Liputan6.com, Jakarta - Dana Moneter Internasional (IMF) mengatakan bahwa invasi Rusia dapat menjerumuskan Ukraina ke dalam resesi yang berat, meski sistem perbankan dan pembayaran utang negara itu masih bisa berjalan.
Dikutip dari Channel News Asia, Selasa (15/3/2022), IMFÂ juga memperingatkan perang dapat memiliki dampak yang lebih luas, termasuk mengancam ketahanan pangan global dengan menyebabkan harga naik dan menghambat pertanian di Ukraina, terutama gandum.
"Minimal, negara itu akan melihat output turun 10 persen tahun ini, dengan asumsi resolusi perang yang cepat, kata IMF dalam analisis ekonomi soal Ukraina setelah invasi Rusia.
Advertisement
Dengan mengutip data masa perang atau konflik di Irak, Lebanon, Suriah dan Yaman, IMF menyebut "kontraksi output tahunan pada akhirnya bisa jauh lebih tinggi, dalam kisaran 25-35 persen".
2021 lalu, ekonomi Ukraina tumbuh 3,2 persen di tengah rekor panen gandum dan belanja konsumen yang kuat.
Tetapi setelah invasi Rusia pada 24 Februari 2022, "ekonomi di Ukraina berubah secara dramatis", kata Vladyslav Rashkovan, direktur eksekutif alternatif untuk Ukraina di dewan IMF.
Hal itu termasuk rusaknya fasilitas kesehatan, sekolah, rumah warga, serta "puluhan kilometer jalan, dan objek infrastruktur kritis yang tak terhitung jumlahnya," kata pejabat itu dalam sebuah pernyataan.
Penasihat ekonomi Presiden Volodymyr Zelensky, yakni Oleg Ustenko, pekan lalu memperkirakan kerugian akibat perang di Ukraina mencapai USD 100 miliar.
Baca Juga
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
IMF Khawatir Perang Rusia-Ukraina Sulitkan Pasokan Pangan di Negara Rentan
Di luar kerugian manusia dan ekonomi di Ukraina, IMF memperingatkan kemungkinan dampak perang terhadap ekonomi global.
Sejak konflik Rusia-Ukraina mulai, harga energi dan bahan makanan telah melonjak di berbagai negara, dan IMF memperingatkan situasi tersebut bisa memburuk, serta memicu kenaikan inflasi.
"Gangguan pada pertanian musim semi juga dapat membatasi ekspor dan pertumbuhan serta membahayakan ketahanan pangan," demikian laporan IMF.
Diketahui bahwa Ukraina dan Rusia dianggap sebagai salah satu sumber pangan pertanian karena merupakan pengekspor gandum terbesar di dunia, dan konflik berkepanjangan dapat menghantam pasokan pangan global jika para petani tidak dapat menanam.
"Perang di Ukraina berarti kelaparan di Afrika," kata Direktur Pelaksana IMF Kristalina Georgieva kepada CBS.
"Perang ini jauh melampaui Ukraina. Ini juga merupakan serangan terhadap orang dan negara paling rentan di dunia," kata Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres  kepada wartawan di New York.
Advertisement