Masjid Ferhadija 'Bangkit' dari Puing dan Luka Perang Bosnia

Masjid Ferhadija, warisan dari Abad ke-16 yang rata dengan tanah dalam perang Bosnia, kini kembali berdiri.

oleh Elin Yunita Kristanti diperbarui 08 Mei 2016, 11:56 WIB
Diterbitkan 08 Mei 2016, 11:56 WIB
Masjid Ferhadija di Banja Luka, Bosnia kembali dibuka
Masjid Ferhadija di Banja Luka, Bosnia kembali dibuka (Reuters)

Liputan6.com, Banja Luka - Masjid Ferhadija, warisan dari Abad ke-16, rata dengan tanah pada 7 Mei 1993. Rumah beribadah itu diledakkan, dilindas buldozer, sebagai bagian dari peristiwa pembersihan etnis (genosida) di Banja Luka, kota terbesar kedua di Bosnia.

Puing-puingnya pun disingkirkan jauh-jauh oleh pihak Serbia. Ada yang dibuang ke tempat pembuangan sampah atau pinggir sungai, tembok berornamen dihancurkan untuk membangun TPA (tempat pembuangan akhir). 

Sementara, tempat di mana Masjid Ferhadija pernah berdiri menjelma jadi lapangan parkir.


Kini, Masjid Ferhadija kembali 'dibangkitkan', termasuk dengan menyatukan kembali puing-puingnya yang berserak.

"Puing tersebut ditemukan di mana-mana, kebanyakan di lokasi pembuangan sampah di Banja Luka," kata Muhamed Hamidovic, pemimpin restorasi Ferhadija kepada Guardian, yang dikutip Liputan6.com pada Minggu (8/5/2016).

"Ada juga yang ditemukan di bengkel tukang batu. Namun, kami tak bisa menggunakan semua puing yang ditemukan, beberapa rusak sama sekali oleh material patogen."

Namun, ada bagian masjid yang ditemukan dalam kondisi utuh. "Ditemukan di dasar danau oleh kelompok selam Banja Luka," tambah Hamidovic.

Sekitar 3.500 fragmen, atau 65 persen penyusun bangunan berasal dari puing masjid yang hancur 23 tahun lalu -- setelah melalui proses penelitian dan pencocokan untuk memastikan bahwa material itu benar milik  Ferhadija.

Masjid Ferhadija rata dengan   tanah pada 7 Mei 1993 (Wikipedia)


Masjid tersebut memungkinkan untuk direstorasi berkat sketsa masjid yang dibuat sejumlah mahasiswa di Republik Sosialis Yugoslavia yang kini tinggal nama.

Sketsa-sketsa tersebut juga membantu pembangunan kembali masjid berarsitektur Ottoman pascagempa pada 1968.

Ribuan orang menghadiri pembukaan kembali Masjid Ferhadija Bosnia (Reuters)


Sementara, biaya pembangunan masjid itu mendapat bantuan dari pihak Turki. Nama lain Ferhadija adalah Masjid Ferhat Pasha -- gubernur Ottoman yang membangun bangunan aslinya pada masa lalu.


Pesan Damai

Pada Sabtu 7 Mei 2016, ribuan orang berkumpul di Banja Luka, menghadiri pembukaan kembali Masjid Ferhadija, di tengah pengamanan ketat 1.000 aparat.

Pada hari itu, jalanan ditutup, konsumsi alkohol dilarang di seluruh kota.

Perdana Menteri Turki yang baru menyatakan mengundurkan diri, Ahmet Davutoglu datang dalam peresmian tersebut.

Pembukaan kembali Masjid Ferhadija dihadiri Perdana Menteri Turki Ahmet Davutoglu (Reuters)


Dalam pidatonya di depan kerumunan 10 ribu orang, Ahmet Davutoglu mengatakan, bangunan baru tersebut membawa pesan damai.

"Bosnia-Herzegovina, yang terdiri dari umat Muslim, Katolik, Ortodok, dan Yahudi adalah satu kesatuan, satu jiwa. Upaya untuk memisahkannya adalah aksi memecah belah jiwa tersebut," kata dia, seperti dikutip dari BBC.

Sementara, Grand Mufti atau Imam Besar Bosnia, Hussein Kavazovic mengatakan, pembukaan kembali Masjid Ferhadija adalah "hari yang paling menggembirakan."

Sementara, pemuka agama Katolik dan Kristen Ortodok hadir dalam upacara tersebut. Sementara, pimpinan komunitas Yahudi mengatakan, kerja sama untuk membangkitkan kembali Ferhadija adalah teladan bagi masyarakat.

Pembukaan kembali tersebut juga disambut gembira PBB dan Uni Eropa.

Ribuan orang menghadiri pembukaan kembali Masjid Ferhadija Bosnia (Reuters)


Ferhadija di Banja Luka juga sebuah simbol kebangkitan dari luka masa lalu -- yang belum benar-benar pulih.

Setidaknya 100 ribu orang tewas dalam perang Bosnia. Konflik dan penderitaan berlangsung selama 4 tahun, hingga akhirnya kesepakatan damai yang ditengahi AS mengakhirinya pada 1995.

Banja Luka adalah ibukota Republika Srpsk -- salah satu dari dua entitas yang membentuk Bosnia-Herzegovina.

Diperkirakan saat ini hanya sekitar 10 persen dari populasi Muslim dan Kroasia pra-perang masih ada di kota tersebut.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya