10 Hewan Berjuluk Vampir yang Hidup di Dunia Nyata

Flora dan fauna menghadirkan keberagaman hematofagi, dari serangga hingga mamalia, menunjukkan adaptasi unik dalam mengatasi tantangan hidup. Berikut hewan-hewan yang dijuluki vampir.

oleh Haneeza Afra Nur Zhafirah diperbarui 29 Nov 2023, 23:53 WIB
Diterbitkan 29 Nov 2023, 23:37 WIB
Hewan Berjulukan Vampir
Bagai vampir di dunia nyata, hewan-hewan ini menghisap darah untuk bertahan hidup. (Foto: Plos Blogs)

Liputan6.com, Jakarta Pernahkah Anda terpikir bahwa vampir mungkin lebih dari sekadar karakter fiksi? Drakula dan vampir lainnya mungkin hanya menyiratkan cerita horor, tetapi di dunia nyata, ada vampir sejati yang dapat ditemukan di dalam kerajaan hewan.

Flora dan fauna di seluruh dunia menyajikan panorama yang kaya akan makhluk-makhluk yang mempraktikkan hematofagi. Keberagaman ini juga menjangkau berbagai konteks, dari serangga kecil hingga mamalia besar.

Beberapa organisme memakan darah sebagai cara bertahan hidup, sementara yang lain menambahkan cairan nutrisi ke dalam pola makan seimbang mereka. Apa yang membuat hematofagi menarik adalah bagaimana mereka telah mengadaptasi diri mereka untuk mengatasi tantangan unik dari gaya hidup ini.

Seiring dengan hematofagi yang bersifat survival, ada pula yang disebut sebagai “vampir" karena penampilan atau perilaku menakutkan mereka. Dari serangga yang menyerupai laba-laba vampir hingga mamalia pemangsa, berikut ulasan menarik tentang hewan-hewan yang dijuluki vampir di dunia nyata.


1. Kelelawar Vampir

Mengerikan, Kelelawar Vampir Mulai Berani Menghisap Darah Manusia
Laporan terbaru menunjukkan kelelawar yang biasa menghisap darah hewan ternak mulai berani makan darah manusia.

Kelelawar vampir, sering digambarkan sebagai makhluk haus darah dalam film horor, juga menjadi sumber inspirasi dalam industri perjudian online, seperti permainan slot ‘Bloodsuckers’. Meskipun demikian, hanya tiga dari lebih dari 1.000 spesies kelelawar yang secara eksklusif memakan darah.

Menariknya, kelelawar vampir tidak menyerang manusia, melainkan lebih memilih hewan ternak seperti kambing dan sapi. Keberadaan mereka yang paling umum terdapat di Amerika Selatan dan Tengah, dengan panjang maksimum sekitar 3,54 inci (8,99 cm).

Praktik menghisap darah, atau hematofagi, adalah perilaku umum di dunia hewan, di mana cairan tubuh berwarna merah ini memberikan sumber protein dan nutrisi yang mudah diakses, menjadikannya daya tarik bagi makhluk vampir yang menancapkan gigi tajamnya pada sumber darah yang menarik bagi mereka.

Kesalahpahaman umum tentang kelelawar vampir seringkali terkait dengan imajinasi film horor. Sementara kelelawar ini telah menjadi ikon dalam kisah vampir, kenyataannya hanya sejumlah kecil spesies kelelawar yang benar-benar memakan darah.


2. Kutu

Kutu
Foto: Wikipedia

Kutu, parasit eksternal yang hidup dengan menghisap darah dari hewan berdarah dingin dan berdarah panas, seringkali ditemukan di daerah berumput dan berhutan, tempat di mana inangnya biasanya tinggal dan berkeliaran.

Meskipun gigitan kutu sendiri tidak dianggap berbahaya bagi manusia, namun, risikonya meningkat ketika kutu membawa serta mikroorganisme berbahaya. Beberapa penyakit serius dapat ditularkan melalui gigitan kutu, seperti penyakit Lyme yang disebabkan oleh bakteri Borrelia dan demam Rocky Mountain yang disebabkan oleh bakteri Rickettsia.

Kutu dewasa memiliki ukuran yang bervariasi, dengan panjang maksimum mencapai 0,2 inci (0,51 cm). Meskipun tampak kecil dan tampaknya tidak signifikan, kemampuan mereka untuk menyebarkan penyakit dapat memiliki dampak besar.

Kutu memiliki mekanisme gigitan yang unik yang memungkinkan mereka memasuki kulit inang dan menghisap darah dengan efisien. Selain itu, kutu seringkali sulit terdeteksi karena ukurannya yang kecil dan kemampuannya untuk menyembunyikan diri di rambut atau bulu inang.

Penting untuk diingat bahwa kutu bukan hanya masalah bagi hewan, tetapi juga dapat memengaruhi kesehatan manusia. Langkah-langkah pencegahan, seperti menggunakan repelan dan memeriksa tubuh setelah berada di daerah yang mungkin terinfestasi kutu, menjadi penting untuk mengurangi risiko penularan penyakit.


3. Pala Cooper

Pala Cooper
Foto: reeflex.net

Pala Cooper, sejenis siput laut yang mendiami substrat berpasir lepas di pantai Samudera Pasifik, menyimpan kisah unik sebagai salah satu predator laut terbesar di dunia. Dengan panjang yang dapat mencapai 4,4 inci (11,18 cm), siput ini menjadi vampir laut yang sangat terspesialisasi dengan target mangsa yang spesifik, yaitu Pacific Electric Ray.

Hewan ini menonjol sebagai predator yang mengandalkan taktik terspesialisasi dalam mencari makan. Siput ini menggunakan belalainya yang memanjang untuk menyerang mangsa dengan cepat dan kemudian memulai aksi menghisap darah.

Spesialisasi ini memberikan pemahaman mendalam tentang peran Pala Cooper dalam ekosistem laut, dan bagaimana ketergantungan pada spesies tertentu dapat membentuk dinamika rantai makanan di habitat pasir lepas.


4. Kutu Busuk

Ilustrasi kutu busuk
Ilustrasi kutu busuk. (Pexels/Pixabay)

Kutu busuk, serangga penghisap darah manusia, tersebar luas di seluruh dunia, ditemukan di berbagai wilayah dengan populasi manusia. Meskipun ukurannya kecil, sekitar 0,27 inci (0,69 cm), kutu busuk memiliki kemampuan untuk menyelinap ke dalam celah-celah kecil dan area gelap seperti tempat tidur, kasur, dan pegas kotak.

Serangga ini sering disebut sebagai parasit sempurna karena kebiasaannya memakan darah inangnya di malam hari saat mereka tertidur, tanpa menimbulkan rasa sakit pada saat gigitan terjadi. Ketika kita tidur, kutu busuk aktif mencari sumber makanan mereka yang utama: darah manusia.

Meskipun gigitannya tidak terasa, dampaknya bisa signifikan. Gigitan kutu busuk dapat menyebabkan ruam kulit yang gatal, gejala alergi, dan bahkan efek psikologis karena ketidaknyamanan yang ditimbulkan.

Karena aktivitas malam hari mereka yang tersembunyi, seringkali sulit untuk menyadari keberadaan kutu busuk di sekitar kita, sehingga pemantauan dan pencegahan menjadi kunci dalam mengatasi masalah ini.


5. Kepik Predator

Kepik Predator
Foto: Just Pure Gardening

Kepik Predator, atau yang lebih dikenal sebagai Bug Assassin, adalah serangga predator yang umumnya ditemukan di lahan terbuka dan semak belukar di Amerika Utara. Serangga ini memiliki peran penting dalam pertanian, sering dimanfaatkan oleh petani sebagai agen pengendali hama.

Bug Assassin menjadi sekutu berharga karena kemampuannya dalam mengendalikan populasi hama berbahaya seperti kutu daun, wereng, kumbang, dan ulat yang dapat merugikan tanaman. Dengan kehadiran Bug Assassin, petani dapat mengurangi penggunaan pestisida dan menjaga keseimbangan ekosistem pertanian.

Karakteristik khas dari Bug Assassin adalah kecakapan mereka sebagai pemburu yang sabar. Serangga ini sering mengintai mangsanya dengan hati-hati sebelum melancarkan serangan. Bersenjatakan paruh tajam dan presisi, mereka menyerang mangsa mereka dengan cepat dan efektif.

Bug Assassin dewasa dapat mencapai panjang sekitar 1 inci (2,54 cm), memberikan gambaran tentang ukuran dan kekuatan relatif mereka dalam ekosistem. Kehadiran Bug Assassin adalah contoh positif dari hubungan simbiosis dalam lingkungan pertanian, di mana serangga ini memberikan manfaat ekosistem secara alami tanpa mengancam manusia.


6. Nyamuk

Ilustrasi nyamuk demam berdarah (DBD)
Ilustrasi nyamuk demam berdarah (DBD). (FotoshopTofs/Pixabay)

Nyamuk, penghisap darah manusia yang paling umum dan mematikan di planet ini, mendiami berbagai habitat, terutama hutan dan rawa di daerah hangat dan beriklim sedang di seluruh dunia. Meskipun nyamuk dewasa berukuran relatif kecil dengan panjang sekitar 0,4 inci (1,02 cm), dampak mereka terhadap kesehatan manusia dapat sangat besar.

Di antara berbagai jenis nyamuk, hanya betina dari jenis Anopheles yang menjadi vampir darah manusia untuk mendukung produksi telur. Kebiasaan ini menjadikan nyamuk Anopheles sebagai vektor penyakit yang signifikan, menyebabkan penularan penyakit serius seperti malaria dan demam berdarah pada manusia.

Meskipun nyamuk dewasa biasanya memakan nektar dan sari bunga, betina Anopheles perlu mengonsumsi darah manusia untuk menghasilkan telur. Sifat vampir ini, meskipun memberikan kerugian kesehatan manusia, juga mempertahankan keseimbangan ekosistem di mana nyamuk berperan sebagai sumber makanan bagi berbagai hewan.

Dampak kesehatan nyamuk, khususnya Anopheles, menunjukkan kompleksitas tantangan kesehatan global. Penyakit yang ditularkan oleh nyamuk dapat menyebar dengan cepat dan menciptakan masalah kesehatan masyarakat yang serius.


7. Lamprey Laut

Sea lamprey yang disebut sebagai ikan vampir, (Vermont Fish & Wildlife)
Sea lamprey yang disebut sebagai ikan vampir, (Vermont Fish/Wildlife)

Lamprey laut, makhluk yang mendiami kedalaman Samudera Atlantik, merupakan spesies ikan parasit yang telah mengalami sedikit perubahan selama bertahun-tahun. Dengan kemampuan bertahan hidup yang luar biasa, mereka dapat tumbuh hingga panjang mencapai 47,24 inci (119,99 cm) dan memiliki berat mencapai 2,5 kg.

Meskipun ukurannya yang mengesankan, Sea Lamprey tidak menyebabkan ancaman langsung pada manusia, namun, mereka menjadi predator yang menakutkan bagi ikan lain. Lamprey laut biasanya menghisap darah dan cairan tubuh lainnya dari inangnya, yang sering kali merupakan ikan lain yang lebih besar.

Proses ini dimulai dengan menempel pada tubuh inang menggunakan mulutnya dan menggunakan gigi tajam untuk merobek daging dan mendapatkan akses ke darah. Metode pengambilan makanan ini menunjukkan adaptasi yang unik dalam evolusi lamprey laut sebagai predator laut, memungkinkan mereka untuk memperoleh nutrisi yang diperlukan untuk kelangsungan hidup mereka.


8. Lintah Raksasa Amazon

Lintah Raksasa
Foto: Wikipedia

Lintah raksasa Amazon, makhluk yang mendiami rawa-rawa lahan basah di pesisir Amerika Selatan, menarik perhatian sebagai salah satu spesies lintah terbesar di dunia. Dengan kemampuan tumbuh hingga panjang mencapai 18 inci (45,72 cm) dan lebar 4 inci (10,16 cm), lintah ini menjadi predator yang mengesankan di ekosistemnya.

Lintah raksasa Amazon memainkan peran penting dalam rantai makanan, menghisap dan memperoleh darah sebagai sumber makanan, serta menjadi mangsa bagi beberapa predator di lingkungan mereka.

Hewan ini biasanya menjadi parasit pada ikan, katak, dan kadal, menyediakan pengalaman hidup yang unik dalam ekosistem air tawar. Namun, ketika lintah dewasa tumbuh, mereka menjadi predator yang lebih besar dan menantang.

Lintah raksasa Amazon terkenal karena serangan pada hewan-hewan yang ukurannya jauh lebih besar, seperti caiman, anaconda, dan bahkan sapi. Kemampuannya untuk menyerang dan menghisap darah dari hewan-hewan ini menunjukkan adaptasi yang mengagumkan dalam evolusi lintah raksasa Amazon sebagai predator yang dominan di lingkungan rawa-rawa basah.


9. Cumi Vampir

Cumi Vampir
Foto: Smithsonian Institution

Cumi-cumi vampir, makhluk laut berukuran kecil yang termasuk dalam kelompok hewan cephalopoda, menarik perhatian dengan kehadirannya di kedalaman lautan tropis dan beriklim sedang. Meskipun ukurannya relatif kecil, mencapai panjang maksimum 11,81 inci (30 cm), cumi-cumi vampir memiliki karakteristik yang unik.

Mereka bukan pemangsa hewan hidup, melainkan pemakan sisa-sisa plankton mati atau pelet tinja yang terdapat di dekat dasar laut. Strategi makan ini memberikan kontribusi penting dalam ekosistem laut dengan membantu membersihkan sisa-sisa organik yang ada di perairan dalam.

Nama "vampir" yang melekat pada mereka berasal dari bintik matanya yang bersinar dan tubuh berwarna merah tua, menciptakan tampilan yang menyeramkan dan unik di antara spesies lainnya.

 


10. Burung Pelatuk

Burung Pelatuk
Burung Pelatuk. (Pixabay)

Burung Pelatuk, ditemukan di padang rumput terbuka di Afrika Sub-Sahara, adalah burung yang menarik perhatian dengan perilaku uniknya. Meskipun berukuran kecil, panjangnya bisa mencapai 3,54 inci (9 cm), dan beratnya mencapai 70 gram.

Ciri menonjol dari burung ini adalah kebiasaannya bertengger di atas mamalia seperti kerbau dan ternak lainnya. Perilaku ini sebenarnya merupakan strategi untuk memperoleh makanan, di mana burung pelatuk mencari kutu, belatung, dan lalat yang berada di kulit hewan inangnya.

Meskipun mungkin terlihat seperti hubungan simbiosis yang saling menguntungkan, kenyataannya lebih kompleks. Tujuan utama burung pelatuk dalam berinteraksi dengan mamalia inangnya adalah untuk mencari makanan.

Meskipun membersihkan kulit inang dari parasit, burung pelatuk seringkali menggunakan metode yang tidak biasa. Mereka dapat membuka kembali luka penyembuhan atau bahkan menciptakan luka baru pada kulit mamalia inang untuk mendapatkan akses ke darahnya.


Hewan apa saja penghisap darah?

Beberapa hewan yang mencari makan dengan menghisap darah adalah nyamuk, lintah, dan kutu.

 


Apakah bahaya jika digigit pacet?

Pacet atau lintah mungkin tidak membahayakan, tetapi jika hewan tersebut berhasil menggigit dan terus menghisap darah kita, seiring waktu kaki akan mulai terasa gatal. Banyak orang mencari cara untuk mengusir lintah, bukan hanya karena mereka mengganggu, tetapi juga karena penampilan mereka yang dianggap menjijikkan.


Kelelawar vampir ada dimana?

Terdapat tiga jenis kelelawar yang memakan darah, yakni kelelawar vampir umum (Desmodus rotundus), kelelawar vampir kaki berbulu (Diphylla ecaudata), dan kelelawar vampir sayap putih (Diaemus youngi). Semua tiga jenis kelelawar ini berasal dari benua Amerika, tersebar di wilayah-wilayah seperti Meksiko, Brasil, Chili, dan Argentina.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya