Harga Minyak Dunia Meroket Lagi, Hari Ini Dipatok USD 74,26 per Barel

Harga minyak dunia untuk Brent berjangka untuk bulan Februari naik USD 1,02 atau 1,39% menjadi USD 74,26 per barel.

oleh Septian Deny diperbarui 14 Des 2023, 08:00 WIB
Diterbitkan 14 Des 2023, 08:00 WIB
Ilustrasi Harga Minyak
Harga minyak dunia untuk Brent berjangka untuk bulan Februari naik USD 1,02 atau 1,39% menjadi USD 74,26 per barel.

Liputan6.com, Jakarta Harga minyak naik lebih dari 1% pada perdagangan Rabu (Kamis waktu Jakarta). Harga minyak mengalami penarikan mingguan yang jauh lebih besar dari perkiraan dari penyimpanan minyak mentah AS dan karena Federal Reserve (The Fed) mengindikasikan tiga penurunan suku bunga akan dilakukan tahun depan.

Dikutip dari CNBC, Kamis (14/12/2023), harga minyak dunia untuk Brent berjangka untuk bulan Februari naik USD 1,02 atau 1,39% menjadi USD 74,26 per barel. 

Sedangkan harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate AS untuk bulan Januari naik 86 sen, atau 1,25% menjadi USD 69,47 per barel.

Badan Informasi Energi AS mengatakan perusahaan-perusahaan energi menarik 4,3 juta barel minyak mentah dari stoknya selama pekan yang berakhir 8 Desember, jauh lebih besar daripada jajak pendapat Reuters yang menyebutkan penarikan 700.000 barel.

Pada hari Selasa, baik Brent dan WTI ditutup pada level terendah sejak 27 Juni, sebagian besar karena kekhawatiran bahwa sedikit kenaikan inflasi bulan lalu akan berarti Federal Reserve belum siap untuk menurunkan suku bunganya.

Namun The Fed meredakan kekhawatiran tersebut pada hari Rabu, mempertahankan suku bunga tetap stabil dan mengindikasikan tiga pemotongan akan dilakukan pada tahun 2024. Suku bunga yang lebih tinggi dapat memperlambat permintaan dan memberikan tekanan pada harga minyak.

Rekor Produksi Minyak AS

Rekor produksi minyak AS dan melemahnya perekonomian di Tiongkok telah membebani harga minyak selama berminggu-minggu.

“Kekhawatiran terhadap ekonomi global tahun depan, lemahnya komitmen terhadap pengurangan produksi dari OPEC+ dan peningkatan produksi di negara lain, termasuk tingkat rekor di Amerika Serikat, sangat membebani harga hingga akhir tahun,” kata Craig Erlam, Analis Pasar Senior UK & EMEA..

Dalam laporan pasar minyak bulanan terbarunya, OPEC menyalahkan penurunan harga minyak mentah terbaru ini karena “kekhawatiran berlebihan” terhadap pertumbuhan permintaan minyak.

 

Pertumbuhan Permintaan Minyak Dunia

Ilustrasi tambang migas
Ilustrasi tambang migas (iStockPhoto)

Kelompok negara penghasil minyak mempertahankan perkiraan pertumbuhan permintaan minyak dunia untuk tahun 2024 tidak berubah pada angka 2,25 juta barel per hari.

Di tempat lain, hampir 200 negara mencapai kesepakatan bersejarah pada konferensi COP28 untuk mulai mengurangi konsumsi bahan bakar fosil secara global, yang dimaksudkan untuk memberikan sinyal kepada investor minyak dan bahan bakar fosil lainnya.

Menteri Energi Arab Saudi mengatakan dia setuju dengan kepresidenan COP28 mengenai kesepakatan akhir, dan menambahkan bahwa hal itu tidak akan mempengaruhi ekspor hidrokarbon Kerajaan.

Di Timur Tengah, Israel mengatakan akan melanjutkan perangnya di Gaza, terlepas dari apakah mereka mendapat dukungan internasional atau tidak, setelah PBB mengeluarkan resolusi yang menyerukan gencatan senjata dan Presiden AS Joe Biden memperingatkan bahwa Israel mulai kehilangan dukungan karena banyaknya warga sipil yang tewas. 

 

Harga Minyak Dunia Susut, Kekhawatiran Inflasi Jadi Biang Keladi

Hadapi Cuaca Ekstrim, Ditjen Migas Minta Badan Usaha Susun Upaya Mitigasi
Minyak dan Gas Bumi

Kemarin, harga minyak mentah Amerika Serikat (AS) turun hampir 4% karena data inflasi memicu kecemasan di kalangan pedagang. Kecemasan jika Federal Reserve mungkin tidak siap untuk menurunkan suku bunga.

Harga minyak dunia kontrak West Texas Intermediate (WTI) untuk bulan Januari turun USD 2,71, atau 3,80%, menjadi USD 68,61 per barel. Harga minyak Brent kontrak Februari turun USD 2,79, atau 3,67%, menjadi USD 73,24 per barel.

Saat pasar saham AS mengabaikan data inflasi terbaru, pasar minyak justru melihat adanya kekhawatiran. Indeks harga konsumen naik tipis 0,1% pada bulan November setelah tidak berubah pada Oktober. Sementara harga meningkat 3,1% dari tahun lalu, menurut Departemen Tenaga Kerja AS.

"Para pedagang khawatir bahwa The Fed tidak dapat mengendalikan inflasi dan harus terus meningkatkan laju suku bunganya," kata Phil Flynn, Analis di Price Futures Group.

Ketua Fed Jerome Powell mengatakan awal bulan ini jika “terlalu dini” untuk membahas penurunan suku bunga. Dia bahkan mengindikasikan bahwa bank sentral siap menaikkan suku bunga jika diperlukan.

Flynn mengatakan kepercayaan pasar minyak telah hancur setelah tujuh minggu berturut-turut mengalami kerugian.

Harga minyak turun karena rekor produksi di AS, Kanada, dan Brasil bertabrakan dengan melemahnya perekonomian di Tiongkok, sehingga meningkatkan kekhawatiran di kalangan pedagang bahwa pasar mengalami kelebihan pasokan.

Permintaan Tahun Depan

lustrasi tambang migas
Ilustrasi tambang migas (iStockPhoto)

Permintaan minyak tahun depan diperkirakan sekitar satu juta barel per hari lebih rendah dibandingkan pertumbuhan pasokan. Ini diungkapkan Wakil Ketua S&P Global, Daniel Yergin.

“Selama penawaran dan permintaan mendominasi, Anda akan mendapat tekanan penurunan harga,” kata Yergin.

Beberapa anggota OPEC dan sekutunya seperti Rusia telah berjanji untuk mengurangi pasokan sebesar 2,2 juta barel per hari pada kuartal pertama tahun 2024. Namun, para pedagang ragu bahwa kelompok tersebut akan memenuhi pemotongan tersebut.

Yergin mengatakan OPEC+ menghadapi pilihan apakah mereka terus mengurangi pasokan atau melepaskan minyak ke pasar untuk membiarkan harga turun dan melemahkan produksi di negara-negara di luar kelompok tersebut.

Infografis SKK MIgas
Di tengah kebutuhan energi nasional yang terus meningkat, menemukan minyak dan gas bumi (migas) menjadi semakin sulit
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya