Strategi Bangun Passive Income, Investasi atau Bisnis?

Perencana Keuangan Andy Nugroho menekankan pentingnya memahami kebutuhan finansial sebelum memilih instrumen yang tepat untuk menciptakan pendapatan pasif.

oleh Gagas Yoga Pratomo diperbarui 14 Feb 2025, 16:15 WIB
Diterbitkan 14 Feb 2025, 16:15 WIB
Strategi Bangun Passive Income, Investasi atau Bisnis?
Membangun passive income menjadi kebutuhan bagi banyak pekerja yang ingin mencapai kebebasan finansial. (Foto: Unsplash/Yuri Krupenin)... Selengkapnya

Liputan6.com, Jakarta - Membangun passive income menjadi kebutuhan bagi banyak pekerja yang ingin mencapai kebebasan finansial. Passive income atau pendapatan pasif adalah penghasilan tambahan yang didapat tanpa perlu bekerja secara langsung.

Perencana Keuangan Andy Nugroho menekankan pentingnya memahami kebutuhan finansial sebelum memilih instrumen yang tepat untuk menciptakan pendapatan pasif. Menurut Andy, ada dua pilihan utama dalam membangun passive income: melalui investasi atau membangun bisnis. 

"Kalau kita mau mendapatkan passive income, ada dua caranya. Pertama melalui produk investasi, kedua dengan membangun bisnis sendiri,” kata Andy kepada Liputan6.com.

Dalam kategori investasi, Andy merekomendasikan beberapa opsi seperti saham untuk mendapatkan dividen, obligasi dengan kupon tiga bulanan, serta deposito dan emas sebagai bentuk penyimpanan nilai. 

“Kalau saham, kita bisa rutin membeli menggunakan strategi dollar cost averaging, sehingga dalam jangka panjang kita tetap mendapat dividen meski sudah tidak bekerja,” ujarnya.

Selain itu, properti juga menjadi pilihan menarik bagi mereka yang ingin mendapatkan passive income melalui sewa rumah, kontrakan, atau kos-kosan. Bahkan tanah kosong bisa jadi passive income kalau disewakan untuk pertanian.

Manfaatkan Jiwa Wirausaha

Namun, bagi mereka yang memiliki jiwa wirausaha, membangun bisnis bisa menjadi opsi lain. Andy mencontohkan misalnya bisnis waralaba, di mana pemilik cukup berinvestasi dan bisnisnya dikelola oleh pihak ketiga. 

‘’Atau ikut sistem crowdfunding, di mana kita menaruh modal dan mendapatkan bagi hasil,” ungkapnya.

Andy menegaskan kunci utama dalam membangun passive income adalah memulai sedini mungkin dan memilih instrumen yang sesuai dengan kebutuhan serta kemampuan finansial.

 

 

Kesalahan Pekerja Tunda Membangun Passive Income

Ilustrasi mengatur keuangan (Foto by AI)
Ilustrasi mengatur keuangan (Foto by AI)... Selengkapnya

Salah satu kesalahan yang sering dilakukan pekerja adalah menunda memulai passive income. Andy menegaskan semakin awal seseorang mulai berinvestasi atau menjalankan bisnis, semakin besar peluang untuk mendapatkan keuntungan di masa depan. 

Misalnya, dengan menerapkan strategi dollar cost averaging, seseorang bisa membeli aset investasi secara rutin setiap bulan sehingga portofolio investasinya terus berkembang seiring waktu.

Selain itu, membangun koneksi dan jaringan profesional juga penting untuk menemukan peluang bisnis dan investasi yang menguntungkan. Dengan memiliki relasi yang luas, pekerja bisa lebih mudah mendapatkan informasi serta kesempatan untuk mengembangkan passive income.

 

Investasi atau Siapkan Dana Darurat, Lebih Penting Mana?

Ilustrasi Dana Darurat. Freepik
Ilustrasi Dana Darurat. Freepik... Selengkapnya

Sebelumnya, perencana keuangan Andy Nugroho menjelaskan bahwa menyiapkan dana darurat dan berinvestasi adalah dua hal yang tidak perlu dipisahkan. Menurut dia, persiapan dana darurat dapat dilakukan bersamaan dengan investasi.

“Kita bisa mempersiapkan dana darurat sambil juga berinvestasi, karena agar optimal pengembangannya, dana darurat sebaiknya diinvestasikan selain didiversifikasikan penempatannya,” ujar Andy kepada Liputan6.com, Jumat (20/12/2024).

Instrumen Investasi untuk Dana Darurat

Andy menambahkan bahwa simpanan dana darurat bisa diinvestasikan dalam beberapa instrumen yang mudah diakses dan dicairkan sewaktu-waktu.

Hal ini penting karena dana darurat dirancang untuk menghadapi situasi mendesak yang membutuhkan pengeluaran tak terduga di luar rencana.

Beberapa aset investasi yang direkomendasikan untuk dana darurat, di antaranya:

  • Deposito
  • Logam mulia
  • Reksadana berbasis pasar uang
  • Reksadana pendapatan tetap

"Dana darurat sebaiknya dialokasikan dalam bentuk tabungan atau investasi yang likuid karena sifatnya yang digunakan dalam kondisi segera. Penempatan dananya juga bisa dipecah ke beberapa instrumen untuk mengurangi risiko,” jelas Andy.

Berapa Idealnya Jumlah Dana Darurat?

Ilustrasi Dana Darurat. Freepik
Ilustrasi Dana Darurat. Freepik... Selengkapnya

Terkait jumlah yang harus disiapkan, Andy menyebut bahwa idealnya bagi seseorang yang masih single atau belum berkeluarga, dana darurat setara dengan penghasilan bulanan dikalikan tiga bulan. Sementara bagi yang sudah menikah, penghasilan bulanan tersebut dikalikan lima bulan.

Contoh:Jika seseorang memiliki penghasilan bulanan sebesar 5 juta rupiah, maka dana darurat yang ideal adalah:5 juta x 3 bulan = 15 juta rupiah

Jumlah tersebut ditentukan dengan asumsi bahwa jika terjadi risiko, seperti terkena PHK atau hal lain yang menyebabkan hilangnya penghasilan, individu tersebut memiliki waktu hingga tiga bulan untuk tetap melanjutkan hidup sambil mencari sumber penghasilan baru.

Dengan memadukan persiapan dana darurat dan investasi, setiap individu dapat menjaga stabilitas keuangan mereka sembari mengembangkan nilai aset secara optimal.

 

Infografis Efek Donald Trump Menang Pilpres AS ke Perekonomian Global
Infografis Efek Donald Trump Menang Pilpres AS ke Perekonomian Global. (Liputan6.com/Abdillah)... Selengkapnya
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

EnamPlus

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya