Jurus Grab Bendung Dominasi Go-Jek

Managing Director Grab Indonesia, Ridzki Kramadibrata, mengungkap beberapa strategi guna lebih unggul ketimbang kompetitornya di Indonesia.

oleh Liputan6.com diperbarui 01 Feb 2019, 09:04 WIB
Diterbitkan 01 Feb 2019, 09:04 WIB
Grab
Ridzki Kramadibrata, Managing Director Grab Indonesia. Liputan6.com/Jeko I.R.

Liputan6.com, Jakarta - Menyambut awal 2019, Grab sudah mempersiapkan beberapa strategi baru guna lebih unggul ketimbang pesaingnya (Go-Jek).

Hal tersebut diungkap langsung oleh Managing Director Grab Indonesia, Ridzki Kramadibrata, saat berkunjung ke kantor KapanLagi Youniverse (KLY), Jakarta, Kamis (31/1/2019).

Ia mengatakan, meski Grab sebagai perusahaan ride hailing terbesar di Asia Tenggara, pihaknya selalu mengedepankan strategi partnership.

Ambil contoh menyoal metode pembayaran di Indonesia. Mereka menggandeng OVO sebagai partner strategis untuk melakukan pembayaran.

"Kita selalu fokus terhadap partnership. Kita meyakini setiap hal ada ahlinya. Lebih baik partnership, yang untung juga partner dan yang paling diuntungkan adalah penggunanya," jelasnya.

Dilanjutkan Ridzki, dipilihnya OVO sebagai partner strategis Grab bukan karena semata-mata keterkaitan dengan Lippo Group.

 

Alasan Pilih OVO

Driver Grab Bike Malang

Terlepas dari Lippo Group sebagai salah satu investor Grab, Ridzki mengatakan, alasan memilih OVO adalah ekosistem layanan yang sudah terbentuk.

"Kami menjalin kerja sama dengan OVO karena lisensi mereka sudah komplit. Teknologinya lebih duluan dan OVO sudah sangat pesat digunakan di mall-mall."

Ia melanjutkan, "Ketika pengguna melakukan top up, OVO mereka tidak hanya digunakan untuk melayani Grab saja, tetapi juga bisa melakukan hal yang lain. Ini artinya memberikan ekosistem bagi pengguna."

 

Status Startup Grab

Ilustrasi Driver Grab dengan Helm Baru (Liputan6.com/Jeko Iqbal Reza)

Sekadar informasi, Grab saat ini memang menjadi salah satu startup besar yang ada di Asia Tenggara. Laporan Google dan Temasek menyebut status perusahaan sudah meningkat dari unicorn menjadi decacorn.

Untuk diketahui, unicorn merupakan predikat perusahaan rintisan yang memiliki nilai valuasi USS$ 1 miliar, sedangkan decacorn merupakan startup dengan nilai valuasi lebih dari US$ 10 miliar.

Reporter: Fauzan Jamaludin

Sumber: Merdeka.com

(Ysl)

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini :

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya