Inflasi AS Terendah Sejak 2021, Nilai Tukar Rupiah Langsung Melambung

Analis mata uang Lukman Leong memprediksi nilai tukar rupiah pada perdagangan hari ini akan bergerak di rentang 15.550 per dolar AS sampai dengan 15.700 per dolar AS.

oleh Arthur Gideon diperbarui 15 Agu 2024, 10:20 WIB
Diterbitkan 15 Agu 2024, 10:15 WIB
FOTO: Akhir Tahun, Nilai Tukar Rupiah Ditutup Menguat
Pada Kamis (15/8/2024), rupiah menguat 56 poin atau 0,80 persen menjadi 15.619 per dolar AS dari sebelumnya sebesar 15.675 per dolar AS. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar (kurs) rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak menguat pada perdagangan Kamis ini. Penguatan rupiah ini didorong oleh optimisme peelaku pasar akan surplus neraca perdagangan Indonesia.

Pada Kamis (15/8/2024), nilai tukar rupiah menguat 56 poin atau 0,80 persen menjadi 15.619 per dolar AS dari sebelumnya sebesar 15.675 per dolar AS.

"Investor menantikan data perdagangan Indonesia siang ini," kata analis mata uang Lukman Leong saat dikutip dari Antara.  

Neraca perdagangan Indonesia Juli 2024 diperkirakan akan kembali mengalami surplus USD 2,45 miliar.

Ekspor diproyeksikan tumbuh 3,85 persen namun impor diperkirakan stagnan. Surplus berkepanjangan akan terus mendukung cadangan devisa.

Selain itu, Lukman menuturkan penguatan rupiah juga terjadi setelah data inflasi Amerika Serikat (AS) Juli 2024 yang sedikit lebih rendah dari perkiraan.

Inflasi AS Juli 2024 month on month (mom) naik 0,2 persen sesuai perkiraan, namun secara tahunan (year on year/yoy) turun menjadi 2,9 persen.

Ini menandai tingkat inflasi yang terendah sejak Maret 2021, sedangkan tingkat inti adalah yang terendah sejak April 2021.

Sebelum rilis angka inflasi AS terbaru, Pejabat Bank Sentral AS (The Fed) telah mengindikasikan kesediaan untuk melakukan pelonggaran, meskipun mereka berhati-hati untuk tidak berkomitmen pada jadwal tertentu atau berspekulasi tentang kecepatan pemotongan yang mungkin terjadi.

Lukman Leong memprediksi nilai tukar rupiah pada perdagangan hari ini akan bergerak di rentang 15.550 per dolar AS sampai dengan 15.700 perdolar AS.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Rupiah Bakal Menguat pada Kuartal Tiga 2024, Ini Syaratnya

Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dolar AS Terus Melemah
Petugas menghitung pecahan 100 dolar AS di jasa penukaran uang, Melawai, Jakarta, Rabu (28/9/2022). Nilai tukar rupiah tembus Rp15.236 per dolar AS pukul 10.41 WIB pada perdagangan Rabu (28/9/2022). (Liputan6.com/Johan Tallo)

Sebelumnya, Chief Economist Mandiri Sekuritas, Rangga Cipta prediksi nilai tukar Rupiah terhadap dolar AS bisa menguat di bawah  16.000 atau di kisaran  15.900 pada kuartal tiga 2024.

Pergerakan Rupiah, menurut Rangga sangat bergantung pada pemangkasan suku bunga The Federal Reserve (the Fed) atau bank sentral Amerika Serikat (AS).

"Ekspektasi The Fed memangkas suku bunga pada akhir tahun ini. Bulan lalu market ekspektasi apa penurunan 2-3 kali. Prediksi market sekarang The Fed akan melakukan penurunan hingga 5 kali. Semakin besar harapan pemangkasan. Sisa 3 meeting The Fed kemungkinan akan memotong lebih besar dari 25 basis poin," ujar Rangga, dalam acara Mandiri Sekuritas Economic and Market Outlook, Rabu (7/8/2024). 

Meskipun Rupiah diproyeksikan menguat pada kuartal tiga, Rangga memperkirakan nilai tukar rupiah akan kembali di level Rp 16.000 pada kuartal IV. Dia menuturkan, pada periode tersebut, nilai tukar rupiah akan mengalami tekanan dari dalam dan luar negeri.

Adapun jika The Fed melanjutkan penurunan suku bunga hingga semester pertama 2025, maka Rupiah akan kembali menguat. 

 


Tekanan Pemilu AS

FOTO: Akhir Tahun, Nilai Tukar Rupiah Ditutup Menguat
Karyawan menunjukkan uang rupiah dan dolar AS di Jakarta, Rabu (30/12/2020). Nilai tukar rupiah di pasar spot ditutup menguat 80 poin atau 0,57 persen ke level Rp 14.050 per dolar AS. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Dari luar negeri, Rangga menuturkan nilai tukar rupiah akan mengalami tekanan dari Pemilu AS. Salah satunya survei yang menunjukkan calon presiden AS dari Republik, Donald Trump mengungguli bakal calon dari Demokrat, Kamala Harris.

"Ini menimbulkan kekhawatiran Amerika akan agresif terhadap China. Kita tahu kita ekspor ke China itu hampir 25 persen. Jadi kalau ekonomi China makin terganggu, pasti ekspor kita ke sana juga terganggu,” ujar dia. 

Sedangkan dari dalam negeri penyebabnya adalah peralihan pemerintahan baru seperti pengumuman kabinet terkait ekonomi dan kebijakan ekonominya.

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya