Liputan6.com, Jakarta Kantor Staf Presiden (KSP) menyatakan pertumbuhan ekonomi Indonesia 2023 yang sebesar 5,05 persen secara tahunan (yoy) masih cukup tangguh, terlebih jika dibandingkan dengan sejumlah negara G20, seperti Meksiko yang tumbuh 3,4 persen dan Arab Saudi yang terkontraksi 0,90 persen.
“Kinerja perekonomian Indonesia pada periode tersebut tetap terjaga dan dapat menjadi pijakan kokoh untuk periode selanjutnya,” kata Deputi III KSP Edy Priyono dikutip dari Antara, Selasa (6/2/2024)..
Baca Juga
Menurut Edy, pertumbuhan ekonomi Indonesia selama 2023 menunjukkan perekonomian domestik yang tetap terjaga dan solid di tengah kondisi perlambatan ekonomi dunia.
Advertisement
Ia memaparkan pertumbuhan ekonomi Indonesia 2023 masih ditopang oleh konsumsi rumah tangga dan Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) atau investasi. Kedua komponen tersebut menyumbang 82,51 persen Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia. Dari sisi pertumbuhan, kata Edy, konsumsi rumah tangga bertumbuh 4,82 persen, sementara PMTB tumbuh 4,4 persen.
Adapun ekspor mengalami perlambatan yakni hanya tumbuh 1,32 persen karena harga komoditas unggulan ekspor Indonesia yang moderat dan aktivitas ekonomi global yang melambat.
Dari sisi lapangan usaha, kata Edy, terdapat lima sektor penopang utama PDB Indonesia yang konsisten tumbuh positif yakni industri pengolahan tumbuh 4,64 persen, perdagangan 4,85 persen, pertanian 1,30 persen, pertambangan 6,12 persen dan konstruksi 4,91 persen.
Kelima sektor tersebut menyumbang 64,58 persen PDB Indonesia. Adapun beberapa sektor yang konsisten tumbuh tinggi dalam dua tahun terakhir dan tetap melanjutkan tren positif yakni transportasi & pergudangan 13,96 persen, jasa lainnya 10,52 persen, serta sektor akomodasi & makanan minuman 10,01 persen.
Deputi Bidang Perekonomian Kantor Staf Presiden ini juga mengungkapkan sepanjang tahun 2023 industri pengolahan mampu melanjutkan pertumbuhan positif meski sedikit melambat, dari 4,89 persen pada 2022 menjadi 4,64 persen pada 2023.
Hilirisasi
Pertumbuhan positif tersebut utamanya ditopang oleh sub-sektor yang terkait dengan hilirisasi, seperti industri logam dasar sebesar 14,17 persen, dan industri barang logam sebesar 13,67 persen.
“Dengan demikian pangsa sektor industri pengolahan pada 2023 sedikit meningkat,” ujarnya.
Selain itu, kata Edy, perekonomian Indonesia sepanjang 2023 juga cukup berkualitas dan inklusif. Hal ini tercermin dari beberapa indikator seperti tingkat pengangguran yang menurun pascapandemi dari 5,86 persen pada Agustus 2022 menjadi 5,32 persen pada Agustus 2023.
Indikator lainnya, kata dia, yakni tingkat kemiskinan juga konsisten menurun dari 9,54 persen pada Maret 2022 menjadi 9,36 persen pada Maret 2023.
“Tingkat pertumbuhan yang solid ini juga dicapai dengan inflasi yang terkendali di angka 2,61 persen pada 2023,” kata dia.
Advertisement