Jelang Pilpres AS: Hillary Pilih ke New York, Trump?

Musim kampanye pilpres AS telah berakhir. Nasib Negeri Paman Sam selama empat tahun mendatang pun segera ditentukan.

oleh Khairisa Ferida diperbarui 08 Nov 2016, 18:19 WIB
Diterbitkan 08 Nov 2016, 18:19 WIB
Hillary-Trump, 2 Capres Paling 'Dibenci' dalam Sejarah Pemilu AS
Hillary-Trump, 2 Capres Paling 'Dibenci' dalam Sejarah Pemilu AS (Reuters)

Liputan6.com, New York - Pemilu presiden Amerika Serikat (AS) akan berlangsung dalam hitungan jam. Masing-masing calon, yakni Hillary Clinton dari Partai Demokrat dan Donald Trump dari Partai Republik telah usai berkampanye.

Seperti dilansir The Guardian, Selasa (8/11/2016), pesawat yang membawa Hillary berkampanye ke seluruh penjuru AS beberapa saat lalu telah mendarat di bandar udara Westchester County di New York. Dengan ditemani sang suami, Bill Clinton dan putri mereka, Chelsea, Hillary menutup kampanyenya di Raleigh, North Carolina.

Sejumlah bintang Hollywood seperti Lady Gaga, Bon Jovi, dan Samantha Ronson turut memeriahkan kampanye terakhir Hillary.

Sementara itu, Trump mengakhiri kampanyenya di Grand Rapids, Michigan. Dalam kesempatan itu dengan lantang ia menyerukan bahwa momentum pilpres adalah Hari Kemerdekaan rakyat AS.

"Hari ini kelas pekerja Amerika akan melawan. Pilpres akan berlangsung sekarang, sekarang! Bisa kah kalian percaya? Itu akan terjadi hari ini!," kata Trump di hadapan pendukungnya.

Miliarder AS itu lantas melanjutkan 'tak ada tempat' yang lebih disukainya untuk menutup musim kampanye kali ini selain Michigan. Trump menjamin jika berhasil memenangkan pertarungan melawan Hillary, ia akan mengumumkan langkah-langkah berikutnya untuk melanjutkan gebrakan politik bersejarah.

"Ini akan menjadi awal dari sebuah petualangan baru. Petualangan untuk membuat Amerika lebih hebat lagi. Dan kita akan melakukannya," tegas suami dari Melania Trump tersebut.

Kampanye di Grand Rapids, Michigan, masuk dalam jadwal Trump pada menit-menit terakhir. Langkah ini dinilai merupakan upaya sang capres untuk mengubah peta warna biru (Demokrat) menjadi merah (Republik).

Jalan bagi Trump untuk mengamankan 270 suara electoral college disebut-sebut sangat sulit. Kehilangan satu medan pertempuran saha akan membuat sosok kontroversial itu kalah dari Hillary. Dengan 'menguasai' Michigan itu akan memberinya sebuah jaring pengaman.

Sementara itu, Hillary dilaporkan saat ini memimpin jajak pendapat di Michigan. Dalam poling Real Clear Politics, ia unggul lima poin atas Trump.

Persentase tersebut bahkan jauh lebih besar dibanding yang pernah diraih oleh Barack Obama pada 2012.

Sebelum mendarat di Michigan, Trump lebih dulu berkampanye di Florida, North Carolina, Pennsylvania, dan New Hampshire.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya