Liputan6.com, Jakarta Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) jelang sesi penutupan terus menunjukan pelemahan, usai dilakukan penghentian sementara perdagangan IHSG (trading halt) pada Selasa, 18 Maret 2025.
Mengutip data RTI, Selasa (18/3/2025) pukul 15.26 WIB, IHSG bergerak memerah -4,15 persen di posisi 6.203,229. Sejumlah analis pasar saham menilai, pergerakan loyo harga saham turut dipengaruhi oleh beberapa faktor luar negeri, mulai dari bayang-bayang sikap bank sentral Amerika Serikat, The Fed, hingga Presiden Rusia, Vladimir Putin.
Advertisement
Baca Juga
Dengan adanya trading halt, Kepala Ekonom Permata Bank Josua Pardede juga menyoroti sebagian besar sektor saham mengalami koreksi tajam.
Advertisement
Seperti saham sektor teknologi terkoreksi sekitar 10,7 persen, saham sektor basic material yang turun 7,3 persen, saham sektor energi juga turun sekitar 4 persen, dan saham sektor keuangan juga terkoreksi sekitar 2,7 persen.
"Koreksi IHSG terjadi di tengah pasar saham AS yang ditutup positif kemarin dan pasar saham Asia yang cenderung bergerak di zona hijau pada hari ini," ujar Josua melalui pesan tertulis kepada Liputan6.com, Selasa (18/3/2025).
Sentimen Perdagangan AS
Selain itu, ia mencermati data perdagangan AS yang dirilis beberapa waktu lalu. Antara lain, penjualan ritel AS pada Februari 2025 rebound dari -1,2 persen (mom) menjadi 0,2 persen (mom).
"Tetapi jauh di bawah perkiraan 0,6 persen (mom). Data tersebut mencerminkan pemulihan yang lebih lambat dalam permintaan konsumen. Sehingga meningkatkan ekspektasi sikap dovish dari The Fed selama pertemuan FOMC Maret 2024," tuturnya.
"Investor saat ini mengantisipasi keputusan Fed dalam pertemuan FOMC mendatang pada 18-19 Maret 2025. Pada akhir sesi perdagangan Senin (17/3/2025), Indeks Dolar AS turun 0,34 persen menjadi 103,37, dan yield UST 10 tahun turun 1 bps menjadi 4,30 persen ," terang dia.
Putin Ingin Perang Lebih Lama
Senada, Associates Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas, Maximilianus Nico Demus, menilai adanya beberapa sentimen dari luar negeri yang berimbas terhadap pergerakan IHSG.
Nico menyebut, salah satu alasannya akibat ketegangan geopolitik yang meningkat, lantaran Presiden Rusia Vladimir Putin ingin melancarkan perang lebih lama.
"Beberapa sentimen yang menjadi perhatian, tensi geopolitik yang meningkat karena Putin mau perang lebih lama," ungkap Nico.
Advertisement
Pembalasan Tarif Uni Eropa
Di sisi lain, ia juga mencermati adanya pembalasan tarif yang lebih besar dari Uni Eropa kepada Amerika Serikat. Kemudian, adanya kecemasan dari pasar terhadap potensi resesi di Amerika Serikat yang terus meningkat.
"Sentimen lainnya, pembalasan tarif yang lebih besar dari Uni Eropa, dan kekhawatiran akan resesi di Amerika yang terus mengalami kenaikkan," imbuh dia.
