RI Masuk 10 Negara dengan Tarif Listrik Termurah di Dunia

Tarif listrik Indonesia rata-rata sebesar USD 11,1 sen per kilo Watt hour (kWh).

oleh Pebrianto Eko Wicaksono diperbarui 24 Agu 2018, 11:20 WIB
Diterbitkan 24 Agu 2018, 11:20 WIB
Ilustrasi tarif Listrik Naik (2)
Ilustrasi tarif Listrik Naik (Liputan6.com/Andri Wiranuari)

Liputan6.com, Jakarta Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menegaskan, tarif listrik di Indonesia masih ‎jauh lebih murah ketimbang negara tetangga. Pemerintah terus berupaya agar tarif listrik bisa lebih terjangkau masyarakat.

Kepala Biro Komunikasi, Layanan Informasi Publik dan Kerja Sama (KLIK) Kementerian ESDM Agung Pribadi mengatakan‎, dari tarif listrik 190 negara, Indonesia masih berada dalam kelompok 10 negara dengan tarif listrik termurah. Ini berdasarkan data Bank Dunia, pada poin kemudahan investasi. 

Adapun tarif listrik Indonesia, rata-rata sebesar USD 11,1 sen per kilo Watt hour (kWh). Tarif ini jauh lebih murah ketimbang Malaysia USD 12,9 sen per kWh, Thailand USD 13,5 sen per kWh dan Filipina tarif listriknya, rata-rata USD 18,67 sen per kWh. 

Dia menambahkan, tarif rumah tangga di Indonesia dengan daya 450 volt Amper (vA) dan 900 v‎A bersubsidi, dikenakan biaya Rp 169 per kWh untuk penurunan 30 kWh pertama.

"Kalau mau sekadar mencantumkan angka tarif, maka tarif listrik PLN untuk rumah tangga yang paling murah sedunia,"‎ kata Agung, saat berbincang dengan Liputan6.com, Jumat (24/8/2018).

Agung mengungkapkan, jika merujuk dari EIA, tarif listrik di Amerika Serikat rata-rata Mei 2018 ditetapkan berada di level USD 13,15 kWh.‎

Dia menegaskan, agar masyarakat tidak mudah percaya kabar yang sumber datanya tidak jelas. "Jadi berita tarif listrik Amerika USD 3 sen‎ per kWh itu hoax," tegasnya.

 

* Update Terkini Jadwal Asian Games 2018, Perolehan Medali hingga Informasi Terbaru dari Arena Asian Games 2018 dengan lihat di Sini

Rupiah Terus Melemah, PLN Tak Naikkan Tarif Listrik

Ilustrasi tarif Listrik (3)
Ilustrasi tarif Listrik (Liputan6.com/Andri Wiranuari)

Pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) sangat memengaruhi Biaya Pokok Penyediaan (BPP) listrik PT PLN (Persero). Namun perusahaan tidak akan menaikkan harga listrik dan lebih memilih untuk melakukan efisiensi.

"Dolar AS naik, BPP naik juga. Pasti akan ada kenaikan tapi juga kami mengendalikan bagaimana efisiensi yang lain," tutur Direktur Keuangan Sarwono Sudarto di Jakarta, Senin (20/8/2018).

PLN berusaha mempertahankan tarif listrik agar tidak naik kepada konsumen. "Akan saya kendalikan, karena harga tarif tetap yang penting harga listrik tidak naik," ujarnya.

"Efisiensi yang lain misalnya pemeliharaan, efisiensi, istilahnya hybrid itu berapa konsumsi yang dipakai energi per kilo watt-nya itu juga kita lakukan dalam rangka efisiensi, misalnya mobil 1 liter 10 km ini bisa jadi 15 km," kata dia.

Selain itu, kata Sarwono, PLN juga akan melakukan lindung nilai (hedging) sebagai langkah dan antisipasi mengurangi risiko depresiasi rupiah.

"Kalau kenaikan dolar AS itu kan kita lakukan hedging, itu juga mitigasi risiko juga. Terus kemarin kita ada USD 2 millar reprofiling juga bagus untuk PLN, reprofiling yang tadinya 8 persen jadinya menjadi bunga 5-6 persen," tandasnya.

* Update Terkini Asian Games 2018 Mulai dari Jadwal Pertandingan, Perolehan Medali hingga Informasi Terbaru dari Arena Pesta Olahraga Terbesar Asia di Sini.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Tag Terkait

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya