Makan Siang Sendiri Diklaim Bisa Bikin Kerja Lebih Produktif

Kebanyakan orang umumnya akan dipandang menyedihkan ketika makan siang di meja sendirian.

oleh Liputan6.com diperbarui 09 Nov 2019, 12:00 WIB
Diterbitkan 09 Nov 2019, 12:00 WIB
Liputan 6 default 5
Ilustraasi foto Liputan 6

Liputan6.com, Jakarta - Kebanyakan orang umumnya akan dipandang menyedihkan ketika makan siang di meja sendirian.

Tetapi baru-baru ini Wall Street Journal menyoroti penelitian yang menunjukkan bahwa karyawan merasa lebih baik ketika bekerja atau makan sendirian daripada beramai-ramai.

Penelitian yang dibuat oleh Rottman School of Management ini menganalisis bagaimana 103 karyawan menghabiskan waktu makan siang mereka.

Seperti melansir dari CNBC, Rabu (6/11/2019), kesimpulan dari penelitian tersebut adalah karyawan yang menyelesaikan makan siang sendiri merasa lebih santai. Walaupun biasanya karyawan yang makan sendiri dilakukan sekaligus melanjutkan pekerjaan.

Sementara karyawan yang memilih untuk bersosialisasi selama istirahat merasa sedikit lebih lelah. Namun sejauh ini situasi yang paling menguras energi adalah ketika para karyawan harus berpartisipasi dalam makan siang bersama.

Walaupun makan sendiri membuat lebih produktif, mengambil jeda dari melakukan pekerjaan adalah cara yang tepat untuk tetap fokus.

Menurut penelitian, bekerja tanpa henti selama 90 hingga 120 menit dengan istirahat 20 hingga 30 menit adalah waktu yang ideal untuk mempertahankan fokus dan menyelesaikan pekerjaan dengan lebih baik dan efisien.

Bill Gates dan Ray Dalio sempat mengatakan bahwa meditasi beberapa menit sehari dapat meningkatkan kreativitas, pengambilan keputusan, dan fokus menjadi lebih baik.

Para pemimpin bisnis mengaku lebih suka menghabiskan waktu sendirian dengan cara yang lebih aktif. Meskipun tidak semua orang menyukai kesendirian, hal tersebut dapat menjadi kunci untuk pandai mengatur waktu dan menyesuaikan suasana hati.

Reporter: Chrismonica

Saksikan video di bawah ini:

Jangan Resign, Ini Tips Kerja di Kantor yang Toxic

Bekerja di Kantor
Ilustrasi Foto Bekerja di Kantor (iStockphoto)

Kata toxic dan burnout sedang populer di dunia kerja zaman sekarang. Tempat kerja yang toxic terutama bisa membuat pegawai kelelahan, depresi atau sakit.

Dilansir dari The Ladders, toxic dalam konteks dunia kerja adalah kondisi kantor yang tidak ideal, seperti bullying, kurangnya kepercayaan, tidak menghargai, dan bermacam jenis hal negatif lain. Efeknya tidak cuman merugikan fisik pegawai, tetapi juga secara kondisi internal.

Solusi melawan tempat kerja toxic pastinya adalah pindah kerja. Akan tetapi, tidak semua orang bisa begitu saja langsung pindah kerja.

Ada beberapa cara untuk meredakan efek negatif dari tempat kerja toxic. Untuk itu beberapa hal yang perlu dilakukan mulai dari sebelum kerja, saat kerja, dan sesudah pulang kerja.

Dan berikut tips menghadapi tempat kerja toxic seperti yang dirangkum dari The Ladders.

Sebelum kerja

sifat menyebalkan
ilustrasi perempuan bekerja/Photo by mentatdgt from Pexels

1. Jangan cek email sebelum kerja

Kemungkinan segala hal terkait kerja bisa memberikan mindset negatif. Jika sebelum berangkat sudah mengecek email kerja, otomatis kamu akan menghabiskan waktu lebih lama dengan mindset negatif.

2. Awali hari dengan mengingat kemenangan kecil

Mengingat "kemenangan kecil" seperti olaharga atau pulang tepat waktu bisa melatih otak untuk mendapatkan kemenangan lebih banyak. Rutinitas itu membuat pikiran lebih fokus ke yang positif ketimbang negatif. Jangan lupa merapikan kasur karena memberikan rasa kerapihan.

3. Buat daftar syukur

Tulis keuntungan-keuntungan positif yang kamu dapat di tempat kerja. Ini juga membantu memberi mood positif serta mencegah otak terus-terusan beperkir negatif.

Ketika bekerja

Ilustrasi bekerja
Ilustrasi bekerja. Sumber foto: unsplash.com/Icons8 Team.

1. Jauhi rekan kerja yang membuat konflik

Jika kamu sadar teman kerja mana yang memicu pertikaian, menyingkirlah dari mereka. Konflik-konflik mereka menyebabkan stres dan membawa ke negativitas tempat kerja.

2. Cari teman

Kehadiran teman menciptakan support system untuk saling berbagi perasaan dengan cara yang produktif. Mereka bisa membuat tempat kerja serasa tidak terlalu toxic.

3. Dokumentasikan segalanya

Siapkan perekaman dari interaksi yang positif dan negatif. Ini bisa berfungsi sebagai barang bukti jika kamu melaporkan kelakukan toxic seseorang ke pihak yang berwenang.

4. Tingkatkan kualitas diri

Pelajarilah sebuah skill baru. Selain menambah ilmu, menambah skill juga menyiapkan diri untuk peluang kerja di masa yang akan depan.

5. Belajar mengganti cara berpikir

Ketika berhadapan dengan interaksi negatif, cobalah pikirkan itu sebagai pengalaman belajar. Memandang sesuatu secara positif bisa mengurangi stres karena itu mengurangi kadar emosi yang kamu berikan dalam interaksi itu.

Cobalah tarif napas sebelum merespons sesuatu yang negatif. Beberapa detik itu bisa membantu pikiran agar fokus untuk mendapat hasil positif.

6. Ciptakan ruang kerja yang positif

Sebuah ruang kerja yang positif bisa membuatmu merasa aman di tengah kekacauan lingkungan kerja yang toxic. Melakukan personalisasi ruang kerja, seperti meja atau bilik, akan memberikan rasa kepemilikan sehingga membuat merasa lebih terkontrol.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya