Liputan6.com, Jakarta Menteri Perdagangan (Mendag) Enggartiasto Lukita menegaskan tidak akan membuka keran impor cabai. Ini meski harga cabai melonjak jelang momen Natal dan Tahun Baru.
Dia mengakui, terjadi kenaikan harga cabai beberapa waktu terakhir akibat cuaca. Dengan intensitas hujan yang tinggi di beberapa daerah, cabai menjadi lebih cepat busuk ditambah pasokan ikut tersendat.
‎"Ini naik karena iklim. Ketika hujan, proses pembusukan akan cepat dan waktunya jadi singkat sekali," ujar dia di Kantor Kementerian Perdagangan (Kemendag), Jakarta, Jumat (9/12/2016).
Baca Juga
Meski demikian, Enggar memastikan, pihaknya tidak akan membuka keran impor untuk komoditas pangan tersebut. "Saya tidak mau impor, saya tidak akan kasih izin impor," tegas dia.
Dalam kondisi seperti ini, menurut Enggar, justru perlu ada sosialisasi kepada masyarakat agar mau menanam cabai di pekarangan rumah atau di dalam ‎pot. Dengan demikian, masyarakat tidak perlu ketergantungan pada cabai yang dibeli di pasar.
"Pilihannya saat fluktuasi seperti ini kita sosialisasikan tanam cabai, itu di pot juga hidup. Kita juga belum terbiasa seperti di negara lain, dia keringkan cabai, kita masih mau yang fresh cabai. Kan kondisi iklim tidak bisa dilawan," tandas dia.
Enggar juga mengakui, harga cabai di seluruh Indonesia memang tidak seragam. Di daerah-daerah yang sulit terjangkau misalnya, bisa mencapai Rp 100 ribu per kilogram (kg). Sebab itu perlu dibangun kesadaran agar menanam cabai secara mandiri di rumah.
‎"Di daerah yang ekstrim bisa sampai Rp 100 ribu, tapi yang dekat dengan tempat produksi seperti di Cianjur itu Rp 40 ribu. Saat ini harga rata-rata Rp 45.960-Rp 49.150 per kg, itu tengah hari juga berubah (turun)," tandas dia. (Dny/Nrm)
Advertisement