Liputan6.com, New York - Harga minyak naik pada penutupan perdagangan hari Senin (Selasa pagi WIB) ditopang kekhawatiran penurunan produksi Iran usai sanksi yang dikenakan Amerika Serikat (AS) mulai November mendatang. Meski kenaikan harga dibatasi lonjakan pasokan minyak dari Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (Organization of the Petroleum Exporting Countries/OPEC) dan AS.
Dilansir dari Reuters, Selasa (4/9/2018), harga minyak Brent naik USD 37 sen menjadi USD 78,01 per barel. Sementara harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) naik USD 30 sen menjadi USD 70,1 per barel.
Advertisement
Baca Juga
Harga minyak meningkat dalam dua minggu terakhir dengan Brent menguat lebih dari 10 persen dipicu harapan pasokan global bakal berkurang di akhir tahun ini. Selama hari perdagangan AS, pasar mengalami volume tipis karena Liburan Hari Buruh di AS.
Koalisi pimpinan Arab Saudi di Yaman mengatakan pada hari Senin bahwa mereka telah mencegat dan menghancurkan sebuah rudal balistik yang ditembakkan di selatan kota Saudi Jizan oleh milisi Houthi.
Secara terpisah mereka mengakui menargetkan fasilitas Saudi Aramco. Tidak ada laporan kerusakan oleh koalisi, dalam sebuah tweet oleh TV Al Arabiya milik Saudi.
Sanksi AS sudah mengekang ekspor dari Iran. "Ekspor dari produsen terbesar ketiga OPEC jatuh lebih cepat dari yang diperkirakan dan akan lebih buruk menjelang gelombang kedua sanksi AS," kata Stephen Brennock, analis di PVM Oil Associates. "Ketakutan akan terjadinya krisis pasokan akan mengangkat harga minyak."
Stephen Innes, Head of Trading OANDA untuk kawasan Asia Pasifik mengatakan kenaikan Brent didukung kekhawatiran sanksi AS terhadap ekspor minyak mentah Iran pada akhirnya akan mengarah ke pasar yang terbatas.
Edward Bell, Analis Emirates NBD bank di Dubai menyebutkan saat ini produksi minyak Iran sudah menunjukkan tanda-tanda penurunan, jatuh sebesar 150.000 barel per hari pada bulan lalu. Sebagai importir minyak, Iran akan mengurangi pengiriman minyak. Tetapi pasar minyak global masih cukup baik.
Â
Produksi OPEC
Produksi minyak OPEC naik 220.000 barel per hari pada bulan Agustus ke 2018 menjadi 32,79 juta barel per hari, sebuah survei Reuters menunjukkan.
Kenaikan produksi OPEC didorong pemulihan produksi Libya dan ekspor Irak Selatan mencapai rekor tertinggi. Pengeboran AS menambahkan rig minyak untuk pertama kalinya dalam tiga minggu, meningkatkan jumlah rig 2 hingga 862. Jumlah rig yang tinggi telah membantu mengangkat produksi minyak mentah AS.
Sementara itu, sengketa perdagangan antara AS dan negara-negara besar lainnya, termasuk China dan Uni Eropa, diperkirakan akan menggerus permintaan minyak jika tidak segera diselesaikan.
Aktivitas manufaktur China tumbuh pada laju paling lambat dalam lebih dari setahun pada bulan Agustus, dengan pesanan ekspor menyusut untuk bulan kelima.
Advertisement