Penguatan Dolar AS Tekan Harga Emas

Harga emas di pasar spot turun 0,03 persen menjadi US$ 1.255,77 per ounce.

oleh Arthur Gideon diperbarui 15 Des 2017, 06:45 WIB
Diterbitkan 15 Des 2017, 06:45 WIB
20151109-Ilustrasi-Logam-Mulia
Ilustrasi Logam Mulia (iStockphoto)

Liputan6.com, Jakarta - Harga emas sedikit tertekan pada perdagangan Kamis. Penurunan harga emas tersebut karena penguatan dolar AS karena data ekonomi Amerika Serikat (AS) yang membaik.

Mengutip Reuters, Jumat (15/12/2017), harga emas di pasar spot turun 0,03 persen menjadi US$ 1.255,77 per ounce pada pukul 2.43 siang Waktu New York. Di awal perdagangan, harga emas sempat menyentuh level tertinggi dala satu minggu di US$ 1.259,11.

Sedangkan harga emas berjangka AS untuk pengiriman Februari ditutup naik US$ 8,50 atau 0,7 persen, ke level US$ 1.257,10 per ounce.

Untuk harga paladium naik 1,4 persen ke US$ 1.030,80 per ounce. Sebelumnya, harga paladium menyentuh level tertinggi dalam dua tahun atau melompat 2 persen menjadi US$ 1.038 per ounce.

Data penjualan ritel AS meningkat lebih baik dibanding yang diperkirakan oleh para analis dan pelaku pasar. Data penjualan selama November tersebut positif karena musim belanja untuk liburan musim dingin dimulai lebih cepat.

Membaiknya data penjualan ritel tersebut menjadi pendorong yang kuat baik kenaikan nilai tukar dolar AS. sehingga menekan harga emas. Logam mulia tertekan karena para pelaku pasar yang bertransaksi menggunakan mata uang di luar dolar AS menjadi lebih mahal jika ingin melakukan transaksi.

"Kenaikan suku bunga Bank Sentral AS kemarin juga menjadi penekan harga emas tetapi hal tersebut sudah diperkirakan oleh para pelaku pasar," jelas analis logam mulia High Ridge Futures di Chicago, David Meger.

Sementara, pelemahan harga emas tidak terlalu besar karena adanya ketidakjelasan atau belum jelasan rencana reformasi perpajakan AS. Saat ini Partai Republik sedang mennggarap draf reformasi perpajakan tersebut dan diharapkan bisa diterima oleh semua pihak.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya