Liputan6.com, Ankara - Jumlah korban tewas akibat 2 ledakan diduga bom di dekat stasiun kereta api di ibukota Turki, Ankara, saat menjelang unjuk rasa kelompok Kurdi pada Sabtu pagi waktu setempat, terus bertambah. Kini korban tewas menjadi 86. Sedangkan korban cedera tercatat 186 orang akibat serangan paling mematikan dalam sejarah modern di Turki.
Seperti diwartakan CNN, Sabtu (10/10/2015), ledakan begitu kuat sehingga mengguncang gedung perkantoran bertingkat tinggi di dekat lokasi tersebut. Korban tewas diperkirakan akan bertambah terus.
Pejabat Kementerian Dalam Negeri Turki menyatakan, para korban terutama terdiri dari demonstran yang berkumpul di luar stasiun kereta api untuk menghadiri unjuk rasa yang menuntut diakhirinya konflik baru antara separatis Kurdi, Partai Pekerja Kurdi (PKK), dengan tentara pemerintah.
Saat itu, imbuh pejabat kementerian, sekitar 14.000 orang berada di lokasi peledakan. Dua pengebom bunuh diri diyakini telah menyebabkan ledakan. Hal ini dikemukakan Perdana Menteri Turki Ahmet Davutoglu dalam tayangan televisi nasional.
Serangan itu terjadi menjelang pemilu parlemen Turki yang dijadwalkan pada 1 November mendatang. Kedua ledakan itu terjadi sesudah pukul 10.00, ketika kerumunan sudah mulai terbentuk menjelang demonstrasi.
Baca Juga
Sebuah video amatir memperlihatkan sekelompok pemuda berpegangan tangan dan bernyanyi sebelum terjadinya ledakan.
Usai serangan 'bom kembar' di Ankara tersebut belum ada kelompok yang mengaku bertanggung jawab.
Sementara, anggota parlemen partai oposisi Musa Cam melalui akun Twitter-nya menyebarkan gambar bola besi, yang ia akui ditemukan di lokasi ledakan.
Bulent Tekdemir, yang berada dekat pawai protes mengatakan kepada BBC bahwa polisi menggunakan gas air mata, "segera sesudah bom meledak" dan "tak mengizinkan ambulans lewat". (Ans/Ron)
Advertisement