Liputan6.com, Jakarta - Indonesia diprediksi akan mengecap inflasi pada Oktober 2015 atau berbanding terbalik dengan realisasi September yang mencatatkan deflasi 0,05 persen. Alasannya karena bahan pangan mengalami kenaikan harga akibat kemarau berkepanjangan atau El Nino.
Pengamat Ekonomi Universitas Indonesia (UI), Riyanto mengungkapkan, kecenderungan realisasi deflasi tidak akan terjadi secara berurutan, sehingga diramalkan ada inflasi di bulan kesepuluh ini.
"Mungkin inflasinya saya perkirakan kecil ya di bawah 0,2 persen, karena tidak ada peristiwa atau kebijakan yang bikin harga naik," ujarnya saat berbincang dengan Liputan6.com, Jakarta, Senin (2/11/2015).
Inflasi, kata Riyanto, disumbang dari kenaikan harga jual komoditas pertanian, seperti beras, sayur mayur akibat musim kering berkepanjangan karena El Nino. Ia bilang, saat ini terjadi paceklik atau bergesernya musim panen.
"Tapi sampai akhir tahun saya pikir akan mencapai target bahkan inflasi bisa di bawah 4 persen," paparnya.
Baca Juga
Berbeda, Kepala Ekonom Danareksa Research Institute Damhuri Nasution memproyeksikan, Oktober ini, Indonesia akan mendulang deflasi 0,02 persen (month to month/MoM) dan inflasi tahunan diperkirakan 6,32 persen.
Sementara Ekonom DBS Group Research, Gundi Cahyadi memperkirakan inflasi tahunan akan mengarah ke angka 6,4 persen dan inflasi inti 5,1 persen pada Oktober ini (year on year/YoY).
‎
"Indonesia harus tetap hati-hati ke depan, karena inflasi inti telah‎ bergerak meningkat sejak 2014. Sebab inflasi masih dibayang-bayangi pelemahan kurs rupiah serta risiko kenaikan harga makanan akibat El Nino," ucap Gundi.
Ekonom Utama Bank Dunia, Ndiame Diop pernah menyampaikan, tekanan harga bahan pangan terutama beras telah meningkat pada beberapa bulan terakhir sebagai akibat musim kemarau berkepanjangan atau El Nino di sejumlah daerah di Indonesia.
Advertisement
Bahkan Bank Dunia memperkirakan kondisi El Nino akan moderat dan mendongkrak harga beras hingga 10 persen tahun ini.
"Dampak El Nino berpotensi meningkatkan harga beras 10 persen tahun ini sehingga ada inflasi tambahan 0,3 persen-0,6 persen. Rumah tangga miskin menggunakan sebagian besar pendapatannya untuk makanan dan akan
merasa dampak yang lebih besar dari naiknya harga-harga barang ini," jelas Diop. (Fik/Ndw)