Harga Minyak Tertekan Rencana Referendum Inggris

Harga minyak AS pada Kamis turun ke level terendah dalam bulan ini

oleh Zulfi Suhendra diperbarui 17 Jun 2016, 05:00 WIB
Diterbitkan 17 Jun 2016, 05:00 WIB
Ilustrasi Harga Minyak
Ilustrasi Harga Minyak

Liputan6.com, Jakarta - Harga minyak AS pada Kamis turun ke level terendah dalam bulan ini, terseret oleh kegelisahan pasar atas referendum Inggris.

Harga minyak mentah telah jatuh selama enam hari berturut-turut, karena para pedagang menilai ketidakpastian ekonomi global dan prospek bahwa produksi minyak AS bisa mulai naik lagi.

Minyak mentah AS untuk pengiriman Juli naik US$ 1,80, atau 3,7%, ke US$ 46,21 per barel di New York Mercantile Exchange, penutupan terendah sejak 13 Mei. Sementara Brent, patokan global, turun US$ 1,78, atau 3,6 persen, ke US$ 47,19 per barel di ICE Futures Europe, tingkat terendah sejak 10 Mei.

Minyak telah jatuh bersama saham global, yang telah dijual dalam beberapa hari terakhir di tengah kekhawatiran bahwa suara Inggris untuk keluar dari Uni Eropa akan mengganggu pasar keuangan dan ekonomi. Saham AS jatuh pada Kamis pagi tapi dikupas kerugian di kemudian hari.

"Saya tidak berpikir itu sebuah kebetulan saat harga energi dan ekuitas sama-sama turun," kata Bob Yawger, direktur divisi berjangka di Mizuho Securities USA Inc dilansir dari Wall Street Journal, Jumat (17/6/2016).

Investor juga menilai produksi AS yang telah menurun selama sekitar 1 tahun, dan mulai naik lagi. Produksi turun sejall April 2015 seiring dengan menurunnya harga minyak yang memaksa produsen memangkas pengeluaran untuk pengeboran baru.

Namun harga minyak AS naik lebih dari 75 persen dari penurunan Februuari dan jumlah sumur yang dibor telah naik dalam dua pekan berturut-turut.

 

Live Streaming

Powered by

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya