Liputan6.com, New York - Harga minyak dunia merosot satu persen pada awal pekan ini didorong data ekonomi menunjukkan pelemahan ekspor dan impor China.
Hal itu meningkatkan kekhawatiran ekonomi global melambat dapat membebani perminyaan minyak.
Harga minyak berjangka Brent turun 61 sen ke posisi USD 59,87 per barel pada pukul 12.54 waktu setempat. Sepanjang awal pekan, harga minyak Brent diperdagangkan di level terendah USD 59,27.
Advertisement
Harga minyak West Texas Intermediate (WTI) melemah 36 sen ke posisi USD 51,23 per barel, usai berada di level terendah USD 50,43.
Baca Juga
Data ekonomi China menunjukkan kekhawatiran baru mengenai pelemahan ekonomi global. Ekspor China turun paling banyak dalam dua tahun pada Desember. Sedangkan impor alami kontraksi.
"Harga minyak semakin terbebani oleh prospek pertumbuhan ekonomi yang melemah di China. Data ini mendorong sejumlah sentimen negatif akibat perang dagang terhadap China dan mungkin ekonomi global," ujar Pialang Berjangka Oanda, Stephen Innes, seperti dikutip dari laman Reuters, Selasa (15/1/2019).
Terlepas dari kekhawatiran prospek, ada sedikit tanda kalau permintaan minyak China terus melemah. Impor minyak mentah China melonjak hampir 30 persen pada Desember.
Tak Khawatir Perlambatan Ekonomi Global
Menteri Energi Arab Saudi Khalid al-Falih mengatakan, pihaknya tidak khawatir terhadap perlambatan ekonomi global yang menganggu permintaan minyak.
“Ekonomi global cukup kuat, saya tidak terlalu khawatir. Jika perlambatan terjadi itu akan ringan dan jangka pendek,” tutur dia.
Harga minyak sempat reli baru-baru ini usai merosot ke level terendah dalam 1,5 tahun yang dicapai pada akhir Desember 2018.
"Ada dekati posisi USD 50 untuk WTI. Ada jumlah yang signifikan di pasar minyak mentah dan menjaga minat pasar di atas angka itu,” ujar Direktur Mizuo, Bob Yawger.
Dengan reli harga minyak baru-baru ini, para pejabat OPEC tampak lebih percaya diri kalau harga minyak akan didukung penurunan produksi pada Januari.
Ini karena produsen melaksanakan kesepakatan yang disetujui oleh the Organization of the Petroleum Exporting Countries (OPEC) dan sekutu non OPEC termasuk Rusia pada Desember untuk kurangi produksi minyak sebesar 1,2 juta barel per hari.
Al-Falih menuturkan, pasar minyak berada di jalur benar dan tidak ada kebutuhan untuk pertemuan OPEC luar biasa sebelum pertemuan berikutnya yang direncanakan pada April.
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Advertisement