Liputan6.com, Jakarta - Memanasnya perang dagang antara Amerika Serikat (AS)-China ikut serta menekan mata uang rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS).
Berdasarkan data Bloomberg, rupiah melemah 11 poin terhadap dolar AS ke posisi 14.434. Pada perdagangan sebelumnya, rupiah ditransaksikan di kisaran 14.423 per dolar AS.
Ekonom Centre of Reform on Economics (CORE), Piter Abdullah mengatakan, rupiah diperkirakan masih akan tertekan hingga kuartal II 2019.
Advertisement
"Perbaikan ekonomi AS menyebabkan presiden Trump semakin percaya diri melanjutkan perang dagang. Dengan mentahnya perundingan perang dagang, masa depan perdagangan global kembali muram. Harga komoditas bisa kembali terpuruk," tuturnya saat berbincang dengan Liputan6.com, Selasa (14/5/2019).
"Ini kabar buruk untuk Indonesia yang mengandalkan ekspornya pada barang komoditas. Artinya semakin sulit untuk memperbaiki defisit transaksi berjalan," tambah dia.
Baca Juga
Dia menjelaskan, posisi rupiah pada kondisi ini menjadi rawan mengingat investor asing sangat bergantung pada isu global yang tengah bergulir.
"Kondisi ini merupakan pertimbangan investor global atas investasi portfolio mereka di Indonesia. Sedikit saja mereka menarik investasi mereka keluar, rupiah secara significant melemah," ujar dia.
Sementara itu, Ekonom Bank Permata Josua Pardede memprediksi rupiah berada di rentang 14.400-14.500 per dolar AS pada jangka pendek ini.
"Sejauh ini pelemahan rupiah hanya bersifat sementara. Rupiah akan cenderung menguat terhadap dollar AS ketika sentimen perang dagang mereda dan akan ditopang oleh perbaikan defisit transaksi berjalan pada tahun ini," kata dia.Â
Â
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini
Pergerakan Rupiah Selasa Pagi
Sebelumnya, nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak melemah pada perdagangan Selasa ini, hampir menembus level 14.500 per dolar AS. Penyebab pelemahan rupiah tersebut adalah sentimen dari perang dagang.
Mengutip Bloomberg, Selasa 14 Mei 2019, rupiah dibuka di angka 14.425 per dolar AS, melemah jika dibandingkan dengan penutupan perdagangan sebelumnya yang ada di angka 14.423 per dolar AS. Menjelang siang, rupiah terus tertekan hingga ke angka 14.455 per dolar AS.
Sejak pagi hingga siang hari ini, rupiah bergerak di kisaran 14.425 per dolar AS hingga 14.455 per dolar AS. Jika dihitung dari awal tahun, rupiah telah melemah 0,45 persen.
Sedangkan berdasarkan Kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor), Bank Indonesia (BI), rupiah dipatok di angka 14.444 per dolar AS, melemah jika dibandingkan dengan patokan sehari sebelumnya yang ada di angka 14.362 per dolar AS.
Ekonom Samuel Aset Manajemen Lana Soelistianingsih mengatakan, saling mengancam dan membalas antara AS dan China membuat sentimen negatif pasar global seiring dengan ketidakpastian yang meningkat.
"Konflik dagang ini akan membuat volume perdagangan dunia turun dan melambatnya ekonomi global," ujar Lana dikutip dari Antara.
Pasca gagalnya kesepakatan dagang antara AS-China dan mulai efektifnya tarif baru dari AS sebesar 25 persen atas barang-barang impor China senilai USD 200 miliar pada Jumat pekan lalu, China melakukan pernyataan pembalasan akan mengenakan kenaikan tarif terhadap barang-barang impor dari AS senilai USD 60 miliar pada 1 Juni 2019.
Presiden Trump nampaknya tidak suka dengan pembalasan ini dan mengancam China akan memperberat dengan mengenakan tarif pada seluruh barang-barang impor China dengan total lebih dari USD 350 miliar. Kendati tarif sudah diberlakukan namun negosiasi dikabarkan masih berlanjut.
Lana memprediksi, pada hari ini rupiah masih berpotensi menguat di kisaran 14.400 per dolar AS sampai 14.420 per dolar AS.
Â
Advertisement