7 Kali Protes Ambalat ke Malaysia, RI Belum Pernah Terima Jawaban

Radar yang berada di Tarakan, Kalimantan Utara, menangkap pergerakan pesawat tempur asing melintas di sekitar Blok Ambalat.

oleh Andreas Gerry Tuwo diperbarui 25 Jun 2015, 15:39 WIB
Diterbitkan 25 Jun 2015, 15:39 WIB
Inilah 6 Pesawat Asing yang Melanggar Wilayah Indonesia
Selasa (20/3/12), pesawat patroli TNI-AL mengusir satu pesawat Tentara Diraja Malaysia yang melanggar wilayah Indonesia dengan terbang di atas Karang Unarang, Perairan Ambalat, Kalimantan Timur. (Istimewa)

Liputan6.com, Jakarta - Radar yang berada di Tarakan, Kalimantan Utara, menangkap pergerakan pesawat tempur asing melintas di sekitar Blok Ambalat, di langit yang menjadi wilayah kedaulatan Republik Indonesia. Diduga, itu adalah jet militer milik negeri jiran, Malaysia.

Direktur Politik Keamanan dan Kewilayahan Kementerian Luar, Octavino Alimudin, mengatakan, insiden tersebut tak hanya sekali terjadi pada tahun ini, tapi beberapa kali.

"Ada 7 insiden. Beberapa butuh data," kata Octavino dalam press briefing mingguan Kementerian Luar Negeri, Kamis (25/6/2015).

Octavino menambahkan, atas 7 pelanggaran tersebut, pemerintah sudah memberi nota kepada Malaysia. Memprotes pelanggaran yang diduga dilakukan negeri jiran.

"Telah ada 7 perundingan perbatasan wilayah sejak Januari. Sejak Januari belum ada nota protes yang direspons," tutur dia.

Octavino menjelaskan, bukan perkara gampang mengajukan nota protes. Sebab, diperlukan detail kelengkapan data.

"Yang diperlukan tanggal, jenis kapal, nomor registrasi kapal, seberapa jauh mereka melanggar di mana melintas darat, laut dan udara," papar dia.

Sementara itu, untuk masalah perundingan batas, pemerintah juga tengah mengintensifkannya. Tidak hanya dengan Malaysia tetapi bersama beberapa negara Asia Tenggara lain.

"Kami akan melakukan perundingan perbatasan dengan Malaysia, Vietnam, Filipina, Palau, dan Timor Leste," jelas dia.

Bagaimana perkembangannya? "Kami melihat dari serangkaian perundingan tersebut ada kemajuan," pungkas dia.

Sebelumnya, Panglima TNI, Jenderal Moeldoko, menyatakan, Indonesia tetap berpikiran dingin dalam menyikapi aksi negara tetangga yang masuk wilayah RI tanpa izin. Langkah itu efektif dilakukan melalui komunikasi politik kedua negara.

"Itu semua kita kelola tanpa pendekatan kekerasan, kita kelola dengan konteks politik yang lebih santun yaitu protes diplomatik," ujar Moeldoko di Mabes TNI, Cilangkap, Jakarta, Selasa 16 Juni 2015.

Selama Januari hingga Mei 2015, tim Operasi Gabungan TNI Angkatan Laut (AL) dan Angkatan Udara (AU) Perisai Sakti 2015 melaporkan 9 kejadian pesawat asing masuk ke wilayah udara Indonesia. (Ein)

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya