Liputan6.com, Jakarta Sejumlah anak usaha PT Pertamina (Persero) belum mencapai target produksi minyak siap jual dan gas bumi (lifting migas) semester pertama 2019. Perusahaan tersebut pun diminta untuk mengejar ketertinggalan.
Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Dwi Soetjipto mengatakan, enam dari sepuluh produsen migas terbesar belum mampu mencapai target lifting migas semester pertama tahun 2019. Dari enam produsen, lima di antaranya adalah unit usaha Pertamina.
"Sepuluh besar ada enam KKKS yang lifting (minyak) turun. Dan dari enam itu lima adalah (milik) Pertamina, yaitu Pertamina EP, PHM, PHE OSES, PH ONWJ dan PKHT. Ini memang menjadi concern," kata Dwi, di Kantor Kementerian Energi Sumber Daya Mineral (ESDM), Jakarta, Senin (29/7/2019).
Advertisement
Baca Juga
Kinerja serupa juga dialami pada lifting gas, terutama pada pengelolaan Blok Mahakam. Kementerian ESDM pun berharap kepada Pertamina mengevaluasi dan mencari terobosan mengatasi masalah tersebut.
"Berharap Pertamina lakukan upaya-upaya untuk perbaikan agar lifting ini jangan sampai mana nanti mana yang diambil oleh Pertamina sebagai operator malah terjadi penurunan," tutur Dwi.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Harus Segera Diatasi Pertamina
Dwi menyebutkan, permasalahan lifting migas yang harus secepat mungkin ditangani oleh Pertamina. Diantaranya dengan mengimplementasikan teknologi, transfer of knowladge dan proses investasi yang harus dipercepat.
"Kita harapkan nanti manajemen dan pegawai Pertamina bisa lebih fokus perbaiki kinerja," jelasnya.
SKK Migas mencatat, penurunan lifting gas juga dipengaruhi oleh rendahnya penyerapan kargo berlebih di Muara Bakau yang tidak jadi dijual PT Pertamina (Persero) sebagai pengelola kilang LNG Bontang.
Advertisement
Gas Bocor di Pantai Utara Jawa, Pertamina Kejar Ketertinggalan Produksi
PT Pertamina (Persero) akan mengejar keterlambatan produksi minyak dan gas bumi (migas) dari lapangan YY Blok Offshore North West Java (ONWJ) yang saat ini berhenti kegiatan pencarian migas karena ada kebocoran gas.
Direktur Hulu Pertamina Dharmawan Samsu mengatakan, perseroan sedang melakukan evaluasi kegiatan pencarian migas. Diharapkan selama enam bulan ke depan ada kesempatan untuk mengejar ketertinggalan produksi migas.
"Jadi gini, kan banyak opsi, jadi kami sudah perintahkan tim perencanaan evaluasi performanceitu sudah mulai dilakukan, harapan kami punya 6 bulan ke depan, kita lihat kesempatannya," kata Dharmawan, di Kantor Kementerian Energi Sumber Daya Mineral (ESDM), Jakarta, Senin (22/7/2019).
Saat ini penanganan kebocoran sudah dilakukan, termasuk tumpahan minyak. Pertamina telah berkoordinasi dengan pemerintah dan mendapat tawaran bantuan dari Kontraktor Kontrak Kerjasama (KKKS) lain untuk menangani masalah tersebut.
"Minyak yang jelas sudah tercontain dengan baik, ini juga mencontoh common practice yang lain, kami jangan menunggu, di samping sinergi yang dilakukan dengan pemerintah, banyak KKKS menawarkan oil boom. kita terima, kami juga terima kasih ke KKKS yang lain," tutur Dharmawan.
Pertamina telah mengoptimalkan penanganan kebocoran gas sehingga menimbulkan gelembung di perairan Pantai Utara Jawa, Karawang Jawa Barat tersebut.
"Kami memastikan kru kita yang berada di emergency respond dalam keadaan aman untuk memastikan dampak diminimalkan. Kemudian langkah selanjutnya untuk masyarakat jangan mendekat, dan daerah-daerah yang memerlukan penjagaan kami lakukan juga. Ini untuk memastikan dampak ke lingungkan seminimal-minimalnya," papar Dharmawan.