Bank Dunia: Ekonomi Indonesia Belum Kondusif Ciptakan Pekerjaan Berkualitas

Bank Dunia menyatakan, sebagian besar lapangan kerja di Indonesia masih berkualitas rendah

oleh Athika Rahma diperbarui 30 Jun 2021, 13:40 WIB
Diterbitkan 30 Jun 2021, 13:40 WIB
Logo Bank Dunia.
Logo Bank Dunia.

Liputan6.com, Jakarta Bank Dunia menyatakan, sebagian besar lapangan kerja di Indonesia masih berkualitas rendah. Hal ini sesuai dengan temuan Bank Dunia yang tercatat dalam laporan Pathways to Middle-Class Jobs in Indonesia.

Salah satu kontributor laporan, Maria Monica Wihardja membeberkan beberapa alasan mengapa Indonesia masih kesulitan menciptakan lapangan kerja berstatus menengah (middle-class jobs).

Pertama, transformasi struktural yang terjadi tidak meningkatkan produktivitas pekerjanya, sehingga penciptaan lapangan kerja menengah sulit terwujud.

"Kedua, struktur ekonomi Indonesia belum kondusif dalam menciptakan lapangan kerja menengah. Sebanyak 2/3 pekerjaan merupakan usaha rumah tangga dengan 45 juta pemilik dan 38 juta pekerja, dimana hampir semuanya berstatus informal," jelas Monica dalam peluncuran laporan secara daring, Rabu (30/6/2021).

Lebih lanjut, sektor formal juga ternyata sulit menciptakan pekerjaan menengah ini. Terdapat sektor potensial yaitu sektor manufaktur, kendati penciptaan lapangan kerja terjadi hanya di perusahaan yang tua dan besar saja. Perusahaan baru memiliki kesulitan dalam bertumbuh dan merekrut pekerja baru.

Faktor ketiga ialah kurangnya kemampuan (skill) pekerja untuk masuk ke ranah pekerjaan menengah.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Butuh Skil Khusus

Job Fair
Pencari kerja mencari informasi lowongan pekerjaan saat acara Job Fair di kawasan Jakarta, Rabu (27/11/2019). Job Fair tersebut digelar dengan menawarkan lowongan berbagai sektor untuk mengurangi angka pengangguran. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Monica mengatakan, pekerjaan menengah cenderung membutuhkan skill khusus berupa kemampuan berpikir yang kuat, kemampuan interpersonal dan kemampuan digital, diimbangi dengan wawasan di bidang sains, teknologi, teknik, matematika atau administrasi bisnis.

"Namun, per 2018, hampir 60 persen pekerja hanya bersekolah 9 tahun atau bahkan kurang," katanya.

Pekerja perempuan dan pemuda juga mengalami hambatan dalam berkarir di pasar tenaga kerja. Partisipasi pekerja perempuan cenderung sama sejak 1991 hingga 2021 yaitu di kisaran 50 persen saja.

"Dan di dunia kerja, sebagian besar pekerja perempuan mendapatkan gaji dan benefit 25 persen lebih rendah dari pekerja laki-laki meski beban pekerjaannya sama," katanya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya