Liputan6.com, New York - Niat Maribel Martinez (38) datang ke bandara John F Kennedy di New York, Amerika Serikat (AS) pada 17 Agustus lalu adalah menjemput buah hatinya, Andy Martinez Mercado (5). Namun kenyataan yang didapatnya sama sekali berbeda.
Seperti dikutip dari The Guardian, Sabtu (3/9/2016) Andy yang berangkat dengan menumpang maskapai JetBlue dari Republik Dominika seharusnya tiba di New York pada 17 Agustus pagi.
Baca Juga
Tapi yang terjadi saat itu adalah pihak maskapai JetBlue membawa seorang bocah asing yang memegang paspor putranya ke hadapan Maribel.
Advertisement
"Aku panik. Bahkan tidak tahu apakah dia masih hidup. Aku tidak bisa berhenti menangis," ujar Maribel kepada New York Daily News.
"Aku pikir dia diculik dan aku tidak akan bisa melihatnya lagi," imbuh Maribel.
Ternyata, Andy dan bocah tersebut ditempatkan di pesawat yang salah. Putra Maribel itu naik kapal terbang dengan jurusan Boston.
Beruntung, pihak maskapai dapat melacak keberadaan Andy di Boston dan menyambungkannya via telepon dengan sang ibu.
"Ibu, mereka menempatkanku di pesawat yang lain," ujar Andy kala itu.
Segera setelah menyadari kesalahan fatal tersebut, pihak maskapai JetBlue mengambil langkah cepat. Mereka memulangkan dua anak itu kepada keluarga yang sebenarnya pada hari itu juga.
"Dua anak tanpa pendamping pada usia yang sama bepergian secara terpisah dari Santiago, Republik Dominika, satu ke New York dan satunya lagi ke Boston - masing naik pesawat ke tujuan yang salah," kata juru bicara JetBlue.
"Setelah mempelajari kesalahan, tim kami di Boston dan JFK segera mengambil langkah-langkah untuk membantu kedua anak tersebut kembali ke tujuan yang benar. Kami menyadari bahwa situasi ini menyedihkan bagi keluarga mereka," imbuh pernyataan jubir tersebut.
Insiden 'salah penumpang' tersebut berawal pada 28 Juli lalu. Ketika itu, Andy dan Maribel berlibur ke Republik Dominika.
Seminggu kemudian, Maribel kembali sendirian ke New York sementara Andy tetap tinggal bersama kerabat mereka. Perempuan tersebut membayar biaya ekstra US$ 100 atau setara dengan Rp 1,3 juta kepada maskapai JetBlue sebagai syarat menerbangkan anak usia 5 sampai 14 tahun seorang diri.
Meski pihak JetBlue telah meminta maaf dan mengembalikan sejumlah uang namun Maribel bersikeras ia dan keluarganya tidak akan pernah menggunakan maskapai itu lagi.
Melalui pengacaranya, Sanford Rubenstein perempuan itu bahkan telah merencanakan untuk mengajukan tuntutan tentang insiden ini.
"Setiap orangtua tentu dapat memahami ketakutan yang dirasakan seorang ibu ketika mengetahui anaknya hilang. Ini seharusnya tidak pernah terjadi dan petugas JetBlue seharusnya malu atas kesalahan mereka," tegas sang pengacara.
Ini bukan kasus pertama yang terjadi. Sebelumnya pada 2009, maskapai Continental juga menempatkan dua anak dalam pesawat yang 'salah'.
Anak berusia 8 tahun dari Houston diterbangkan ke Fayetteville, Arkansas sementara tujuannya adalah Charlotte, North Carolina. Dan bocah laki-laki lainnya yang berumur 10 tahun dengan tujuan Cleveland justru 'dikirim' ke Newark, New Jersey.