Liputan6.com, Jakarta - Asian Development Bank (ADB) meprediksi ekonomi Asia bisa tumbuh 5,2 persen di 2022. Setahun kemudian diperkirakan naik tipis menjadi 5,3 persen. Pendorong utama pertumbuhan ekonomi di Asia adalah konsumsi domestik dan berlanjut ke peningkatan ekspor.
“Perekonomian di kawasan Asia yang sedang berkembang mulai menemukan pijakan seiring kebangkitannya perlahan-lahan dari efek terburuk pandemi COVID-19,” kata Kepala Ekonom ADB Albert Park, dikutip dari laman adb.org, Jakarta, Selasa (6/4/2022).
Beberapa sub kawasan, termasuk Asia Selatan dan Asia Timur, diperkirakan akan kembali ke tingkat pertumbuhan ekonominya sebelum pandemi. Inflasi di kawasan ini masih terkendali, tetapi diperkirakan akan naik ke 3,7 persen tahun ini, sebelum termoderasi ke 3,1 persen pada 2023.
Advertisement
Kebanyakan negara di kawasan Asia yang sedang berkembang akan mengalami pertumbuhan yang stabil pada tahun ini dan 2023. Perekonomian di Asia Tenggara diperkirakan akan tumbuh secara kolektif sebesar 4,9 persen tahun ini dan 5,2 persen pada 2023.
Kemudian, perekonomian di Kaukasus dan Asia Tengah diperkirakan akan tumbuh rata-rata 3,6 persen tahun ini dan 4,0 persen tahun depan. Perekonomian di Pasifik, yang sangat bergantung pada pariwisata diperkirakan akan tumbuh 3,9 persen tahun ini dan 5,4 persen pada 2023. Angka ini cukup optimis setelah sebelumnya mengalami kontraksi 0,6 persen pada 2021.
Asia Timur diperkirakan akan mengalami pertumbuhan ekonomi 4,7 persen pada tahun ini dan 4,5 persen pada 2023. Republik Rakyat Tiongkok, perekonomian terbesar di kawasan ini, diperkirakan akan tumbuh 5,0 persen tahun ini dan 4,8 persen tahun depan. Hal ini didorong angka ekspor yang masih kuat.
Perekonomian Asia Selatan diperkirakan akan tumbuh secara kolektif sebesar 7,0 persen pada 2022 dan 7,4 persen pada 2023. Sementara itu India sebagai perekonomian terbesar di sub-kawasan ini diperkirakan akan tumbuh 7,5 persen pada tahun fiskal ini dan 8,0 persen pada tahun fiskal berikutnya.
Baca Juga
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Tantangan
Hanya saja, berbagai peristiwa global dan masih adanya menyebarnya virus corona menjadi tantangan ketidakpastian global. Hal ini disebabkan invasi Rusia di Ukraina, pandemi virus korona yang masih berlangsung, dan pengetatan oleh Bank Sentral Amerika Serikat membawa risiko bagi prakiraan tersebut.
“Namun, ketidakpastian geopolitik serta wabah dan varian virus COVID-19 yang baru dapat mengganggu momentum tersebut," katanya.
Invasi Rusia di Ukraina membawa risiko paling berat terhadap proyeksi ekonomi kawasan Asia yang sedang berkembang. Dampak perang tersebut sudah terlihat pada perekonomian di kawasan ini melalui melonjaknya harga-harga komoditas seperti minyak, dan meningkatnya ketidakstabilan pasar keuangan global.
"Pemerintah (setiap negara) harus terus waspada dan siap menjalankan langkah-langkah untuk menangkal risiko," katanya.
Advertisement
Vaksin
Di sisi lain, Covid-19 masih terus berdampak di berbagai bagian kawasan Asia yang sedang berkembang. Sehingga akan berdampak pada ekonomi beberapa mengalami yang mengalami lonjakan kasus baru.
Maka, setiap negara harus memastikan sebanyak mungkin warga sudah mendapatkan vaksin lengkap Covid-19. Otoritas moneter juga harus terus memantau inflasi dengan seksama.
"Jangan sampai terlambat mengantisipasi keadaan,” kata dia.
Reporter: Anisyah Al Faqir
Sumber: Merdeka.com
Infografis Ekonomi Indonesia di Tengah Wabah Corona
Advertisement