Liputan6.com, Beirut Pemberontakan kaum militan di Suriah bukan hanya menyebar ke Irak yang terletak di timur negara itu. Kini juga melebar ke negara tetangga Suriah di barat, yaitu Lebanon.
Sejumlah pria bersenjata menewaskan sepuluh prajurit Lebanon dalam pertikaian yang meletus di dekat perbatasan dengan Suriah setelah angkatan bersenjata menahan seorang yang dicurigai sebagai militan dari negara tetangga yang sedang tercabik-cabik peperangan, demikian dikatakan pihak militer pada Minggu lalu.
Baca Juga
Seperti yang dikutip Liputan6.com dari Al Akhbar, Senin (4/8/2014), tembak-menembak itu merupakan salah satu yang terburuk yang melanda kawasan perbatasan di Ersal sejak dimulainya perang di Suriah di tahun 2011 di mana para pria bersenjata menyerang tentara dan polisi Lebanon.
Advertisement
Kekerasan terjadi pada Sabtu sore, setelah penahanan seorang pria Suriah, Imad Ahmed Jumaa, yang oleh pihak angkatan bersenjata dikatakan telah mengaku sebagai anggota Front al Nusra yang terkait dengan al Qaeda.
Pada Minggu pagi, pertempuran terus berlangsung, dan pihak angkatan bersenjata mengatakan telah gugur 8 orang pasukan. Laporan susulan menyebutkan dua orang lagi anggota pasukan mereka telah terbunuh dalam peristiwa itu.
"Kesatuan-kesatuan angkatan bersenjata melanjutkan operasi militer di kawasan Ersal dan sekitarnya semalaman hingga pagi hari untuk mengejar dan menghadapi kelompok-kelompok bersenjata," kata pihak militer.
"Dalam pertempuran itu, pihak angkatan bersenjata kehilangan delapan orang martir dan sejumlah lainnya telah terluka," demikian bunyi pernyataan mereka.
Sejumlah anggota militan dan rakyat sipil telah tewas, mungkin hingga puluhan orang, dan sumber-sumber keamanan mengatakan setidaknya ada 16 anggota pasukan keamanan Lebanon yang telah ditawan.
Serangan Terencana
Menurut kepala angkatan bersenjata, serangan militan itu memang direncanakan sebelumnya.
"Serangan teroris ini, yang terjadi kemarin, bukanlah serangan dadakan atau kebetulan. Serangan itu sudah direncanakan sebelumnya, bahkan lama sebelumnya, untuk menunggu waktu yang tepat, yaitu 48 jam terakhir lalu," kata Jenderal Jean Kahwaji dalam siaran berita melalui televisi di Beirut.
Sepanjang malam itu, kata angkatan bersenjata, pasukan mereka bertempur dengan para pria bersenjata yang menembakkan peluru-peluru mortir ke arah Ersal dan sekitarnya.
Penduduk mengatakan bahwa puluhan ribu pengungsi Suriah yang berlindung di pegunungan di sekitar Ersal telah meninggalkan kamp mereka dan tidur di jalan-jalan kota untuk menghindari pengeboman.
Api telah menjalar di beberapa kamp. Gambar-gambar televisi memperlihatkan kepulan besar asap hitam membumbung dari pegunungan di sekitar kota itu.
"Mereka menembaki dari segala jurusan," ujar Qassem Al-Zein, seorang dokter di rumah sakit lapangan di Ersal dan menambahkan bahwa rumah sakit itu sudah mencatat ada 17 warga sipil yang terbunuh hingga saat ini.
Pertempuran bermula ketika para pria bersenjata yang murka dengan penangkapan Jumaa mengepung pos pemeriksaan angkatan bersenjata Lebanon sebelum mulai menembaki tentara-tentara itu dan menyerbu pos polisi di kota Ersal, demikian kutipan dari sumber-sumber keamanan.
Dua warga sipil dilaporkan telah terbunuh dalam serbuan ke pos polisi, dan para pria bersenjata itu dikatakan telah menawan sejumlah polisi, walaupun belum ada pembenaran akan kabar ini.
Serangan Darat dan Udara
Angkatan bersenjata Suriah juga secara teratur melakukan serangan udara dan menembaki kawasan di sekitar Ersal dan mengatakan bahwa mereka menyasar para pemberontak yang bersembunyi di kawasn pegunungan yang mengelilingi kota perbatasan itu.
Dalam pernyataan pertamanya tentang krisis itu, Hisbullah mengatakan pada Minggu lalu bahwa mereka "bahu membahu" dengan pihak militer selagi menghadapi ancaman terhadap "kesatuan, kedaulatan dan ketenangan" Lebanon.
Ketegangan memuncak di sana pada awal tahun ini dengan membludaknya pengungsi dan pejuang setelah kekuatan Suriah yang didukung oleh gerakan Hisbullah Lebanon merampas kembali sebagian besar kawasan Qalamoun, tepat di seberang perbatasan.
Biarpun sebagian besar Qalamoun telah direbut kembali oleh regim Suriah, sejumlah kantong perlawanan, termasuk militan al-Nusra dan kelompok Daulah Islamiah (Islamic State/IS, dulunya bernama ISIS), menetap di kawasan itu.
Para pejuang jihad terlibat dalam pertikaian yang sengit melawan regim Suriah di kawasan Qalamoun sejak Jumat malam lalu. Setidaknya ada 50 orang anggota militan telah terbunuh, demikian menurut Pengamat Hak Azasi Manusia (HAM) Suriah (Syrian Observatory for Human Rights) yang berpusat di London.
Menurut mereka, lebih dari 170.000 orang telah tewas sejak dimulainya konflik Suriah di bulan Maret 2011 dan kekerasan itu acapkali meluber ke Lebanon, yang menampung lebih dari sejuta pengungsi Suriah. (Mut)