat pergi ke tanah suci bersama-sama,” tutur Muhammad As'ad, anak tertua, Senin (1/7/2024).

Lima bersaudara ini berterimakasih kepada kedua orangtua mereka yang telah mendaftarkan haji semua anaknya pada 2011 silam.

Kelima bersaudara ini merupakan anak-anak dari pasangan Hanafi dan Asyrifah. Ayah mereka merupakan pensiunan pegawai KUA di Tuban, sedangkan ibunda merupakan penjual daging sapi.

“Alhamdulillah orangtua kami begitu istimewa. Orangtua kami terlebih dahulu mendaftar pada 2010. Setahun kemudian, kami putra putrinya didaftarkan semua. Saat itu kami masih menempuh pendidikan," jelas As'ad.

Si bungsu, Kholifatur Rosyidah, menceritakan dia sudah didaftarkan haji oleh ayah dan ibunya ketika masih duduk di sekolah dasar.

“Alhamdulillah, saya bisa berangkat ke tanah suci dalam usia 23 tahun bersama kakak-kakak,” ujarnya penuh syukur.

Tidak hanya sampai di situ, sang kakak tertua pada musim haji ini merasa sangat bahagia karena dapat berangkat berhaji ditemani istri tercinta.

“Alhamdulillah tahun ini ada kuota pendampingan, sehingga istri saya yang mendaftar haji pada 2016 dapat bergabung bersama kami,” terang As’ad.

As’ad menerangkan tahun lalu pun mereka sebenarnya ingin mendampingi kedua orang tua berangkat haji, namun tahun kemarin kuota penggabungan ditiadakan.

Menurutnya, berangkat berhaji bersama keempat saudaranya membuat kakak beradik ini semakin kompak dan rukun.

Pengalaman Tak Terlupakan

Para perugas haji Kemenag Garut dan perwakilan para KBIH tengah merapihan deretan koper jemaah haji dalam kepulangan gelombang kedua jemaah haji asal Garut. (Liputan6.com/Jayadi Supriadin)
Para perugas haji Kemenag Garut dan perwakilan para KBIH tengah merapihan deretan koper jemaah haji dalam kepulangan gelombang kedua jemaah haji asal Garut. (Liputan6.com/Jayadi Supriadin)

Istri dari Muhammad As'ad, Khusniatur Rosyidah mengungkapkan pengalaman tak terlupakan terkait dengan suhu udara di Kota Madinah.

Baginya, itu adalah pengalaman yang paling berkesan selama di Arab Saudi.

"Cuaca di Kota Madinah sungguh panas antara 43'C-46'C. Meskipun kami sudah pakai sunscreen tapi wajah tetap melepuh. Cuaca sangat panas tapi kami tidak berkeringat karena langsung menguap," tuturnya.

Lima bersaudara ini berharap semoga yang belum ke tanah suci, segera diberi kemampuan untuk berhaji. Sedangkan yang sudah berangkat, dapat kembali ke sana dengan pasangannya maupun anak cucunya.

Kelima bersaudara ini juga mengungkapkan rasa terima kasihnya kepada para petugas haji yang sudah berupaya maksimal lahir batin dalam melayani jemaah haji selama di tanah suci.

Infografis Perbedaan Rukun dan Wajib Haji dengan Rukun Umrah. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis Perbedaan Rukun dan Wajib Haji dengan Rukun Umrah. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya