Liputan6.com, Jakarta - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat inflasi inti November 2016 terhadap November 2015 atau Yoy, sebesar 3,07 persen. Realisasi ini merupakan inflasi inti terendah sepanjang sejarah pencatatan inflasi inti oleh BPS sejak 2004.
"Inflasi inti November ini (Yoy) sebesar 3,07 persen yang terendah sepanjang sejarah pencatatan inflasi inti oleh BPS sejak 2004. Di tahun-tahun sebelumnya di atas itu," kata Deputi Statistik Bidang Distribusi dan Jasa BPS, Sasmito Hadi Wibowo di kantornya, Jakarta, Kamis (1/12/2016).
Menurutnya, inflasi inti 3,07 persen merupakan jurang terendah atau mencapai bottol line inflasi inti Indonesia. Inflasi inti ini menggambarkan secara umum permintaan barang dan jasa. Inflasi inti terendah karena kombinasi dari berbagai ekspor-impor yang terus mengalami penurunan.
Advertisement
Baca Juga
"Dan ini terendah, karena kita masih negara berkembang, jadi masih butuh inflasi asalkan jangan tinggi-tinggi. Kalau tidak ada inflasi, permintaan berarti ada masalah. Selagi masih ada inflasi, permintaan masih bagus, tapi jangan tinggi-tinggi juga karena akan menggerus pendapatan kita," ujar Sasmito.
Dia optimistis, titik terendah inflasi inti 3,07 persen ini akan berbalik di Desember 2016. Sebab, tren inflasi di akhir tahun selalu merangkak naik karena jelang Natal dan Tahun Baru. "Ini akan jadi titik balik, karena kalau melihat Desember kita punyaa keyakinan itu," Sasmito berharap.
untuk diketahui, BPS melaporkan Indonesia mencatatkan inflasi sebesar 0,47 persen pada November 2016. Adapun tingkat inflasi untuk tahun kalender (Januari-November) mencapai 2,59 persen. Inflasi tahun ke tahun tercatat 3,58 persen.
Dari 82 kota yang disurvei oleh BPS, 78 kota alami inflasi dan empat kota alami deflasi. Tertinggi di Manado 2,86 persen dan terendah di Singkawang 0,05 persen. Deflasi tertinggi di Bau-Bau 1,54 persen. Manado alami inflasi tertinggi didorong kenaikan harga sayuran antara lain tomat, sayur, cabai.
iIflasi November 2016 tercatat cukup lebih tinggi ketimbang inflasi dari tiga bulan terakhir. Inflasi November relatif tinggi itu disumbangkan antara lain dari bahan makanan, cabai rawit merah sebesar 0,36 persen.
Makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau sumbangkan kontribusi inflasi 0,05 persen. Perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar memberikan inflasi 0,04 persen. (Fik/Gdn)