Rupiah Sempat Sentuh 13.990 per Dolar AS, Apa Faktor Pendorongnya?

Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) terus menguat pada perdagangan di awal pekan ini.

oleh Maulandy Rizky Bayu Kencana diperbarui 07 Jan 2019, 19:58 WIB
Diterbitkan 07 Jan 2019, 19:58 WIB
IHSG Berakhir Bertahan di Zona Hijau
Petugas menata tumpukan uang kertas di Cash Center Bank BNI di Jakarta, Kamis (6/7). Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (USD) pada sesi I perdagangan hari ini masih tumbang di kisaran level Rp13.380/USD. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) terus menguat pada perdagangan di awal pekan ini. Bahkan di tengah perdagangan, rupiah sempat menyentuh 13.990 per dolar AS.

Mengutip Reuters, Senin (7/1/2019), rupiah dibuka di 14.187 per dolar AS, di tengah perdagangan rupiah terus menguat hingga menyentuh angka 13.990 per dolar AS. Namun posisi rupiah di kisaran 13.900 tersebut tak lama dan pada penutupan berada di posisi 14.075 per dolar AS.

Sedangkan berdasarkan Bloomberg, rupiah dibuka di angka 14.177 per dolar AS dan berakhir di angka 14.184 per dolar AS. Jika dihitung dari awal tahun, rupiah telah mengalami penguatan hingga 2,14 persen.

Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudhistira memperkirakan, kurs rupiah pada 2019 ini bisa terus menguat hingga mencapai 14.800 per dolar AS.

Faktor perkasanya rupiah bisa dilacak dari pelemahan ekonomi global di AS dan China. Hal itu membuat investor memindahkan dananya ke negara berkembang seperti Indonesia.

"Sebagai indikator, dolar AS melemah terhadap hampir seluruh mata uang dominan lainnya. Dollar index menurun -1,25 persen dalam sebulan terakhir sehingga berada di level 96," jelas dia kepada Liputan6.com, Senin (7/1/2019).

Analis Valbury Asia Futures Lukman Leong menambahkan, penutupan pemerintah AS juga masih menjadi salah satu faktor yang membebani dolar AS di pasar global.

"Pasar menilai, penutupan pemerintah AS akan memperlambat ekonominya," ujarnya.

Dari dalam negeri, menurut dia, sentimennya relatif kondusif sehingga menambah dorongan bagi rupiah terapresiasi lebih tinggi.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Pengusaha Berharap Rupiah Stabil di 13 Ribu per Dolar AS

Rupiah Menguat Tipis atas Dolar
Petugas bank menghitung uang dollar AS di Jakarta, Jumat (20/10). Nilai tukar Rupiah terhadap Dolar Amerika Serikat (USD) masih belum beranjak dari level Rp 13.500-an per USD. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya, pengusaha menyambut baik nilai tukar rupiah yang menguat ke level 14.090 per Dolar Amerika Serikat (AS). Namun diharapkan kurs rupiah bisa lebih stabil di angka 13 ribu per Dolar AS pada tahun ini.

Wakil Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Shinta Widjaja Kamdani mengatakan, selama ini nilai tukar rupiah terus mengalami ketidakstabilan. Hal ini dinilai sebagai dampak dari kondisi global dan kebijakan Presiden AS Donald Trump.

"Jadi sebenarnya yang kita lihat ini volatilitas ya. Ini memang naik turun, ketidakpastian ini akan terus terjadi, karena kita enggak tahu posisi dari pada Trump ini seperti apa, policy-nya tidak stabil. Jadi dengan isu perang dagang, ketidakpastian global yang terjadi, tentu saja membuat exchange tidak bisa stabil," ujar dia di Kantor Kementerian Keuangan (Kemenkeu), Jakarta, Senin (7/1/2019). 

Penguatan rupiah yang terjadi hari ini diharapkan pengusaha bisa terus berlanjut. Setidaknya, rupiah bisa stabil di level Rp 13 ribu per Dolar AS.

"Kalau kita bisa stabil di Rp 13 ribu saja ya, di angka itu. Sebenarnya buat kita itu yang masalah naik turunnya, karena kalau tidak stabil sangat merugikan. Karena kita banyak ekspor dan impor. Yang penting kita bisa remain stabil," jelas dia.

Sementara untuk menekan ketergantungan terhadap Dolar AS, para pengusaha kini mulai menggunakan mata uang lain dalam melakukan transaksi bilateral. Salah satunya dengan Yuan ketika berhubungan dagang dengan China.

‎"Sekarang kita melihat, kita enggak mau tergantung hanya dari segi mata uang dolar. Jadi sudah mulai menggunakan mata uang asing seperti Yuan. Sekarang Yuan sudah di-recognized, jadi bagaimana caranya bahwa perdagangan bisa menggunakan mata uang selain dolar. Saya rasa ini akan mulai di-explore. Saat ini ketergantungan kita kan sangat besar. Sementara di AS, The Fed masih bisa naik, dan kalau itu terus naik, pastinya akan ada dampaknya," tandas dia.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya