Menlu: Selalu Ada Tantangan Mengelola Hubungan RI-Australia

Menlu Retno Marsudi buka suara terkait hubungan RI dan Australia dalam acara The 3rd Indonesia Australia Dialogue di Yogyakarta.

oleh Switzy Sabandar diperbarui 30 Agu 2016, 18:05 WIB
Diterbitkan 30 Agu 2016, 18:05 WIB
20160304-Menlu-Retno-Marsudi-FF
Menteri Luar Negri Retno L.P Marsudi (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Yogyakarta - The 3rd Indonesia Australia Dialogue digelar di Yogyakarta pada 28-30 Agustus 2016. Pertemuan yang dihadiri berbagai stakeholder dari dunia pendidikan, ekonomi, sosial, budaya, dan sebagainya itu akan menghasilkan rekomendasi untuk memperkuat hubungan bilateral kedua negara.

"Hasilnya seperti apa masih menunggu rekomendasi diskusi yang dilakukan," ujar Menteri Luar Negeri, Retno Marsudi, usai menjadi keynote speaker dalam The 3rd Indonesia Australia Dialogue di Hotel Tentrem Yogyakarta, Selasa (30/8/2016).

Ia mengungkapkan, The 2nd Indonesia Australia Dialogue telah menghasilkan rekomendasi yang diberikan kepada pemerintah. Salah satunya, rekomendasi untuk meningkatkan jumlah pertukaran pelajar.

Selama ini lebih banyak pelajar dari Indonesia yang pergi ke Australia. Namun, hal itu tidak berlaku untuk sebaliknya. Kemudian, pemerintah Australia melalui Colombo Plan mengadakan program beasiswa kepada pelajarnya untuk bersekolah di Asia.

"Data yang kami miliki Indonesia merupakan tempat yang paling favorit bagi anak-anak Australia belajar," ucapnya.

Selain itu, ada pula rekomendasi kerja sama ekonomi secara menyeluruh.

Menurut Menlu Retno, kegiatan kali ini adalah pertemuan second track. Karena itu, diharapkan dapat terjalin komunikasi yang lebih transparan untuk meningkatkan hubungan dengan Australia dan mencermati situasi geopolitik.

Retno juga menjelaskan, di tatanan pemerintahan hubungan dengan Australia cukup baik. Hanya saja, ia tidak menampik selalu ada tantangan dalam mengelola hubungan yang sudah baik.

"Semakin kuat hubungan, tantangan semakin besar," tuturnya.

Ia menambahkan, individu di kedua negara harus saling melihat negara lain secara utuh dan tidak bisa parsial. Tugas saat ini, kata Retno, membuat penduduk dua negara saling memahami antar negara dalam potret yang lengkap.

Hal itu tidak bisa selesai dalam sehari atau setahun. Sebab, menurut Menlu Retno, harus melewati proses yang harus dilakukan secara terus-menerus.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya