Terus Menguat, Rupiah Sempat Sentuh 14.695 per Dolar AS

Sejak pagi hingga siang hari ini, rupiah bergerak di kisaran 14.695 per dolar AS hingga 14.805 per dolar AS.

oleh Arthur Gideon diperbarui 07 Nov 2018, 11:57 WIB
Diterbitkan 07 Nov 2018, 11:57 WIB
Rupiah-Melemah-Tipis-Atas-Dolar
Petugas Bank tengah menghitung uang rupiah di Bank BRI Syariah, Jakarta, Selasa (28/2). Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) melemah tipis pada perdagangan Selasa pekan ini. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) kembali bergerak menguat pada perdagangan Rabu ini. Data ekonomi yang positif mendorong penguatan rupiah.

Mengutip Bloomberg, Rabu (7/11/2018), rupiah dibuka di level 14.782 per dolar AS, menguat jika dibandingkan dengan penutupan perdagangan sebelumnya yang di angka 14.804 per dolar AS. Menjelang siang, rupiah sempat menyentuh level 14.695 per dolar AS.

Sejak pagi hingga siang hari ini, rupiah bergerak di kisaran 14.695 per dolar AS hingga 14.805 per dolar AS. Jika dihitung dari awal tahun, rupiah melemah 8,83 persen.

Sedangkan berdasarkan Kurs Referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia (BI), rupiah dipatok di angka 14.764 per dolar AS. Patokan pada hari ini menguat jika dibandingkan dengan sehari sebelumnya yang ada di angka 14.891 per dolar AS.

Pengamat pasar uang Bank Woori Saudara Indonesia Tbk Rully Nova mengatakan, nilai tukar rupiah kembali mengalami apresiasi didukung keyakinan pasar terhadap data cadangan devisa Indonesia.

"Pasar menanti data posisi cadangan devisa Indonesia hari ini, diproyeksikan masih cukup tinggi dan memadai menjaga stabilitas makroekonomi nasional," katanya dikutip dari Antara.

Tercatat, posisi cadangan devisa Indonesia pada akhir September 2018 masih cukup tinggi sebesar USD 114,8 miliar, meski lebih rendah dibandingkan dengan USD 117,9 miliar pada akhir Agustus 2018.

Ia menambahkan penguatan rupiah juga didukung oleh lelang surat utang pemerintah serta kembali masuknya investor asing ke pasar saham domestik.

Selain itu, lanjut dia, data Indeks Penjualan Riil (IPR) September 2018 yang tumbuh 4,8 persen (yoy) mengindikasikan kinerja penjualan eceran tetap optimistis.

Ekonom Samuel Aset Manajemen Lana Soelistianingsih menambahkan, tren penjualan ritel sudah menunjukkan kenaikan yang lebih konsisten dan telah melewati titik terendahnya pada 2017.

"Penjualan ritel yang dalam tren naik ini menjadi indikasi membaiknya konsumsi rumah tangga," katanya.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Faisal Basri: Efek Penguatan Rupiah Belum Terasa

Rupiah Menguat Tipis atas Dolar
Petugas bank menghitung uang dollar AS di Jakarta, Jumat (20/10). Nilai tukar Rupiah terhadap Dolar Amerika Serikat (USD) masih belum beranjak dari level Rp 13.500-an per USD. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Ekonom, Faisal Basri, menilai efek penurunan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS belum begitu signifikan. Meski begitu, ia mengatakan kondisi fundamental perekonomian RI memang terbilang stabil pada saat ini.

"Belum begitu terasa efek penurunan nilai tukar. Kita lihat nanti kecenderungan pada November-Desember. Minggu depan keluar data neraca pembayaranya Bank Indonesia (BI). Itu baru klop nanti bisa dilihat," tutur dia di Menteng, Jakarta Pusat (6/11/2018). 

"Tapi fundamental (perekonomian) relatif bagus kalau kita lihat beberapa  indikator membaik tidak seburuk yang saya bayangkan ya pertumbuhannya," ia menambahkan.

Ia pun berharap momentum ini dapat dijaga baik oleh pemerintah ke depannya. Termasuk dalam hal ini menjaga kondisi ketidakpastian global dalam rentang yang masih terukur bagi Indonesia.

"Kalau momentumnya bisa dijaga ya bagus, tapi catatannya cukup banyak ya. Oleh sebab itu jangan ada blunder yang buat asing itu jadi ingin jual surat utang negara (SUN)," ujar dia.

"Blunder itu seperti ketidakpastian, instabilitas, mereka enggak suka ini. SUN dalam rupiah itu 37 persen dimiliki asing, kalau asingnya jual-jual terus maka celaka kita," tambah dia.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya