Indonesia Bakal Gabung BRICS, Sugiono: Sudah Mulai Proses

Menteri Luar Negeri, Sugiono menyebutkan bahwa proses untuk bergabung dengan kelompok tersebut telah dimulai.

oleh Natasha Khairunisa Amani diperbarui 25 Okt 2024, 11:00 WIB
Diterbitkan 25 Okt 2024, 11:00 WIB
Menlu Sugiono menyampaikan berbagai program strategis nasional antara lain pembangunan rumah rakyat, perbaikan sanitasi sekolah-sekolah, program makan siang bergizi, serta transisi energi berbasis biofuel (Dok. Kemlu RI).
Menlu Sugiono menyampaikan berbagai program strategis nasional antara lain pembangunan rumah rakyat, perbaikan sanitasi sekolah-sekolah, program makan siang bergizi, serta transisi energi berbasis biofuel (Dok. Kemlu RI).

Liputan6.com, Jakarta Indonesia telah menyatakan keinginannya untuk bergabung dengan kelompok negara ekonomi BRICS yang terdiri dari negara-negara ekonomi berkembang utama, yang menyumbang 35% dari output ekonomi global. 

Hal itu diungkapkan oleh Menteri Luar Negeri, Sugiono. Ia menyebut, proses untuk bergabung dengan kelompok tersebut telah dimulai.

"Bergabungnya Indonesia dengan BRICS merupakan perwujudan dari kebijakan luar negerinya yang independen-aktif," kata Sugiono, dikutip dari Channel News Asia, Jumat (25/10/2024).

Sugiono pun memastikan, bergabungnya Indonesia ke kelompok BRICS buka berarti akan bergabung dengan blok negara tertentu secara politik, melainkan untuk memperluas kehadiran Indonesia dalam forum-forum ekonomi besar.

"Itu tidak berarti kita bergabung dengan blok tertentu, tetapi kita berpartisipasi aktif dalam setiap forum," jelas dia.

Seperti diketahui, Indonesia, negara dengan populasi terbesar keempat di dunia, memiliki kebijakan luar negeri yang tidak berpihak.

Presiden Prabowo Subianto juga telah berulang kali menekankan bahwa ia akan menjalin kemitraan dengan semua negara, baik itu Tiongkok maupun Amerika Serikat, dan Indonesia tidak akan bergabung dengan blok militer mana pun.

Sugiono menambahkan BRICS sesuai dengan program utama pemerintah Prabowo.

"Terutama yang berkaitan dengan ketahanan pangan dan energi, pengentasan kemiskinan, dan pengembangan sumber daya manusia," imbuhnya, seraya menambahkan bahwa Indonesia melihat kelompok tersebut sebagai "kendaraan" untuk memajukan kepentingan negara-negara di belahan bumi selatan.

Sebelumnya, Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan lebih dari 30 negara telah menyatakan keinginan untuk bergabung dengan BRICS, meskipun belum ada kejelasan langsung tentang bagaimana perluasan tersebut akan berjalan.

Anggota BRICS saat ini termasuk Brasil, Tiongkok, Mesir, Ethiopia, India, Iran, Rusia, Afrika Selatan, dan Uni Emirat Arab.

 

Indonesia Tak Mau Ketinggalan?

Presiden Rusia Vladimir Putin, Presiden China Xi Jinping, Menteri Luar Negeri Republik Indonesia Sugiono dan sejumlah pemimpin negara/utusan khusus berpose saat menghadiri KTT BRICS di Kazan, Rusia, Kamis, (24/10/2024).
Presiden Rusia Vladimir Putin, Presiden China Xi Jinping, Menteri Luar Negeri Republik Indonesia Sugiono dan sejumlah pemimpin negara/utusan khusus berpose saat menghadiri KTT BRICS di Kazan, Rusia, Kamis, (24/10/2024). (Alexander Nemenov, Pool Photo via AP)

Yohanes Sulaiman, seorang profesor hubungan internasional di Universitas Jenderal Achmad Yani, mempertanyakan manfaat Indonesia bergabung dengan BRICS karena manfaat tersebut dapat diperoleh dari hubungan bilateral, tetapi hal itu menunjukkan Indonesia tidak ingin ketinggalan.

"Lebih baik mengikuti daripada tertinggal," katanya, seraya menambahkan hal itu tidak berarti bahwa kebijakan luar negeri Prabowo lebih condong ke timur daripada ke barat.

Dalam upaya untuk menarik lebih banyak investasi dan kesepakatan perdagangan dari para anggotanya, Indonesia mengatakan awal tahun ini sebelum Prabowo menjabat bahwa negara itu bermaksud untuk menyelesaikan aksesi untuk menjadi anggota Organisasi untuk Kerja Sama Ekonomi dan Pembangunan (OECD) yang berpusat di Paris dalam waktu dua hingga tiga tahun.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya