BI Diperkirakan Masih Bakal Naikkan Suku Bunga Acuan

The Fed menggunakan jalur suku bunga untuk mengerem inflasi AS yang sudah berada di angka 2 persen.

oleh Merdeka.com diperbarui 07 Nov 2018, 14:45 WIB
Diterbitkan 07 Nov 2018, 14:45 WIB
Suku Bunga
Ilustrasi Foto Suku Bunga (iStockphoto)

Liputan6.com, Jakarta - Bank Indonesia (BI) diprediksi masih akan menaikkan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 6 persen di akhir tahun ini.

Corporate Secretary and chief economist BNI Ryan Kiryanto menyebutkan, The Fed atau bank sentral Amerika Serikat (AS) akan segera menyelenggarakan The Federal Open Market Committee (FOMC) yang merupakan sidang terakhir mereka di tahun ini.

"Hampir pasti menaikkan Fractional flow reserve (FFR). Implikasinya sebagian bank-bank sentral di dunia akan ikut menaikkan suku bunga," kata Ryan dalam sebuah acara diskusi di Kementerian Koperasa dan UKM, Jakarta, Rabu (7/11/2018).

BI sendiri pada Oktober memutuskan untuk menahan suku bunga acuan pada angka 5,75 persen.

"Maka Desember kami lihat ada 2 kemungkinan, BI tetap menahan atau menaikkan 25 bps jadi 6 persen untuk suku bunga acuan," ujarnya.

Ryan mengungkapkan, AS terpaksa harus agresif menaikkan suku bunga acuan untuk meredam inflasi di negara Paman Sam tersebut.

"Secara teori, ketika ekonomi suatu negara tumbuh dengan baik biasanya diiringi dengan inflasi di negara itu. Upaya menjinakkan inflasi dengan menaikkan suku bunga sehingga orang-orang yang punya duit tidak berproduksi terus, tapi di simpan di bank," ujarnya.

The Fed menggunakan jalur suku bunga untuk mengerem inflasi AS yang sudah berada di angka 2 persen.

"2 persen angka keramat di Amerika, enggak boleh melampaui itu. Berbahaya untuk negara Amerika. Maka harus djinakkan dengan suku bunga," tutupnya.

Reporter: Yayu Agustini Rahayu

Sumber: Merdeka.com

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

BI Tak Tutup Peluang Naikkan Suku Bunga di 2019

Suku Bank Bank
Ilustrasi Foto Suku Bunga (iStockphoto)

Tahun 2019 diprediksi akan menjadi tahun dengan tren suku bunga naik imbas dari kebijakan AS yang agresif melakukan kenaikan suku bunga di negaranya. Beberapa negara di kawasan regional diperkirakan akan berlomba menaikkan suku bunga acuannya guna menarik dana untuk menjaga likuiditas.

Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI), Dody Budi Waluyo menyebutkan pihaknya belum dapat menentukan apakah Indonesia akan mengikuti tren suku bunga naik atau tetap.

"Jadi tentunya kami belum bisa bilang suku bunga akan naik atau turun atau tetap, tapi tergantung pada assessment ke depan. Sebentar lagi akan ada Rapat Dewan Gubernur, kelihatan nanti di hasil rapat," kata Dody di Hotel Pullman, Jakarta, Selasa (6/11/2018).

Dia menyatakan, BI akan melihat semua faktor dan perkembangan yang terjadi, baik global maupun domestik. "Yang lebih penting forward looking-nya bagaimana kami melihat risiko, proyeksi ke depan untuk kebijakan makro. Jadi stance kebijakan sendiri apakah kami akan mengubah posisi dari suku bunga? Sangat data dependent," ujarnya.

Selain itu, kondisi ekonomi global terutama adanya perang dagang diduga akan sangat berpengaruh. Kondisi tersebut akan sangat ditentukan oleh hasil pertemuan-pertemuan Presiden AS Donald Trump dengan Presiden China Xi Jinping.

"Kami lihat dulu outlook globalnya seperti apa, apakah tekanan trade itu akan semakin tinggi atau hasil dari pertemuan itu konteksnya lebih positif, jadi itu nanti akan pengaruhi negara-negara lain dalam mengambil posisi. Jadi ini sangat dinamis dari waktu ke waktu," dia menandaskan.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya