Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak mendatar pada perdagangan Rabu pekan ini. Pergerakan rupiah ini seiring penurunan imbal hasil (yield) obligasi Amerika Serikat.
Mengutip Bloomberg, Rabu (14/4/2021), rupiah dibuka di angka 14.615 per dolar AS, melemah jika dibandingkan dengan penutupan perdagangan sebelumnya yang ada di angka 14.605 per dolar AS. Namun menjelang siang, rupiah kembali menguat ke 14.609 per dolar AS.
Baca Juga
Sejak pagi hingga siang hari ini, rupiah bergerak di kisaran 14.606 per dolar AS hingga 14.615 per dolar AS. Jika dihitung dari awal tahun, rupiah melemah 3,98 persen.
Advertisement
"US treasury 10 year yield turun ke level 1,62 persen setelah laporan inflasi tercatat sedikit lebih tinggi dari yang diekspektasikan, namun tidak seburuk yang dikhawatirkan," tulis Tim Riset Mega Capital Sekuritas dalam kajiannya dikutip dari Antara, Rabu (14/4/2021).
Tingkat inflasi di AS tercatat naik 2,6 persen secara tahunan (yoy) dan 0,6 persen secara bulanan (mom) pada Maret 2021. Secara tahunan, inflasi tersebut menjadi yang tertinggi sejak Agustus 2018 lalu.
Sementara itu, imbal hasil obligasi AS juga terpukul setelah Food and Drug Administration (FDA) mengatakan meminta negara bagian untuk menghentikan sementara pemberian vaksin COVID-19 produksi Johnson & Johnson setelah enam orang di AS menunjukkan kelainan langka yang melibatkan pembekuan darah.
Penghentian sementara vaksin COVID-19 Johnson & Johnson tersebut telah memicu kekhawatiran terhambatnya upaya pemulihan ekonomi di Negeri Paman Sam.
Pelaku pasar juga akan mencermati pidato Gubernur The Federal Reserve Jerome Powell yang dijadwalkan pada tengah malam nanti.
"Untuk perdagangan hari ini, mata uang rupiah kemungkinan dibuka berfluktuasi namun ditutup melemah di rentang Rp14.590 per dolar AS hingga Rp14.630 per dolar AS," kata Direktur PT TRFX Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi.
Pada Selasa (13/4/2021) lalu, rupiah ditutup melemah 10 poin atau 0,07 persen ke posisi Rp14.605 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya Rp14.595 per dolar AS.
Â
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
BI Prediksi Rupiah Bakal Terus Menguat
Bank Indonesia (BI) mencermati nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) yang terus menguat. Hal ini didukung oleh berlanjutnya aliran masuk modal asing ke pasar keuangan domestik.
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo menyampaikan, nilai tukar rupiah pada 18 November 2020 menguat sebesar 3,94 persen point to point dibandingkan dengan level akhir Oktober 2020.
"Perkembangan ini melanjutkan penguatan pada bulan sebelumnya sebesar 1,74 persen point to point atau 0,67 persen secara rata-rata dibandingkan dengan tingkat September 2020," jelasnya dalam sesi teleconference, Kamis (19/11/2020).
Menurut dia, selain karena peningkatan aliran masuk modal asing ke pasar keuangan domestik, penguatan rupiah juga terjadi seiring dengan turunnya ketidakpastian pasar keuangan global, seeta persepsi positif terhadap prospek perbaikan perekonomian domestik.
Dengan perkembangan ini, Perry mencatat, rupiah sampai dengan 18 November 2020 terdepresiasi sekitar 1,33 persen secara year to date jika dibandingkan akhir 2019 lalu.
"Ke depan, Bank Indonesia memandang bahwa penguatan nilai tukar rupiah berpotensi berlanjut seiring dengan levelnya yang secara fundamental masih undervalued," ujar Perry
"Hal ini didukung oleh defisit transaksi berjalan yang rendah, inflasi yang rendah dan terkendali, daya tarik aset keuangan domestik yang tinggi, dan premi risiko di Indonesia yang menurun, dan likuiditas global yang besar," tandasnya.Â
Advertisement
Rupiah Diprediksi Ada di Kisaran 13.250-13.750 per Dolar AS pada 2021
Ekonom sekaligus Direktur Riset CORE Indonesia, Piter Abdullah, memprediksi nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (USD) akan cenderung menguat pada tahun 2021. Bahkan, Rupiah diyakini mampu kembali mendekati nilai fundamentalnya dikisaran Rp13.250 -Rp13.750 per USD.
"Kita perkirakan pada 2021 Rupiah akan punya potensi untuk lebih menguat. Rupiah yang saat ini sudah mulai bertahan menguat berpotensi kembali mendekati nilai fundamentalnya dikisaran Rp13.250-Rp13.750 per USD," ujar Piter dalam webinar bertajuk "CORE ECONOMIC OUTLOOK 2021," Rabu (18/11).
Piter mengatakan, penguatan nilai tukar Rupiah dipicu oleh membaiknya kinerja perdagangan Indonesia yang mengalami surplus hingga mencapai USD 13,5 miliar per September 2020. Dan diprediksi tren positif ini terus berlangsung hingga akhir tahun.
"Kita yakini neraca perdagangan yang sudah surplus ini terus melanjutkan kinerja baiknya hingga akhir tahun. Sehingga mendorong Rupiah untuk menguat," paparnya.
Selain itu, kemenangan Joe Biden di Pilpres Amerika Serikat (AS) 2020 diyakini akan berdampak baik bagi ekonomi Indonesia. Salah satunya peningkatan realisasi Foreign Direct Investment (FDI) atau investasi langsung dari AS ke Tanah Air.
"Peralihan kekuasaan dari Trump ke Biden jika berjalan lancar diyakini akan meningkat dan mendorong lahirnya investasi. Sehingga menciptakan emarging market (pasar yabg berkembang cepat) termasuk ke Indonesia," jelas dia.
Maka dari itu, Piter menyebut tak berlebihan jika nilai tukar Rupiah akan menguat tajam pada tahun depan. "Karena kita tahu neraca perdagangan surplus kemudian capital inflow itu akan mensupport supply dollar AS, jadi rupiah kita perkiraan 2021 akan punya potensi untuk lebih menguat," tutupnya.
Reporter: Sulaeman
Sumber: Merdeka.com Â