Liputan6.com, Jakarta - Tanda-tanda resesi global sudah mulai terlihat. Bukan hanya di negara lain tetapi juga sudah mulai terlihat di Indonesia. Hal ini, tercermin dari menurunnya tingkat ekspor dan melemahnya investasi di 2023.
Selain dari sisi makro tersebut, pedagang warteg melihat adanya ancaman yang lebih nyata dan menyentuh ekonomi rakyat sebagai dampak dari resesi global ini. Tanda tersebut adalah sulitnya mendapatkan akses untuk membeli minyak goreng kemasan sederhana, Minyakita.
"Masih hunting (mencari), terutama Minyakita," kata Ketua Komunitas Warteg Nusantara (Kowantara) Mukroni kepada Liputan6.com, Senin (20/2/2023).
Advertisement
Mukroni mengatakan kalau kenaikan harga bahan pokok lebih mengkhawatirkan. Pasalnya, itu bakal langsung berdampak ke kantung-kantung ekonomi masyarakat bawah.
"Dampak kenaikan harga (bahan pokok), itu yang sangat menyentuh rakyat bawah yang menjadi pelanggan warteg, itu dampaknya luar biasa," ungkapnya.
Sementara itu, melihat adanya potensi resesi global berdampak ke ekonomi dalam negeri, Mukroni masih melihat optimisme. Apalagi adanya sumber daya yang dimiliki Indonesia.
"Sebenarnya, kalau lihat potensi sumber daya negeri ini yang kaya minera, subur tanahnya negeri ini tidak perlu khawatir," kata dia.
Kurangi Porsi
Lebih lanjut, Mukroni mengisahkan langkah yang diambil pedagang usai harga bahan pokok mengalami kenaikan. Ada 2 pilihan, yakni meningkatkan harga jual, atau mengurangi porsi penjualannya.
Ditambah lagi, faktor lainnya seperti daya beli masyarakat yang belum pulih turut berpengaruh ke penjualan pedagang warteg ini.
"Ada yang menaikkan harga kalau posisi ramai, kalau sepi biasanya tidak, paling mengurangi porsinya. Daya beli masyarakat juga belum pulih," paparnya.
Â
Antisipasi Resesi Global
Pelemahan ekonomi atau resesi global disebut-sebut mulai berdampak terhadap pergerakan ekonomi di Indonesia. Namun, hal itu dipandang masih dalam skala yang rendah.
Sebelumnya, Menteri Investasi/Kepala BKPM Bahlil Lahadalia mengungkap sejumlah tanda-tanda resesi global yang mulai masuk ke Indonesia. Termasuk menurunnya kinerja ekspor yang diprediksi terjadi di kuartal I 2023 ini.
Namun, Direktur Eksekutif Segara Institute Piter Abdullah memandang kalau dampak resesi global itu cenderung masih rendah. Artinya, ekonomi Indonesia masih bisa menopang dengan setiap capaian-capaiannya.
"Menurut saya seharusnya lebih baik. Karena kondisi perekonomian yang lebih baik pasca pandemi," kata dia saat dihubungi Liputan6.com, Minggu (19/2/2023).
Â
Advertisement
Masih Kuat
Piter mangamini kalau pelemahan ekonomi global pasti akan turut berdampak ke Indonesia, cepat atau lambat. Namun, hingga bulan kedua 2023 ini, dia tidak melihat tanda-tanda yang serius.
Dia masih melihat adanya tren yang positif dari neraca pergadangan per Januari 2023. Padahal, ada faktor pelambatan dari akhir tahun lalu yang disebut-sebut jadi sinyal resesi.
"Pelemahan global kalau terjadi pasti akan berdampak ke Indonesia. Tapi sejauh ini belum terlihat. Neraca perdagangan Januari masih surplus cukup besar di-support oleh harga komoditas yang masih bertahan tinggi," ungkapnya.