Data Manufaktur AS Bikin Rupiah Menguat

Pelemahan tipis pada data manufaktur Amerika Serikat tercatat mendorong penguatan rupiah meski sangat tipis.

oleh Siska Amelie F Deil diperbarui 22 Mei 2015, 12:32 WIB
Diterbitkan 22 Mei 2015, 12:32 WIB
Rupiah
Rupiah (Antara Foto)

Liputan6.com, Jakarta - Pelemahan tipis pada data manufaktur Amerika Serikat tercatat menekan nilai tukar dolar AS pada perdagangan hari ini. Akibatnya, rupiah mampu menguat tipis meski masih berada di kisaran 13.100 per dolar AS.

Kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia, Jumat, (22/5/2015) mencatat nilai tukar rupiah menguat tipis ke level 13.136 per dolar AS. Angka tersebut melanjutkan penguatan dari perdagangan sebelumnya di level 13.150 per dolar AS.

Sementara itu, data valuta asing Bloomberg menunjukkan nilai tukar rupiah melemah 0,07 persen saja ke level 13.131 per dolar AS pada perdagangan pukul 9:32 waktu Jakarta. Sebelumnya, rupiah juga dibuka dengan pelemahan tipis dari perdagangan sebelumnya di level 13.126 per dolar AS.

Rupiah tampak tak menunjukkan fluktuasi cukup signifikan dan masih berkutat di kisaran 13.120-13.146 per dolar AS.

Ekonom BCA, David Sumual mengatakan, gerak rupiah didorong sentimen eksternal terutama rilis sejumlah data ekonomi Amerika Serikat (AS) mulai dari data penjualan rumah dan perdagangan. Dengan rilis itu memberikan sinyal kalau bank sentral AS/The Federal Reserve belum akan menaikkan suku bunga acuan pada Juni. "Pelaku pasar juga menanti rilis inflasi AS nanti malam," kata David saat dihubungi Liputan6.com.

Data manufaktur dan menurunnya tingkat pembelian rumah di Amerika Serikat tampak menahan penguatan dolar sejak perdagangan kemarin. Alhasil, nilai tukar rupiah bersama mata uang Asia lain bergerak menguat meski tidak dengan pergerakan yang signifikan.

"Penguatan rupiah terhadap dolar AS relatif masih minim dibandingkan mata uang lain bahkan setelah S&P mengumumkan revisi outlook rating ke positif," terang ekonom PT Samuel Sekuritas Indonesia, Rangga Cipta.

Menurut dia, rendahnya sinyal perbaikan kinerja pemerintah baik dalam realisasi pendapatan serta belanja membuat ekspektasi pertumbuhan ekonomi nasional ke depan tetap rendah. Rendahnya pertumbuhan akan menjaga daya tarik aset berdenominasi rupiah tetap minim dan menekan pasokan dolar AS di Tanah Air. (Sis/Ahm)

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya