Lanjutkan Tekanan, Rupiah Tembus 14.747 per Dolar AS

Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) kembali melemah pada awal pekan ini. Sentimen global dan internal membayangi laju nilai tukar rupiah.

oleh Agustina Melani diperbarui 12 Nov 2018, 13:00 WIB
Diterbitkan 12 Nov 2018, 13:00 WIB
Rupiah Tembus 13.820 per Dolar AS
Teller menghitung mata uang dolar di penukaran uang di Jakarta, Jumat (20/4). Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) mengalami pelemahan. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) kembali melemah pada awal pekan ini. Sentimen global dan internal membayangi laju nilai tukar rupiah.

Berdasarkan data Bloomberg, Senin (12/11/2018), rupiah dibuka merosot 85 poin atau 0,5 persen ke posisi 14.762 per dolar AS dibandingkan penutupan pada Jumat lalu di posisi 14.677 per dolar AS.

Pada Senin siang, rupiah berada di posisi 14.745 per dolar AS. Sepanjang awal pekan ini, rupiah bergerak di kisaran 14.732-14.762 per dolar AS. Dengan begitu, rupiah sudah alami depresiasi 8,69 persen sepanjang tahun berjalan 2018.

Sementara itu, kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor), rupiah melemah 115 poin atau 0,78 persen ke posisi 14.747 per dolar AS dari posisi 9 November 2018 di posisi 14.632 per dolar AS.

Ekonom PT Bank Permata Tbk, Josua Pardede, mengatakan, pergerakan rupiah dipengaruhi sentimen internal dan eksternal. Dari internal, rilis defisit neraca transaksi berjalan kuartal III 2018 melebar menjadi USD 8,8 miliar atau 3,37 persen dari produk domestik bruto (PDB) bayangi rupiah. Akan tetapi, posisi defisit neraca transaksi berjalan masih batas aman dari periode Januari-September 2018. Tercatat defisit transaksi berjalan mencapai 2,86 persen terhadap PDB.

Josua menuturkan, defisit transaksi berjalan dapat menurun pada kuartal IV 2018. Ini seiring harga minyak melemah sehingga berdampak terhadap impor migas. Selain itu, investasi juga akan sedikit melambat pada kuartal IV 2018.

“Tahun 2019, defisit transaksi berjalan akan turun sehingga itu tetap memberikan kepercayaan terhadap konsumen,” kata dia saat dihubungi Liputan6.com.

Sedangkan dari eksternal, menurut Josua, kebijakan moneter bank sentral Amerika Serikat (AS) masih menjadi perhatian. Bank sentral AS mempertahankan suku bunga 2 persen-2,25 persen pada pertemuan November 2018. Namun, dalam rilis disebutkan kalau bank sentral AS akan menaikkan suku bunga bertahap.

Josua memperkirakan, nilai tukar rupiah masih bergerak di kisaran 14.700-14.775 per dolar AS pada awal pekan ini.

 

Pergerakan Rupiah Pekan Lalu

Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dolar Sudah Masuk Level Undervalued
Teller menukarkan mata uang dolar ke rupiah di Jakarta, Jumat (2/2). Deputi Gubernur Senior BI Mirza Adityaswara mengatakan, posisi nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat yang berada di level Rp13.700 hingga Rp13.800.(Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya, nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) masih tetap menguat pada perdagangan Jumat pekan ini.  Pergerakan rupiah cenderung mulai tertahan terhadap dolar AS menjelang pertemuan Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) pada Desember.

Mengutip Bloomberg, Jumat 9 November 2018, rupiah dibuka di angka 14.645 per dolar AS, melemah jika dibandingkan dengan penutupan perdagangan sebelumnya yang ada di angka 14.539 per dolar AS. Namun menjelang siang, rupiah menguat ke level 14.607 per dolar AS.

Sejak pagi hingga siang hari ini, rupiah bergerak di kisaran 14.607 per dolar AS hingga 14.684 per dolar AS. Jika dihitung dari awal tahun, rupiah masih melemah 8,06 persen.

Sedangkan berdasarkan Kurs Referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia (BI), rupiah dipatok di angka 14.632 per dolar AS, menguat jika dibandingkan dengan patokan sehari sebelumnya yang ada di angka 14.651 per dolar AS.

Analis senior CSA Research Institute Reza Priyambada mengatakan, pergerakan rupiahcenderung mulai tertahan terhadap dolar AS menjelang pertemuan Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) pada Desember.

"Menjelang pertemuan The Fed, pergerakan rupiah berbalik turun," katanya dikutip dari Antara.

Ia menambahkan peluang bagi the Fed untuk kenaikan suku bunga acuannya (Fed Fund Rate/FFR) secara berkala membuat pelaku pasar kembali beralih ke dolar AS.

"Pengetatan moneter di Amerika Serikat masih terus berlangsung hingga tahun mendatang," katanya.

Di sisi lain, lanjut dia, penguatan rupiah dalam beberapa hari terakhir ini juga turut dimanfaatkan oleh sebagian pelaku pasar untuk ambil untung.

Kepala Riset Monex Investindo Futures Ariston Tjendra mengatakan, pergerakan dolar AS masuk dalam fase konsolidasi setelah hasil pemilu sela kongres Amerika Serikat yang sudah sesuai prediksi pasar.

"Penguatan dolar AS mengindikasikan investor masih cukup berminat pada aset di Amerika Serikat," katanya.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya